Hasrat Tuan Impoten

Nathan memang memiliki banyak teman wanita dan beberapa di antaranya sudah pernah mencoba membangunkan si Ucup dari tidurnya. Sayangnya, memang belum pernah ada yang berhasil melakukannya.

Namun, sepertinya Nathan melupakan hal yang sangat penting. Bukankah sekarang dia sedang bersama Sheren, istri sekaligus satu-satunya wanita yang bisa membangunkan si Ucup?

“Maaf permisi, Pak. Saya izin ke toilet sebentar,” kata Sheren sebelum Nathan memperkenalkannya dengan Angel.

Seketika itu juga Nathan baru menyadari bahwa sejak tadi dia bersama Sheren, istrinya. Sikapnya yang langsung akrab dengan Angel pasti sudah membuat Sheren tersinggung.

“Loh, sekretaris kamu udah ganti ya, Than. Aku pikir kamu bakalan selalamanya sama si Revan,” sahut Angel.

Sheren langsung pergi begitu saja tanpa menunggu izin dari Nathan. Entah mengapa dia kesal melihat kedekatan Nathan dan Angel. Laki-laki itu benar-benar tidak menghargai statusnya sebagai istri.

Setelah Sheren pergi ke toilet, Nathan mencoba menjelaskan pada Angel bahwa Sheren adalah istrinya.

“Waniya yang tadi itu, sebenarnya adalah sekretaris sekaligus istriku,” kata Nathan yang kini jadi merasa bersalah pada Sheren.

Angel menutup mulutnya dengan sangat rapat. Dia tidak tahu kalau Sheren yang sedari tadi menemani Nathan adalah istrinya yang juga bekerja sebagai sekretaris. Salahkan dirinya yang tidak menghadiri pernikahan dadakan Sheren dan Nathan sehingga tidak tahu seperti apa rupa wanita yang berhasil menjadi istri laki-laki tampan itu.

“Ya ampun, pasti dia tersinggung ya? Maaf ya, Than. Aku nggak tau,” kata Angel yang kini juga merasa tidak enak hati pada Sheren.

“Ya nggak apa-apa. Dia bukan wanita yang gampang cemburuan kok,” kata Nathan berusaha bersikap biasa saja.

Nathan percaya bahwa Sheren tidak akan semudah itu marah. Pada Kenzo yang dicintainya saja Sheren bisa menghadapi dengan santai, apalagi pada dirinya yang mungkin belum masuk ke hati Sheren.

“Biar aku yang coba bicara sama dia ya,” kata Angel yang sedang dirundung rasa bersalah. Niatnya ingin terlihat akrab dengan Nathan justru membuatnya jadi tidak enak hati pada istri laki-laki tampan itu.

Tanpa bisa dicegah, Angel menyusul Sheren ke toilet meninggalkan Nathan dan asisten Angel yang tadi datang bersamanya. Wanita itu menghampiri Sheren yang sedang berpura-pura mencuci tangan di wastafel.

“Hai, kamu istrinya Nathan ya,” sapa Angel sembari mengeluarkan bedak dari tasnya. Dia menambahkan polesan tipis pada wajahnya sembari melirik Sheren yang kini mulai mengeringkan tangannya.

“Em, apa Pak Nathan yang mengatakannya?” Sheren bertanya balik. Wanita seperti Sherentidak akan bertindak bodoh dengan marah-marah pada wanita lain yang dengan berani telah menggoda suaminya.

Sheren masih bisa mengembangkan senyum dan nada bicaranya juga terdengar santai. Tidak ada penekanan sama sekali yang malah membuat lawannya jadi semakin memasang alarm waspada.

“Iya, aku minta maaf karena sudah lancang berbicara terlalu ... em kamu tahu kan maksudku,” kata Angel dengan wajah cemas karena rasa bersalah yang menderanya.

Sheren tertawa lirih. “Em, sebenarnya aku tuh sedikit aneh ya dengan keakraban kalian tadi, tapi aku maklum sih, Pak Nathan memang ganteng dan kaya, wajar kalau banyak wanita yang ingin terlihat dekat dengannya. Cuma, karena kamu akan bekerja sama dengan kami, aku jadi berpikiran buruk kalau kamu cuma mau memanfaatkan kedekatan dengan Pak Nathan. Eh itu cuma pemikiranku aja loh, maaf ya. Makanya aku tadi ke sini buat ngilangin pikiran itu.”

Lagi-lagi Sheren tertawa lepas. Dia seolah sedang menertawakan pikirannya sendiri, padahal maksudnya adalah membaca niat buruk yang mungkin terbesit dalam pikiran Angel.

Sekakmat. Angel tidak bisa mengelak karena Sheren berhasil membaca tujuan awalnya saat bertemu dengan Nathan. “Aku tidak berpikir seperti itu kok, kamu salah sangka,” balas Angel setelah diam cukup lama.

“Sudahlah, ayo kita kembali. Pak Nathan pasti menunggu kita!” ajak Sheren dengan senyum yang terkembang sempurna. Dengan gerakan cepat wanita itu meninggalkan Angel yang kesulitan mencari alasan yang sangat tepat untuk menepis tuduhan Sheren itu.

Saat ini, Sheren dan Angel sudah kembali ke meja, bertepatan dengan makanan yang datang. Sheren wanita berkelas yang menunjukkan posisinya sebagai istri di hadapan Angel. Sampai-sampai hal itu membuat Angel tidak bisa berkutik untuk bicara akrab dengan suaminya itu. Hingga akhirnya, pertemuan penting dalam urusan bisnis itu berakhir dengan baik dan menghasilkan kesepakatan kerja yang menguntungkan kedua belah pihak tanpa aksi berlebihan dari Angel.

***

Nathan dengan bangga memamerkan hasil pertemuannya pada sang ayah. Tuan Winata sampai terheran-heran karena Nathan berhasil mengajak Angel bekerja sama dengan harga wajar, tidak setinggi yang wanita itu tawarkan di awal. Tentu saja itu karena Angel merasa bersalah dengan Sheren sebenarnya.

Setelah kembali dari ruangan ayahnya, Nathan menemui Sheren di meja kerjanya. Dengan percaya diri dan senyum mengembang sempurna, laki-laki itu menarik kursi di depan sang istri yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

“Sayang, nanti aku mau makan di restoran Jepang ya, kamu suka nggak?” tanya Nathan sembari menatap wajah Sheren yang cemberut. Sebentar lagi jam pulang, Nathan pikir Sheren pasti sedang kesal karena pekerjaan yang menumpuk.

Sheren enggan menjawab dan hanya memasang raut wajah kesal. Sementara Nathan hanya bisa menghela napas karena tahu Sheren sedang dalam kondisi yang tidak bisa diganggu.

Nathan terus diabaikan oleh Sheren. Di kantor, di mobil, di restoran saat mereka makan, bahkan sampai di apartemen pun Sheren tetap membisu. Namun, dia sama sekali tidak mengerti kenapa istrinya itu bersikap demikian.

Kini keduanya sudah sampai di kamar. Sheren langsung mandi dan tidak menunggu Nathan, padahal biasanya dia akan menyiapkan pakaian suaminya itu sebelum akhirnya bergantian mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi pun, Sheren tetap mengabaikan suaminya. Dia duduk di sofa dan mengeringkan rambut, membiarkan Nathan yang kini memakai kamar mandi.

Tidak berapa lama, laki-laki itu keluar dan tidak menemukan apa pun yang seharusnya Sheren siapkan.

“Sayang, kok baju aku belum disiapin? Kamu marah sama aku ya?” tanya Nathan yang hanya memakai handuk sepinggang dan kini duduk di sebelah Sheren yang sedang mendengarkan musik dengan earphone-nya.

Karena diabaikan, Nathan merebut alat untuk mendengarkan musik itu dan mendekatkan wajahnya yang setengah basah pada sang istri.

“Kamu mendadak jadi patung gini, kenapa sih, Sheren?” tanya Nathan bingung. Dia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi, kenapa Sheren marah dan mengabaimannya? Bukankah tadi semuanya baik-baik saja saat masih ada Angel?

Sheren malah menatapnya dengan tersenyum sinis sebelum akhirnya membalas, “Tanya aja sama si Ucup!”

***

Kembang kopinya jangan lupa 💋💋