Mafia Mencintai Gadis Muslimah

Dua motor Sport memasuki area parkiran BINA BANGSA. Semua mahasiswa tentu tahu siapa pemilik sport itu. Siapa lagi kalau bukan Gerhana dan Arion. Tak lama juga masuklah sebuah mobil keluaran terbaru yang juga cukup mewah membuat para mahasiswa/menatap mobil itu dan bertanya-tanya siapakah pemilik mobil itu.

"Astaghfirullah, Ini yang aku tidak suka jadi perhatian." Batin wanita yang masih ada didalam mobil. Dia berfikir akankah harus turun atau tidak. Dia menghela nafas panjang untuk menetralkan yang berdetak kencang karena gugup. Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang gadis yang mengenakan hijab dan Niqab sehingga tidak ada seorang bisa lihat wajahnya. yang hanya terlihat kedua matanya saja.

"Teroris yang keluar."

"Gue pikir Cogan. Ternyata si udik dan sok suci."

"Mungkin mukanya jelek, Jadi dia menutupinya karena malu memperlihatkan wajah jeleknya."

"Betul itu..."

Semua menertawakan Icha bahkan ada yang terang-terangan mengejek Icha.

Icha berjalan menunduk sehingga ada suara membuatnya menghentikan jalannya.

"Kalau jalan, jangan menunduk. Jadilah wanita yang tegas dan tangguh." Kata Mentari menghampirinya Icha. "Walaupun Lo seorang Ustazah, Setidaknya lo harus tegas agar tidak direndahkan oleh orang lain." Mentari semakin mendekat ke arah Icha yang hanya diam mematung. "Karena lo adalah Istri Gerhana." Bisik mentari. Sehingga hanya Icha yang bisa mendengar bisikin mentari. "Agar kelak, lo tidak menjadi kelemahannya. tapi lo yang akan jadi kekuatannya." Mentari menepuk pundak Icha. Kemudian dia berjalan menuju kelasnya meninggalkan Icha yang hanya diam mematung berusaha mencerna perkataan mentari. Sementara mentari sudah jalan menjauh.

Puk

Khadijah menepuk pundak Icha. Sehingga membuat Icha tersentak kaget. "Apa yang kamu pikirkan.?"

"Tii-tidak ada..." Elak Icha. " Icha merangkul Khadijah. "Kita ke kelas, sebentar lagi dosen akan masuk."

"Eehemm Liatin ajah terus." Ledek Rey membuat Gerhana menunduk malu karena ketahuan oleh adek angkatnya jika dia terus memperhatikan Istrinya. Walaupun begitu dia tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Cabut." Ucap Gerhana Datar.

Seseorang yang sembunyi dibalik tembok dari tadi menatap benci Mentari dan Gerhana DKK. "Sial, kenapa dia tidak terpuruk saat kehilangan bayi yang dikandungnya." Tangannya terkepal karena dia belum bisa membuat Mentari menderita bahkan kalau perlu membuatnya gila.

Dua jam berlalu, Semua Mahasiswa/i keluar dari kelas menuju ke kantin begitupun dengan Genk Tiger juga sudah berada di kantin menikmati makanannya.

"Bi, Duluan ajah ke kantin. Aku mau ke toilet dulu." Ucap Mentari.

"Aku temani ya sayang." Mentari tersenyum lembut pada Bintang.

"Tidak usah, biar aku sendiri."

"Hati-hati ya sayang." Ucap Bintang yang diangguki Mentari.

Bintang berjalan menuju kantin. Tapi langkahnya terhenti karena panggilan seseorang. "Bintang." Panggil seorang wanita dengan panjang rambut sebahu.

"Bintang, Apa kabar? Lo masih ingat gue kan." Kata wanita itu menatap penuh Damba.

"Maaf, gue ngga kenal lo." Jawab Bintang Datar.

"Masa lo lupa gue si. Ini gue Tasya temen kecil lo." Bintang diam sejenak berusaha mengingat wanita didepannya. Sehingga ada memori yang terlintas di otak waktu dia masih kecil sekitar umur 8 tahun. Dia ingat sekarang Tasya adalah teman kecilnya. Namun dia harus terpisah waktu SMP karena Tasya harus ikut kedua orang tuanya keluar Negeri.

"Apa lo ingat gue sekarang." Tasya berusaha untuk menyentuh tangan Bintang. Namun dengan cepat dia menghindar. Tanpa mereka sadari sedai tadi ada seseorang menatapnya dengan tatapan Datar.

"Sayang..." Mentari langsung merangkul tangan Bintang tanpa memperdulikan Tasya. Bagi Mentari siapapun yang berani masuk kedalam rumah tangganya dia akan babak habis tak tersisah.

"Kamu kenal dia sayang." Tanyanya sambil menunjuk Tasya dengan dagunya.

Bintang mengelus rambut Mentari dengan sayang. "Dia hanya teman."

"Gue ke kantin duluan." Pamitnya pada Tasya. Tasya hanya bisa mengangguk pasrah membiarkan Bintang pergi.

"Lo tidak akan pernah bisa dekatin Bintang." Ejek Bianca yang sudah berdiri dari sampin Tasya. "Asal lo tahu, Mentari bukan lawan yang bisa lo taklukin." Lanjutnya dengan nada mengejek.

Tasya mengepalkan tangannya, "Lo salah Bianca, Gue akan mendapatkan Bintang dan membuat Mentari menderita. Itulah janjiku pada Ketua, Menghancurkan keturunan Alexander."

#KANTIN#

"Dari mana lo, lama amat?" Tanya David menatap Bintang dan Mentari.

"Biasa, lagi basmi pelakor." Jawab Mentari yang membuat Bintang menggelengkan kepalanya.

Mata Mentari mengara pada kedua gadis yang berhijab. Kemudian dia tersenyum cerah. "Bi, aku kesana ya." Ucap Mentari menunjuk kedua wanita yang menggunakan Hijab.

Byur...

Bianca menyiram muka Icha sehingga membuat Niqab Icha basah. Mentari menghentikan pergerakan jalan, Dia pun mengambil salah satu jaket milik Mahasiswa. Entah itu buat apa hanya Mentari yang tahu.

"Itu buat lo, karena berani dekatin Gerhana. Gerhana itu milik gue. Gue peringatkan jangan pernah mencoba mendekati Gerhana. ngerti lo." Bentak Bianca yang mau menarik Niqab Icha, tapi langsung ditahan oleh Khadijah.

"Sekali kamu nyentuh Niqab sepupuku kamu akan berhadapan langsung dengan aku." Jawab Khadijah. Biasanya Khadijah yang terlihat anggung fan lemah lembut. Kini dia terlihat seperti singa betina yang ngamuk.

"Dija, Istighfar. Jangan turuti amaramu." Ucap Icha mengingatkan sepupunya agar tidak mengikuti amarahnya.

"Astaghfirullah.. Astaghfirullah. "

"Kalau mau ceramah bukan disini tempatnya. Tapi dimesjid." Ejek Ayu.

"Betul banget kata lo yu." Timpal Risa.

"Gue mau lihat wajah burik lo. Bagaimana Gaes kalau kita buka penutup wajahnya. kayaknya lebih seruh.. apa kalian semua setuju."

Buka

Buka

Buka

"Kak, tolong jangan buka.. aku mohon." Air Mata Icha menetes deras. dia sangat takut kalau Bianca sampai membuka Niqab. Selama ini tidak ada yang pernah melihat wajahnya kecuali Suami dan keluarganya. Baginya jika Niqab yang selama ini menutup wajahnya terbuka dan dilihat bukan muhrimnya seakan dia dilecehkan.

"Berhenti...." Teriak Gerhana. Gerhana menatap nyalang Bianca yang berani menyakiti istrinya. "Gue bilang berhenti." Bianca seakan menulikan telinganya dia tidak mendengar perkataan Gerhana. dia tetap dengan tujuannya untuk membuka Niqab Icha.

Bug...