Kevin nama pemuda berusia 19 tahun itu,ia tinggal sendiri di dalam rumah sewa yang kecil,hal itu tidak masalah baginya.selagi tempat itu bisa melindungi nya dari panas matahari dan tetesan air hujan,itu sudah cukup.harga sewa per bulan juga terbilang murah banget.
Mengandalkan gaji tak seberapa sebagai pelayan di kedai kopi,setidaknya dengan begitu,dia masih bisa membayar biaya sewa per bulan dan kebutuhan sehari-hari.kendati dia kerap kali merasa perutnya mendadak parik karena terlalu sering mengonsumsi mi instan
Kevin berniat berjalan di sekitar taman.daripada hanya diam - diam rumah tanpa melakukan apa-apa.itu sungguh membosankan.hari ini,jadwal kerjanya masuk pagi,pulang siang.setelah istirahat sejenak,ia pun jalan - jalan.ia pria yang tidak banyak bicara.ya,bisa dibilangin pria yang dingin banget.terkadang dia bisa menjadi pria yang hangat dengan sekitar
Entahlah,dia memang sulit ditebak.
Tumbuh dia tengah-tengah keluarga yang berantakan
membuatnya merasakan jika hidup t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacaran sama Kakak Angkat
Malam itu, Hani sedang asik menonton film kesukaannya, Narnia, diruang tengah.
Hani mendengar pintu rumahnya ada yang membuka, ia tau kalau papa dan mamanya baru saja pulang, entah tumben mereka pulang bersama, biasanya mamanya akan selalu ada dirumah lebih dulu.
Mereka berjalan menghampiri Hani yang berada
Diruang tengah lalu duduk dan menyapanya.
"Hani, mama papa pulang."
Lena, ibu Hani
Beliau berkata demikan karna melihat anaknya terlalu fokus menonton film kesukaannya itu.
Hani menoleh,
"Iya mah, aku tau. aku sudah menebaknya karena mendengar pintu rumah terbuka."
"Ah kamu ini, selalu begitu kalau sudah asik menonton."
Keluh Lena
Saat selesai berkata demikan Hani melihat sosok anak laki laki berdiri di samping ayahnya, Hani sedikit termangu memandang anak laki laki itu.
"Dia siapa, pah?" tanyanya pada papanya.
"Ah, bagaimana menjelaskannya ya?"
Lena menoleh ke suaminya, Herman untuk membantu memberikan pemahaman terhadap anaknya.
Sementara anak laki laki itu
Hanya diam dan menatap balik Hani.
"Mulai hari ini, Riki akan menjadi kakakmu, dia akan tinggal di sini bersama kita, kita akan menjadi keluarga" jelas Herman
Saat mendengar penjelasan papahnya, Hani melihat sekitarnya dan melihat ada dua koper besar ya ia pikir mungkin itu milik anak laki laki itu.
"Hah? kakak? aku punya kakak?"
"Iya, bukankah kamuhanya diam dan menatap balik Hani.
"Mulai hari ini, Riki akan menjadi kakakmu, dia akan tinggal di sini bersama kita, kita akan menjadi keluarga" jelas Herman
Saat mendengar penjelasan papahnya, Hani melihat sekitarnya dan melihat ada dua koper besar ya ia pikir mungkin itu milik anak laki laki itu.
"Hah? kakak? aku punya kakak?"
"Iya, bukankah kamu
Senang? dari kecil kamu selalu ingin punya kakak laki laki kan ?", Lena.
"Iya sih. tapi bagaimana bisa? bukankah aku anak satu satunya?"
Hani kecil tampak bingung dengan penjelasan papa dan mamanya, karna selama duabelas tahun ini dia taunya dia adalah anak tunggal.
Lalu tiba tiba papa dan mamanya mengatakan dia punya kakak laki laki.
"Iya, dia kakak kamu
Sekarang, dia akan tinggal di sini bersama kita dan akan menjadi keluarga kita." Herman.
"Sudah sudah, ayo kenalan dulu sama kakak Riki" Leni
Walau tampak bingung Hani tetap melakukan perintah mamanya.
"Halo kak, aku Hani"
Dia memperkenalkan dirinya dengan senyum manis diwajahnya.
Ada sedikit rasa senang dihatinya, karna seperti yg Lena
Bilang, Hani sangat menginginkan seorang kakak, dan dia memilikinya sekarang.
Kakak yang akan selalu bisa diajaknya bermain, bermanja manja dan menjaganya, begitu pikir Hani. Karna Hani selalu melihat gambaran memiliki kakak laki laki akan tampak menyenangkan.
"Hai, Riki" ucap Riki singkat.
Herman dan Lena melihat situasi canggung ini segera menyuruh Lena mengantar Riki untuk pergi ke kamar yangmereka sudah sediakan untuk membereskan pakaiannya dan membersihkan diri.
"Mah, antar Riki ke kamarnya sana, agar dia bisa beberes di kamarnya" Herman
"Oh ya. ayo Rik, kita pergi ke kamarmu, ayo ikut mama, mama tunjukkin kamar kamu."
"Kopernya biarkan saja, nanti biar kang Asep yang bantu bawa"
"Pah, tolong panggil kang asep ya" ucap Lena
"iya, kalian naik aja, nantiaku suruh kang asep bawa kopernya Riki"
Kamar Riki ada di lantai dua bersebelahan dengan kamar Hani.
Sampai di kamar, Riki tampak takjub dengan kamar yang di berikan padanya.
kamar ini tampak lebih luas di banding kamarnya dulu.
"Rik, kamu mandi dulu sana, setelah itu kita makan bersama" Ucap Lena
Ucapan Lena sedikit membuat Riki kaget dari