NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nyi Dasih

“Tunggu sini bentar ya, Bu. Saya panggilin yang punya rumah dulu,” pamit kang ojol sesampainya di pekarangan luas sebuah rumah mewah.

Hanum mengangguk mantap lalu duduk di kursi kayu hitam yang elegan tapi menambah kesan seram. Hanum mengedar pandang. Rumah mewah Nyi Dasih berada jauh dari permukiman, tepatnya di tengah perkebunan. Di sisi kanan rumah terdapat garasi remang-remang yang diisi beberapa mobil hitam. Satu pohon beringin berukuran cukup besar menjadi perhatian Hanum saat ini. Pasalnya, ada sosok hitam besar penuh bulu panjang di sekujur badan tengah menatap dirinya dari balik pohon itu.

Hanum mendengus tawa. Dulu ia akan jejeritan nyaris pingsan jika melihat genderuwo, tapi sudah tidak untuk sekarang. Makhluk penunggu rumah Nyi Dasih itulah yang justru waspada dengannya. Memanfaatkan waktu sempit itu, Hanum merogoh tas perempuan hamil yang dirasukinya.

Buku KIA, dompet panjang, HP flip, sebungkus tisu wajah, selembar foto pria, dan satu boneka barbie laki-laki tanpa baju. Hanum mendengus panjang lalu geleng kepala. Perempuan ini benar-benar sudah hilang akal sehat rupanya. Hanum segera mengobok isi dompet dan HP. Tampak manggut-manggut membaca isi chat, galeri, dan KTP.

Pintu rumah yang besar dan tinggi tiba-tiba terbuka. Hanum buru-buru mengemasi lagi barang-barang yang dikeluarkannya. Ia lirik ke arah pintu itu. Tampak kang ojol sedang berbincang lirih dengan seseorang yang berada di balik pintu. Kain brokat hitam yang menutupi hingga pergelangan itu membuat Hanum yakin bahwa orang yang tengah menyerahkan amplop cokelat pada kang ojol adalah Nyi Dasih.

“Bu, saya permisi dulu. Ibu silakan masuk aja, tarif ojol Ibu sudah dibayarkan sama Nyi Dasih.”

Tepat! Hanum berdiri pelan lalu mengangguk mantap. “Kamu nggak tungguin aku, Bang? Nanti gimana cara aku pulang?”

Pria bermata cekung itu tampak kelabakan. Bingung memberi jawaban. “Anu... saya tungguin di gang tepi jalan besar tadi aja ya, Bu. Soalnya proses ini kayaknya bakalan lama, jadi saya mau ambil orderan lain dulu,” ocehnya.

“Yaudah, makasih ya, Bang. Maaf ngerepotin.” Hanum pura-pura bodoh saja. Padahal dalam hati ia sangat ingin meremas leher kurus itu saat ini juga.

“Ah, nggak apa-apa kok, Bu. Rejeki saya juga ini,” sahut kang ojol sambil tersenyum lebar. Ia lalu melangkah cepat menuju gerbang. Hanum melirik sebentar, tampak pria itu mengintipnya dari luar. Jelas sangat-sangat mencurigakan tapi tak akan disadari oleh orang awam.

Hanum membenahi tas dan jaketnya lalu melangkah masuk rumah. Dingin, hening, dan temaram. Benar-benar cocok dihuni makhluk kurang ajar. Terlebih bau kemenyan yang perlahan menguar. Hanum mengepalkan tangan karena geram.

“Silakan duduk,” ujar wanita berambut gelungan yang tampak sudah beruban. Wanita yang Hanum kira-kira seusia Pak Dirman itu terlihat elegan dengan pakaian yang serba hitam dan menonjolkan warna kulitnya yang pucat. Tatapan matanya lurus dan terkesan tajam. Duduk bersila di karpet lebar ruang tengah dengan postur gagah. Menghadap seperangkat alat ritual dan sesajen lengkap.

“Kamu bawa foto sama boneka?”

Hanum mengangguk. Keputusan cerdas dirinya lebih dulu memeriksa isi tas. Saat sedang membuka retsleting tas branded itu, tiba-tiba tangan Nyi Dasih terulur ke arah perutnya. Refleks Hanum menutup perut dengan tasnya. “Nyi Dasih mau apa?”

Dukun wanita itu berdeham. Tampak sedikit salah tingkah karena tindakannya disergah. “Cuma penasaran, berapa usia kandunganmu?”

Hanum nyaris naik pitam tapi buru-buru ia tahan. Kesal bukan main melihat wajah lapar dukun wanita itu saat sesekali melirik ke perutnya. Hanum mengatur napas supaya tetap tenang. “Dua minggu lagi saya lahiran.”

Nyi Dasih sekilas menyeringai. Tangannya terulur kembali, tapi untuk meminta barang-barang yang disebutkannya tadi. Lebih dulu Hanum menyerahkan boneka laki-laki. Nyi Dasih menerimanya dengan tak sabar.

“Kamu mau kubuat jadi seperti apa suamimu itu?”

Hanum terdiam, ia benar-benar tak sanggup menjawabnya. Karena tujuan perempuan hamil ini justru harus dicegahnya. Tangan Nyi Dasih terulur lagi. “Foto suamimu,” pintanya.

Hanum merogoh tas dengan ragu-ragu. “Tunggu, Nyi. Kalau boleh tahu, apa ada syarat lain? Dan berapa bayarannya?” Hanum coba mengulur waktu.

“Lima juta,” jawab Nyi Dasih segera. Lalu telunjuk tangan kanannya menunjuk ke arah perut. “Dan ari-ari si jabang bayi.”

Napas Hanum tertahan di tenggorokan. “Maksud Nyi Dasih apa?”

“Akan kutunggu sampai bayimu lahir. Saat itu, serahkan ari-arinya padaku.”

Dengan cepat Hanum meraih telunjuk tangan Nyi Dasih lalu dirematnya sekuat tenaga. “Aku udah nggak tahan. Aku udah nggak bisa bersabar,” desisnya dengan sorot mata menghunjam.

“AAAKH! SAKIIITT!!” jerit Nyi Dasih. “LEPASKAN!!” hardiknya dengan sangar.

Hanum malah tersenyum lebar. Kemudian ia putar jari itu hingga suara jeritan Nyi Dasih makin keras terdengar memenuhi ruangan. Tak puas, Hanum lalu menekuk jari itu hingga berbunyi seperti patahnya tulang.

Nyi Dasih kian histeris saat Hanum menyentakkan tangan hingga membuat tubuhnya turut terbanting ke samping. Suara jeritan disertai raungannya menggelegar. Matanya menatap Hanum dengan nyalang. “S—siapa... kamu sebenarnya?!”

Sosok Ireng tiba-tiba menampakkan diri. Muncul dari belakang Hanum dengan merangkak sambil menyeringai. Sontak Nyi Dasih membelalak. Ia tak menyadari bahwa sosok lelembut beraura kuat itu telah menempeli calon pelanggannya sejak tadi. Rupanya dukun wanita itu sangat mudah dikibuli.

Tabir gaib perlahan tercipta. Menyelimuti ketiganya, masuk ke alam lain bersama-sama. Hanum berdiri. Nyi Dasih mengesot mundur. Tangannya meraba bawah meja lalu mengeluarkan sebuah keris dari sana. Buru-buru dihunusnya keris perak itu sambil berdiri dengan gemetaran kaki. Hanum dan Ireng mendengus remeh.

Sejurus kemudian, Nyi Dasih berjingkat maju ke arah Hanum. “Aku dapat dua tumbal malam ini!”

Dejavu. Hanum pernah mendengar perkataan serupa dari mendiang penjahat mesum. Ia perintahkan Ireng untuk maju melawan, bahkan ia izinkan sosok itu untuk mengamuk sesukanya. Tak peduli jika Nyi Dasih mati karena Hanum terlanjur murka mengingat kondisi bapak dan ibu panti.

Kuku-kuku panjang nan tajam muncul di jemari tangan Ireng. Diayunkannya cakaran pada tangan Nyi Dasih yang memegang keris. Pertarungan jelas berat sebelah. Ireng menjambak rambut dukun wanita itu hingga rontok cukup banyak. Lalu menghunjamkan cakar tajam ke dada lawannya.

Jeritan Nyi Dasih melengking. Menjadi backsound bagi Hanum yang menonton dengan tenang di sudut ruangan. Melihat wanita dukun itu berada di ujung kematian, Hanum melangkah cepat menghampiri keduanya.

Hanum meletakkan buku KIA di depan Nyi Dasih dan memasangkan pena di jemari wanita itu. “Akui perbuatanmu. Tulis nama-nama orang yang terlibat dengan kejahatanmu selama ini.”

Nyi Dasih mengangguk lemah. Ireng menarik cakarannya. Lalu si dukun dan perempuan hamil itu pingsan secara bersamaan.

***

Kartika menendang selimutnya dan buru-buru menyalakan laptop—juga komputernya. Kabar kematian dalang ritual harus ia unggah lebih dulu dari siapa pun di media sosial. Beruntung ia punya satu kenalan di kepolisian yang membantunya memberi kabar panas itu.

—Seorang dukun wanita ditemukan tewas gantung diri di kediamannya dini hari tadi. Dan wanita inilah yang membantu orang-orang memburu tumbal untuk ritual ilmu hitam—

Jejak amukan Ireng semalam tak akan terlihat di mata orang awam karena hanya jiwa Nyi Dasih yang ia serang. Kemudian dukun wanita itu hilang akal. Menggantung lehernya sendiri tanpa sadar. Jadi kematiannya tampak murni bunuh diri sehingga pihak berwajib tak menemukan satu pun kejanggalan yang memunculkan kecurigaan.

“Kalian pikir aku nggak bisa bikin akun medsos baru yang lain?” gumam Kartika dengan bangganya. Meski akun-akun yang pertama ia buat untuk mengusut kasus itu telah dilaporkan lalu diblokir, nyatanya Kartika lebih cerdik dan tak berdiam diri saja menerima satu kegagalannya.

Di akun Instagram amupun channel YouTube yang baru, Kartika justru getol mengetikkan kalimat-kalimat frontal, provokatif, dan persuasif. Terutama saat mengunggah foto bukti-bukti yang Nyi Dasih tinggalkan di bawah mayatnya. Sontak membuat geger dunia maya.

—Pembunuh mesum yang mati terbakar adalah murid dukun wanita itu. Sudah banyak korbannya yaitu wanita-wanita bahkan nyaris menumbalkan kakak adik penghuni panti asuhan namun gagal—

—Wanita yang tewas terjatuh dari atap gedung bukanlah karena melompat untuk mengakhiri nyawanya sendiri melainkan salah satu pelanggan si dukun yang ditumbalkan juga di puncak kesuksesan usahanya—

—Anak laki-laki Kapolres Kota X adalah ketua geng muda-mudi jahanam yang telah membunuh gadis muda dalam gudang tua lalu mengelabui khalayak dengan menggantung jasadnya agar dianggap sebagai bunuh diri juga. Korban tersebut merupakan tumbal untuk si dukun wanita yang merupakan guru spiritual ayahnya—

—Teror di sebuah panti asuhan yang membuat pasutri pengurusnya celaka juga ulah si dukun wanita untuk membungkam semua penghuni yang melindungi tumbal gagalnya, bahkan berniat merebut bayi ibu panti untuk dijadikan tumbal juga—

Caption-caption yang Kartika suratkan pada unggahan bukti-bukti pengakuan Nyi Dasih sontak dibanjiri komentar netizen dari berbagai kalangan—bukan hanya pengikut setianya yang lama.

Berita-berita di televisi bahkan beramai-ramai menampilkan postingan Kartika. Perempuan lajang 30 tahun itu harap-harap cemas karena dirinya tenar seketika. Meski tak menampakkan wajahnya ke publik, ia merasa akan mendapat hal yang mengejutkan buah dari kenekatannya menguak fakta.

Dan benar saja, tak lama kemudian akun-akun medsosnya yang baru pun menghilang. Bahkan muncul panggilan dari anonim tanpa nomor. Seketika dada Kartika bergemuruh.

“Kalau kamu tidak hentikan tindakan sok pahlawan ini sekarang, kamu akan kami buat menyesal.”

1
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
Ali B.U
apa yang terjadi sama Pak Dirman.?

lanjut
n e u l: masih misteri ya pak /Joyful/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next.
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
jangan2 Siska anak yg punya panti tempat kinar yg mau di jadiin tumbal ...nah lho thor
n e u l: identitas asli Siska ntar direveal /Sneer/ ikuti terus ya kak /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thor
n e u l: siap! /Determined/ terima kasih /Smile/
total 1 replies
Ali B.U
is the best
Ali B.U: semoga semangat dalam berkarya
n e u l: matur tengkiyu pak ABU /Pray//Determined/
total 2 replies
Ali B.U
next
Ali B.U
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!