NovelToon NovelToon
Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:43.1k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Naya wanita cantik yang berumur 27 tahun mendapati dirinya terbangun didunia novel sebagai pemeran tambah yang berakhir tragis. Naya merasuk kedalam tubuh Reka remaja cantik yang berusia 18 tahun. Reka memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya, mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan Reka. Meskipun memiki keluarga yang sangat amat mencintainya sayangnya kisah percintaan Reka tidak berjalan dengan baik. Tunangannya Gazef lebih memilih pemeran utama wanita dan meninggalkan Reka. Reka yang merupakan pemeran tambahan akhirnya menjadi batu pijak untuk kebehagian Gazef dan Rosa, Reka harus mati demi kebahagiaan pemeran utama dalam novel.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Reka berdiri di depan cermin di dalam toilet, matanya terpaku pada bayangan dirinya sendiri. Dia melihat dengan perhatian pada pipinya yang memerah dan lebam, bekas dari tamparan yang baru saja dia terima.

"Darn it," desis Reka, suaranya penuh dengan kekesalan. "Kenapa Gazef tiba-tiba datang dan langsung menampar aku padahal aku belum menyentuh pun Rosa?"

"Tidak adil," gumam Reka, tangannya meremas keras wastafel di depannya. "Aku harus membalasnya. Aku tidak akan membiarkan dia memperlakukanku seperti ini."

Dengan langkah kesal, Reka keluar dari dalam toilet sekolah, masih memikirkan insiden dengan Gazef yang membuatnya geram.

Reka berjalan di lorong sekolah yang sepi, melintasi ruangan-ruangan kelas yang terdiam karena para murid sedang fokus belajar.

Alih-alih menuju kelasnya, Reka memutuskan untuk berjalan menuju rooftop sekolah. Dia merasa butuh udara segar dan ruang kosong untuk menyegarkan pikirannya yang kacau.

Reka naik tangga menuju atap sekolah, langkahnya mantap meskipun hatinya masih dipenuhi dengan kebimbangan. Ketika sampai di atas, dia menghirup udara segar dengan dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Pemandangan di sekelilingnya begitu indah, dengan langit biru yang terbentang luas dan angin yang sepoi-sepoi menyapu rambutnya.

Reka duduk di tepi atap, membiarkan dirinya meresapi kedamaian yang ditawarkan oleh pemandangan di depannya. Di sana, di atas atap sekolah yang sepi, dia merasa sedikit lebih tenang.

Saat sedang tenang menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, Reka merasa kesegaran udara membantu meredakan kegelisahannya sedikit demi sedikit. Langit biru yang terbentang luas di atasnya memberikan ketenangan yang sangat dibutuhkannya saat ini.

Namun, kesenangan itu terganggu ketika pandangannya tertuju pada seorang murid laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Murid itu terlihat tegang, dengan tatapan kosong yang menatap ke bawah, murid laki-laki itu berdiri di tepi atap, seperti hendak melompat.

Reka menatap datar murid laki-laki yang terlihat ingin melompat bunuh diri. Reka merenggangkan otot-ototnya dan menghampiri murid laki-laki itu dengan tatapan malas.

"Ingin bunuh diri?" kata Reka dengan suara datar, menatap lurus ke arah murid laki-laki tersebut.

Murid laki-laki itu terkejut melihat kedatangan Reka yang tiba-tiba. Matanya membulat, seolah tidak percaya bahwa seseorang telah menyaksikan keputusasaannya yang paling dalam. Dia tidak tahu harus bereaksi apa, apakah harus marah, takut, atau terkejut.

"Jika ingin bunuh diri, jangan disini," kata Reka dengan nada datar. "Cari tempat yang lain."

"T-tidak, bukan itu yang aku--" ucapnya terbata-bata, mencoba membantah, tetapi dia terhenti saat Reka melanjutkan perkataannya.

"Jika ingin bunuh diri, carilah tempat yang tidak ada orang yang bisa melihatnya, agar kematianmu tidak merepotkan orang lain," lanjut Reka dengan tatapan sinis, menatap lurus ke mata murid laki-laki tersebut.

Murid laki-laki itu terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak pernah berpikir bahwa ada orang lain yang akan melihatnya di saat-saat seperti ini.

Murid laki-laki itu terlihat panik, matanya membulat ketika tanpa sadar dia melangkah mundur, tidak menyadari bahwa langkahnya membawanya ke tepi atap yang berbahaya. Tanpa dapat mengendalikan diri, tubuhnya tergelincir dan dia jatuh dari rooftop.

Reka, yang sebelumnya sudah mendekati murid laki-laki tersebut, dengan cepat meraih tangan murid laki-laki itu sebelum jatuh lebih jauh. Dengan gerakan cepat dan refleks yang tajam, dia memegang tangan murid laki-laki dengan kuat, mencegahnya terjatuh ke jurang yang berbahaya di bawahnya.

"Sialan, inilah sebabnya jika ingin bunuh diri, carilah tempat yang sepi," desis Reka dengan suara penuh dengan kesal.

Dengan perasaan kesal, Reka menarik tubuh murid laki-laki yang hampir mati karena jatuh dari rooftop, mencoba menariknya kembali ke tempat yang aman.

Murid laki-laki terduduk di lantai rooftop dengan tatapan terkejut yang meliputi wajahnya, tubuhnya terlihat kaku, seolah-olah tidak bisa mempercayai bahwa dia masih hidup setelah mengalami kejadian mengerikan tersebut.

Reka melihat murid laki-laki tersebut, matanya penuh dengan kekesalan, Reka mengusap rambutnya dengan gerakan kasar, menunjukkan betapa marahnya dia dengan situasi yang terjadi di hadapannya.

"Dengar, apa yang kamu lakukan tadi itu sangat bodoh!" ucap Reka dengan suara yang tegas, wajahnya memancarkan kekesalan yang jelas. "Kamu hampir membuatku menyaksikan kematianmu sendiri. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"

Murid laki-laki itu menatap Reka dengan ekspresi yang tercampur antara penyesalan dan ketidakpercayaan. "Aku... Aku tidak tahu," jawabnya dengan suara yang terbata-bata, mencoba menjelaskan dirinya. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Semuanya terasa begitu sulit."

Reka menggelengkan kepala dengan frustrasi. "Itu tidak masuk akal! Kamu bisa mencari bantuan, bicara dengan seseorang yang peduli padamu. Tapi melompat dari rooftop? Apa itu solusi yang masuk akal bagimu?"

Murid laki-laki itu menundukkan kepala dengan malu, merasa menyesal atas tindakannya. "Maafkan aku," ucapnya pelan, suaranya hampir terdengar hancur oleh penyesalan.

Saat Reka memarahi murid laki-laki itu dengan penuh emosi, dia tiba-tiba melihat sehelai daun yang terbawa angin melayang di udara, namun tiba-tiba membeku di tempatnya. Tatapan Reka terpaku pada pemandangan aneh tersebut, matanya membulat kaget.

"Sialan," desis Reka marah.

Reka melihat ke sekelilingnya, menyadari bahwa semua yang ada di sekitarnya berhenti bergerak. Daun-daun yang terbawa angin, orang-orang yang sedang berjalan, bahkan jarum jam tangannya sendiri berhenti berdetak. Semuanya tampak seperti terperangkap dalam waktu, membuat suasana sekeliling menjadi hening dan menakutkan.

"X, sialan kamu ini memutar waktu lagi!" teriak Reka dengan marah, suaranya terdengar frustrasi.

"X... Siapa itu X?" tanya murid laki-laki dengan tatapan penuh kebingungan.

Reka menoleh, melihat murid laki-laki yang dia selamatkan bisa bergerak, tidak seperti orang lain yang terperangkap dalam waktu.

"Ba-bagaimana bisa," gumam Reka dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya menatap murid laki-laki yang tampaknya tidak terpengaruh oleh fenomena aneh yang terjadi di sekitarnya.

Ketika Reka menyadari bahwa satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh pembekuan waktu adalah murid laki-laki yang hampir jatuh dari atap, kebingungannya semakin bertambah.

"Kamu bisa bergerak," kata Reka dengan nada terkejut, matanya menatap murid laki-laki itu dengan keheranan yang tak tersembunyi.

"Kenapa kamu menanyakan hal yang aneh?" balas murid laki-laki itu dengan nada datar, tetapi masih terdengar agak bingung.

Reka merasa kebingungan semakin memuncak. Dia tidak bisa memahami mengapa hanya murid laki-laki ini yang tidak terpengaruh oleh pembekuan waktu yang terjadi di sekitarnya.

"Bagaimana bisa?" gumam Reka dengan suara yang hampir tidak terdengar, mencoba mencari jawaban atas fenomena aneh yang sedang terjadi. "Kenapa kamu berbeda dari yang lainnya?"

1
Batara Kresno
Luar biasa
Murni Dewita
👣
Yui
Luar biasa
Dede Mila
baca
Aisyah Suyuti
seru
Black Moon
Masih nunggu up nya, Thor.
renaa.
di chapter sebelumnya si arsan manggilnya cebol, trs micro sister, lah skrg malah kunti bogel 🙂
zakia Mutmainah
kenapa harus nolak reka? padahal kalo reka sama kael itu pasti cocok banget
Black Moon
Kalo Gw jadi Kael juga pasti mikirnya ke arah situ, sabar ya Kael tapi bukan itu yg mau dibicarakan 🙈
✓🥀 forever
suka/Heart/

smngt Thor
Moly
Lanjut...
charis@ŕŕa
up 1 lg dong
Erni Nofiyanti
pusing bacanya muter2,
Erni Nofiyanti
kirain mukanya rusak
Midah Zaenudien
cukup bagus cuma aku belum faham alur x
@ImIm: *Biar typo
@ImIm: Reka aka naya dipaksa sama author buat mengikuti cerita novelnya dimana Reka aka naya harus mati. Karena Reka menolak dan mencoba mengubah alur cerita biara tidak mati akhirnya author (penulis novel) memutar waktu. Dibagian pertama Reka berhasil memutuskan pertunangan tapi Reka tidak tahu kalau keluarganya mencelakai Rosa dan Gazef pemeran utama dalam cerita novel makanya Reka sempat bingung kenapa dia tiba-tiba ke tarik kembali ke awal cerita dimana dia masih berstatus tunangannya Gazef. Dibagian kedua dimana Reka menembak Gazef disitu titik awal Reka sadar kalau terjadi sesuatu yang buruk kepada pemeran utama maka Reka akan di tarik paksa kembali ke titik awal cerita.

Semoga paham dengan penjelasannya
total 2 replies
Black Moon
Ditunggu up selanjutnya, semangat Author
Lippe
kata cebol dengan berat hati masih keterima. Tapi..... MICRO???
semungil itu😭😭😭😭
Neng Rusyanah
Luar biasa
Grey
apa jangan² karena perasaan kael? author nya terlalu terobsesi sama peran si kael? atau author nya terobsesi sama ending dari pemeran utama yg dia ciptakan?
Grey
kirain gegara kata rawrr nya😂🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!