Menceritakan tentang Mahasiswi yang mencintai dosennya. mahasiswi itu bernama Anisa Zahra. Anisa mencintai seorang pria tampan saat pandangan pertama di kampusnya. dan pria itu ternyata Dosen baru di kampusnya.
Karena Anisa penasaran dengan sosok dosen itu, Anisa pun terus mencari tau tentangnya. sampai akhirnya Anisa tau kalau ternyata Dosennya itu adalah seorang duda.
Gimana kisah cerita cinta pandangan pertama Anisa Zahra pada dosennya, yuk kita lanjut baca aja..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tuti yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benaya Marah
Anisa tidak menyangka kalau orang tuanya ternyata mengajaknya ke acara ulang tahun Quin. Anisa benar benar merasa kaget apa lagi dirinya banyak bohong ke Pak Ben.
Anisa berdiri seakan badanya kaku dan tidak bisa bergerak. Anisa benar benar merasa takut pada Pak Ben karena selama ini membohonginya.
Papah lalu mengajak Anisa masuk. Tapi Anisa terus diam dan berdiri kaku. Papah akhirnya merangkul pundak Anisa agar jalan.
"Sayang, ayo salim sama semuanya."
Anisa menurut lalu cium tangan sama Tante Maya dan Mamah Pak Ben. Anisa tidak hanya Salim kepada keduanya, tapi cipika cipiki juga. Setelah itu Anisa Salim dan cium tangan kepada Papah Pak Ben.
"Tante. Tante akhirnya datang juga ke ulang tahun Quin."
Quin yang merasa senang langsung memeluk Anisa. Pak Ben masih menatap Anisa dengan tatapan tajamnya, sampai Anisa tidak berani menatapnya.
Papah duduk sesudah jabat tangan pada semuanya dan pada Benaya juga. Benaya hanya menjabat sekilas saja karena merasa jijik pada Papah Anisa.
"Bela mana?" tanya Tante Maya pada Papah Anisa.
"Dia lagi ke toilet dulu."
"Oh. Anisa ayo duduk. Mau duduk sebelah mana nih. Dekat Quin apa sebelah Tante sini?"
"Iya Tante, Anisa duduk di sini aja."
Anisa duduk dekat Quin.
"Anisa sudah kenal belum sama Papahnya Quin? Ini Papahnya Quin sayang."
Anisa lalu tersenyum tipis dan mengangguk.
"Anisa sudah kenal. Orang Benaya itu Dosen Anisa juga Bos Anisa. Kalian tau ngga sih kalau Anisa itu pulang kuliah kerja di kantornya Benaya."
Orang tua Benaya dan Tante Maya mereka baru tau merasa kaget tapi senang juga karena ternyata Anisa dan Benaya sudah saling kenal.
Pak Ben justru makin kesal dan menggenggam tangannya. karena pikir Pak Ben Anisa rupanya masih punya hubungan dengan pria hidung belang.
Senyum Pak Ben pada Papah Anisa terlihat senyuman mengejek dan senyum seperti orang jijik.
"Om bukanya punya istri? kenapa Om datang kesini bersama Anisa. Apa istri Om sakit parah sampai tidak bisa menemani Om pergi dan mengajak wanita yang lebih muda?" Anisa dengar perkataan Benaya yang terlihat nada suaranya tidak sopan langsung menatapnya.
Papah Anisa justru tersenyum dengar perkataan Benaya. Saat Papah Anisa mau jawab, Mamah masuk ke dalam.
"Selamat malam semua. maaf ya saya tadi ke belakang dulu."
"Malam. Iya ngga papa."
Mamah cipika cipiki dengan Tante Maya dan Mamah Benaya. Setelah itu jabat tangan dengan Papah Benaya juga. Benaya kenal dengan Mamah Anisa, saat Mamah Anisa jabat tangan dengannya, Benaya pun menyambutnya.
Mamah langsung duduk dekat Papah. Lalu Papah Benaya yang bicara. Karena tadi Papah Benaya dengar perkataan Benaya seperti tidak sopan.
"Ben, ini istri Pak Sungkar kamu sudah kenal bukan. istrinya sehat dan cantik. Dan Anisa ini adalah putri nya."
Der....
Benaya langsung menatap Anisa. Anisa lalu menunduk karena merasa takut. Anisa takut Pak Ben saat itu juga akan memarahinya.
"Apa benar yang di katakan Papah saya kalau kamu anak dari Pak Sungkar!?"
Anisa mengangguk pelan. Tangan Anisa sudah basah karena keringat.
"Kenapa kamu bohong sama saya!?" suara Benaya cukup keras. Quin sampai kaget. Anisa hanya bisa menunduk takut.
"Ada apa ini? Benaya bicara yang sopan. Kenapa kamu bicaranya keras seperti itu?" Papah Benaya langsung bicara karena ngga enak sama Pak Sungkar dan istrinya.
Sedang Papah dan Mamah Anisa yang sudah tau akan seperti ini hanya bisa diam dan melihat saja. Kalau Benaya pakai kekerasan baru Papah akan turun tangan.
Benaya mengusap wajahnya dan tarik nafas. Benaya tidak menjawab pertanyaan Papahnya tapi Benaya langsung pergi keluar untuk menenangkan pikirannya. Karena Benaya tidak mau buat masalah di acara ulang tahun anaknya.
"Benaya! Mau kemana kamu!?" teriak Papah Benaya. Tapi Mamah langsung menenangkan Papah.
Mamah Anisa langsung mendekati Anisa. Mamah mengusap punggung Anisa. Anisa langsung memeluk Mamahnya.
"Anisa ngga bermaksud membohongi Pak Ben Mah."
"Iya Mamah tau. Tapi kamu memang salah sayang."
Quin yang melihat Anisa bersedih dan Papahnya yang marah jadi takut. Tante Maya lalu mengendong Quin dan memangku nya.
"Bel, ada apa sih ini?" tanya Tante Maya.
"Anisa biar yang jelaskan. Sayang ayo jelaskan pada semuanya. Biar semuanya jelas."
Anisa menggelengkan kepala karena takut dan malu. Tapi Mamah menasehati Anisa. Anisa akhirnya mau menceritakan semuanya pada orang tua Benaya dan Tante Maya. Papah dan Mamah Anisa juga jadi tau cerita semuanya.
Benaya di luar restoran sedang duduk sendirian. Benaya rupanya sedang mengingat pertama kali melihat Anisa. Lalu Benaya berpikir memang kalau di pikir dirinya yang salah sangka pada Anisa.
Benaya ada satu jam berpikir tentang dirinya dan Anisa. Sedang Anisa sudah selesai menceritakan semuanya dari awal sampai akhir pada semuanya tentang dirinya dan Pak Benaya.
"Sekarang kamu minta maaf pada Benaya sana sayang."
"Ngga ah Pah. Pak Benaya takut masih marah sama Anisa."
"Kalau Benaya masih marah sama kamu, kamu dengarkan saja. Memang kamu juga salah karena tidak menjelaskan siapa kamu ke Benaya. Sudah sana kamu harus selesaikan masalah ini."
Bukan hanya Papah Anisa saja yang menyuruh Anisa bicara pada Benaya. Tapi Tante Maya dan Orang tua Benaya juga bilang. Anisa akhirnya mau.
Anisa keluar dari restoran dan mencari Pak Ben. Anisa mencari di restoran yang di depan, tapi tidak ada. Anisa berjalan lagi mencari Pak Ben.
Lalu Anisa melihat ada taman di depan restoran dan ada tempat duduk nya juga. Anisa dengan memegangi gaun nya berjalan ke arah taman. Dan benar Anisa melihat Pak Ben yang sedang duduk sendirian.
Dengan pelan Anisa berjalan mendekati Pak Ben. Saat sudah berdiri di samping Pak Ben, Anisa duduk di sebelahnya. Pak Ben melihat Anisa hanya diam saja.
"Maaf...."
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...
Semangat ka Tuti di tunggu karya selanjutny 🫢🫢🫢🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Semangat dan sukses buat ka Tuti 🙏🏻🙏🏻🙏🏻