Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Arsenio
Melihat tatapan Aozora, Daren sontak mengikuti ke arah mana mata wanita itu memandang. Raut wajah Daren seketika pucat bercampur panik, ketika mengetahui kalau wanita yang dia tahu istri dari sahabatnya itu sedang menatap curiga ke arah kotak makanan bekas Arsenio.
"Dokter Daren, kenapa ada kotak makan di sana? Siapa yang makan tadi?" akhirnya pertanyaan yang ditakutkan Daren terlontar juga. Bukan hanya Daren yang panik, yang sedang pura-pura koma juga ikutan panik.
"Oh, itu ... itu bekas temanku makan tadi. Sepertinya dia sangat kelaparan," Daren tersenyum tipis dengan sudut mata yang sedikit melirik ke arah Arsenio.
"Daren sialan! Bagaimana bisa dia jawab jujur soal itu," umpat Arsenio dalam hati.
"Bekas temanmu?" Aozora mengernyitkan keningnya sementara Daren mengangguk, mengiyakan.
"Jadi, di mana temanmu sekarang?" tanya Aozora lagi.
"Tidur," jawab Daren singkat. Namun walaupun singkat, tapi bisa membuat jantung yang sedang terbaring itu mau melompat.
"Tidur? Tidur di mana?" Aozora mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, mencari keberadaan teman yang dikatakan oleh pria tampan di depannya itu.
"Ya, tidur di rumah inilah. Entah di manapun dia, pokoknya di rumah ini," sahut Daren, ambigu.
"Oh, seperti itu ya? Tapi bukannya habis makan itu, tidak baik langsung tidur? Kamu seorang dokter, kenapa tidak menasehati temanmu?" Aozora mengernyitkan dahinya.
"Oh, temanku yang satu ini bebal orangnya. Bayangkan saja, pacarnya sudah meninggalkan dia begitu saja, tapi dengan bodohnya dia masih menunggu. Benar-benar bebal dan bego kan?" Daren berusaha menahan tawanya, ketika melihat ekspresi wajah kesal yang ditunjukkan oleh Arsenio sahabatnya.
"Brengsek! Berani-beraninya dia menggosip di depan orangnya langsung," Arsenio mamaku dalam hati.
"Tapi mungkin ada alasan yang tidak bisa dikasih tahu oleh kekasihnya itu makanya pergi. Kita tidak boleh berprasangka buruk dulu," sahut Aozora, bijak.
"Tapi ...."
"Kita tidaklah boleh langsung mengambil kesimpulan, sebelum kita cari kebenarannya, dokter Daren," belum sempat Daren menyelesaikan ucapannya, Aozora sudah menyela lebih dulu.
"Haish, padahal aku mau menyadarkan suamimu sendiri, Zora," ucap Daren yang hanya berani dia ucapkan dalam hati.
"Oh ya, Kenapa kita jadi membahas hal lain? Kita bahas saja tentang Tuan Arsen. Menurutmu apa yang harus aku lakukan agar dia bisa cepat bangun dari komanya?" Aozora kembali ke topik pertama.
"Emm, kamu harus ajak dia bicara terus, Zora. Kalau diajak bicara terus, berangsur-angsur dia pasti akan bangun sendiri," jelas Daren.
"Oh baiklah, Dokter Daren. Terima kasih!"
"Please, jangan panggil aku pakai embel-embel, Dokter. Panggil Daren saja!" Daren benar-benar risih mendengar Aozora memanggilnya pakai embel-embel Dokter.
"Oh ya, Daren, apa aku bisa keluar dulu? Aku titip mas Arsen sebentar. Soalnya aku haus," tanya Aozora dengan sopan.
"Oh, silakan!" Aozora tersenyum lebih dulu, baru kemudian beranjak pergi.
Setelah terdengar pintu tertutup dengan sempurna, Arsenio kembali membuka matanya dan mengembuskan napas lega.
"Brengsek juga kamu, Ren! Buat apa kamu nyindir-nyindir aku tadi?" Arsenio menatap Daren dengan tatapan tajam.
"Seru aja, Sob! Kapan lagi kan bisa ngusulin seorang Arsenio? kalau ada kesempatan ya, ngapain disia-siakan, iya nggak?" Daren tertawa renyah.
"Sialan kamu! Sana pergi!" Arsenio melemparkan bantal ke arah Daren, yang dengan tangkas ditangkap oleh pria itu.
"Tapi sumpah, Sob. Istri kamu itu cantik sekali!" ucap Daren sembari meletakkan kembali bantal yang ada di tangannya.
"Sudah tahu," sahut Arsenio singkat.
"Yakin kamu sudah benar-benar lihat? Tadi kamu hanya melihat wajahnya waktu tidur kan? Bayangkan saja, tidur saja dia cantik, ketika dia buka matanya, wah ternyata lebih cantik lagi, Sen! Menurutku nih, lebih cantik dari Hanum,"
Arsenio sontak menatap Daren dengan tatapan membunuh. Pria itu benar-benar tidak suka, Hanum dibandingkan dengan wanita lain.
"Eits, jangan marah dong! kamu langsung sensi saja dengar nama Hanum. Padahal sudah jelas, dia meninggalkanmu demi pria lain yang tidak membosankan sepertimu.Iya kan? Dia meninggalkanmu karena kamu kaku," Daren kembali meledek. Namun, di balik ledekannya, terselip makna untuk menyadarkan sahabatnya itu.
"Sudahlah, jangan bicara lagi! Sekarang aku minta tolong agar kamu turun ke bawah, dan panggil mamaku ke sini! Dan kalau boleh kamu tahan Zora dengan mengajaknya bicara, agar tidak masuk ke kamarku, sampai kamu lihat mamaku sudah kembali ke bawah. Boleh kan?" pinta Arsenio dengan wajah serius.
"Iya deh!" Daren, membereskan peralatannya, kemudian melangkahkan kakinya.
Baru lima langkah melangkah, Daren tiba-tiba berbalik kembali.
"Sen, kalau nanti kamu memutuskan tidak menginginkan Aozora, kabari aku ya! Aku siap menerimanya, walaupun nanti kamu bilang kalau dia bekas kamu!" ucap Daren yang langsung mendapat tatapan mata tajam dari Arsenio.
"Hei, berhenti bicara sembarangan!pergi atau aku lempar jam ini ke kamu!" bentak Arsenio sembari mengangkat jam weker di tangannya.
Daren terbahak, lalu kembali berbalik kemudian beranjak pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Amber, melangkah masuk ke dalam kamar, menutup lalu menguncinya.
Wanita paruh baya itu mengayunkan kakinya melangkah menghampiri ranjang tempat anaknya terbaring.
"Arsen, ini mama! Kamu bangunlah!" Suara Amber terdengar tegas.
Setelah mendengar suara sang mama, Arsenio yang tadinya sempat menutup matanya, kembali membuka matanya.
"Ada apa meminta mama datang ke sini? Apa kamu mau protes karena mama menikahkan kamu dengan Aozora?" tukas Amber.
" Iya, kenapa Mama menikahkanku dengan wanita itu tanpa membicarakan lebih dulu ke aku? Mama kan tahu sendiri kalau aku __"
"Mengharap Hanum datang menemuimu iya kan?" Amber memotong dengan cepat. "Sampai kapan hah? Sudah sebulan kamu terbaring seperti ini, tapi dia tidak datang kan? Seminggu yang lalu, kamu sadar dari koma, kamu bilang mau tetap pura-pura koma, dengan harapan Hanum datang menemuimu. Kamu lihat sendiri, dia tidak pernah datang, Sayang," Amber berbicara dengan nada berapi-api.
Arsenio bergeming, tidak menjawab sama sekali, karena yang dikatakan oleh mamanya itu benar adanya.
"Sen, Mama tidak mau kalau Hanum datang kembali. Mama tidak akan pernah sudi punya menantu seperti Hanum," sambung Amber kembali.
"Tapi, Ma ... Bagaimanapun Mama tidak bisa berbuat sesuka hati seperti ini. Mama itu harus tetap kasih tahu aku, karena ini tentang pernikahan," ucap Arsenio.
"Kalau untuk hal itu, Mama minta maaf. Tapi, Mama melakukan itu karena Mama yakin kalau Zora adalah yang terbaik untukmu." Tegas Amber.
"Lagian, kenapa kamu tidak langsung bangun saat menandatangani surat pernikahan itu dan langsung menolak? Jadi, mama anggap kamu menerimanya. Sudahlah, semuanya sudah terlanjur. Bagaimanapun sekarang kamu harus menerima Aozora istrimu,"" imbuhnya.
Arsenio akhirnya memilih untuk tidak menanggapi mamanya lagi, karena menurutnya tidak akan ada gunanya. Dia akan kalah melawan mamanya itu. Lagian menurutnya apa yang dikatakan mamanya itu benar. Seharusnya dia bisa langsung bangun, saat menandatangani surat pernikahan tadi, agar dia bisa menolak.
"Kapan kamu akan berhenti berpura-pura tetap koma, Arsen? Menurut mama sudah saatnya kamu berhenti!" Amber kembali buka suara, setelah ibu dan anak itu terdiam untuk beberapa saat.
"Sabar, Ma. Aku belum siap?" sahut Arsenio.
"Belum siap bagaimana? Jangan bilang kalau kamu masih berharap, Hanum akan merasa bersalah dan datang. Kamu jangan bodoh, Sen! Kalau dia memang merasa bersalah, dari awal dia tahu kalau kamu koma, dia pasti langsung datang. Lagian, dengan keadaanmu yang lumpuh seperti ini, apa kamu yakin dia masih mau bersamamu? bangun, Nak, bangun dari mimpimu!" ucap Amber dengan nada geram.
"Sudahlah, mama sudah cukup sabar satu minggu ini. pokoknya mama tidak mau tahu, kamu harus berhenti berpura-pura, agar kamu bisa melanjutkan pengobatan kaki kamu itu!" pungkas Amber, tegas.
"Tolong ngertiin aku, Ma. Aku akan bangun kalau aku sudah benar-benar yakin," ucap Arsenio, tegas.
"Ma, apa mama tahu, ternyata Aozora adalah calon istri Dimas," Arsenio mengalihkan pembicaraan.
"Mama sudah tahu," sahut Amber.
"Mama sudah tahu? Jadi kenapa __"
"Mama juga baru tahu tadi, karena tanpa sengaja mama mendengar perdebatan keluarga Aozora," potong Amber dengan cepat.
"Awalnya Mama tidak menyangka kalau Dimas yang mereka maksud itu sepupu kamu. Tapi, setelah Mama mendengar kalau dia akan menikah Minggu depan, makanya Mama yakin kalau itu Dimas sepupumu. Karena alasan itulah membuat Mama merasa semakin yakin untuk menikahkanmu dengan Aozora. Mama kasihan dengan jalan hidupnya. Mulai dari mamanya meninggal karena depresi akibat diselingkuhi papanya, sekarang adiknya malah merebut calon suaminya. Udah begitu, perusahaan almarhumah namanya juga diambil ibu tiri dan adiknya itu. Entah kenapa Mama hanya ingin membantu dia untuk bisa merebut kembali haknya," terang Amber panjang lebar tanpa jeda.
Arsenio diam untuk sejenak seperti tengah berpikir. "Ma, kalau begitu mulai besok, biarkan Aozora yang menggantikan aku memimpin perusahaan, menunggu aku sembuh. Aku ingin, Dimas bisa merasakan ada di bawah pimpinan wanita yang sudah dia sia-siakannya. Mama tenang saja, untuk masalah keamanannya, akan aku pikirkan nanti,"pungkas Arsenio.
Tbc