Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 'Bertemu'
"Saya jemput kamu besok saja, bagaimana?" tanyanya.
Luna memandang Revan kaget. "Kenapa buru-buru sekali? Saya belum siap," ujar Luna.
"Lebih cepat lebih baik," jawab Revan.
Luna menggeleng kepalanya pelan. Dia sudah tak bisa menjawab lagi. Tapi, ini terlalu cepat. Ia belum siap untuk menikah terlalu cepat.
"Tapi, saya pikir, bukankah itu terlalu cepat? Kita bahkan baru memberitahukan hal ini pada Rara dan Keano. Kenapa anda terlihat buru-buru sekali?" Luna menundukkan kepalanya dalam.
"Kalau anda belum siap, saya akan menunggu anda untuk siap," ujar Revan.
Luna menatap lelaki itu. Perkataannya membuat hatinya luluh. Lelaki ini benar-benar lelaki idaman para wanita.
"Jika saya meminta untuk menunggu sampai satu tahun, apakah anda bersedia untuk menunggu?" Luna bertanya untuk mengetes saja.
Luna tak mendengar jawaban dari Revan. Ia memandang pada lelaki itu, dan mereka bertatapan secara bersamaan. Sejenak Luna tertegun, mengamati ketampanan yang ada di depannya. Lalu, ia segera memalingkan wajahnya.
"Jika itu saya, saya akan mencari orang baru. Tetapi, anak saya tidak. Mereka pasti tidak menerimanya. Karena bagi mereka, anda adalah ibu yang mereka pilih. Jadi, mau tidak mau, saya akan tetap menunggu." Itulah jawaban yang diberikan oleh Revan. Hal itu membuat hati kecil Luna teriris bagaikan pisau yang mengiris luka.
Luna, kamu tidak perlu mengharapkan lebih. Karena dari awal, kamu menyetujui pernikahan itu hanyalah karena Rara dan juga Keano. Jadi, kalau soal Revan, kamu hiraukan saja dia.
"Ya, anda benar. Kita menikah karena anak-anak."
"Apa anda merasa kecewa mendengar jawaban saya?" tanyanya.
"Jangan kecewa, karena bagaimanapun itu, saya menikahi anda hanya karena anak-anak saya menginginkan anda sebagai ibu mereka. Anda hanyalah ibu bagi anak-anak saya, dan label istri untuk saya. Kita tidak lebih dari pada itu," sambungnya.
"Ya, itu benar."
Tak ada lagi pembicaraan antara mereka berdua lagi. Mereka berempat kembali pulang. Luna diantar oleh Revan untuk kembali. Jika di jemput, maka diantar kembali secara baik-baik.
"Mari bertemu orang tua anda besok pagi," ujar Luna.
"Baiklah."
"Ibu Luna, bye-bye!" Rara melambaikan tangannya pada Luna.
Setelah kepergian mereka, Luna masuk kedalam rumah. Luna menghampiri Ama nya, menceritakan semua kejadian di hari ini, dan juga melakukan pertemuan dengan orang tua Revan.
"Nak, ajaklah mereka untuk kemari," tutur Ama nya.
"Kapan-kapan saja, Ama. Tidak usah buru-buru. Lagian pernikahan kami juga, hanya berlandaskan anak-anak. Pertemuan keluarga juga tidak terlalu dibutuhkan. Tak usah dipikirkan, Ama," ujar Luna.
Ama nya memukul lengan Luna, hingga gadis itu meringis kesakitan. Kuat sekali pukulan Ama nya.
"Ama!" protes Luna.
"Kamu itu, kok ngomongnya ngaur. Jangan aneh-aneh kamu. Ikutin aja apa yang Ama omongin," tegurnya.
"Iya deh, iya."
Luna memasuki kamarnya, bersiap mandi dan bersiap untuk tidur
...****************...
Ayah si kembar
|Kita akan bertemu di restoran XXX jam 8 malam. Ajaklah sekalian ibu anda.
Me
|Iya
Luna menghampiri Ama nya, dan memberitahukan informasi ini lada beliau. Tentu saja wanita paruh baya itu senang. Padahal pernikahannya bukanlah berlandaskan atas cinta. Hanya ada alasannya saja mereka menikah. Seharusnya Ama nya tak terlalu bersemangat.
Luna berangkat bekerja seperti biasa, melakukan hari-harinya seperti biasa juga. Tidak ada yang spesial di hari ini.
Jam 20.00 WIB
Luna telah bersiap dengan Ama nya, dan mereka langsung berangkat ke tempat janjian.
Sesampainya disana, Luna langsung menuju meja yang telah di pesan sebelumnya, yang dipandu oleh pelayan restoran.
Sampailah mereka disebuah pintu besar. Luna mengambil napasnya dalam, menghembuskannya secara perlahan. Pelayan itu membuka pintu tersebut, dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
Luna tersenyum dan langsung masuk kedalam. Ia berjalan dan terlihatlah keluarga Revan yang telah menunggu didalam.
"Ibu Luna!" teriak Rara yang melihat Luna.
Rara dan Keano menghampiri Luna, dan langsung memeluk kaki gadis itu. Luna menyambut mereka, menggandeng tangan mereka dan mengajak ke meja kembali.
"Kakek, kenalkan, ini Ibu Luna. Ibu Rara sama Keano," ujar Rara dengan cengiran khasnya.
Luna tersenyum canggung, menunduk sedikit. "Saya Luna Triana. Dan saya bekerja di tempat Rara dan Keano dititipkan," salam Luna pada lelaki tua yang sangat mirip dengan Revan.
"Iya, silahkan duduk."
Luna duduk antara Rara dan Keano, yang artinya Luna berada di tengah-tengah. Ama nya berbicara dengan mama Revan. Revan sibuk berbicara dengan papa nya. Sedangkan Luna masih canggung dengan suasana yang baru ini.
"Ibu Luna," panggil Keano.
"Hmm? Ada apa sayang?" tanya Luna memandang pada lelaki kecil itu.
"Makan ini." Keano memberikan salad sayur pada Luna.
"Ini enak," sambungnya.
"Terima kasih." Luna mengelus kepala Keano.
"Ekhem." Revan berdehem untuk mengalihkan perhatian semua orang.
"Karena di malam ini kita semua sudah berkumpul, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan."
"Saya dan Luna, ibu pengasuh Rara dan Keano ini. Kami berdua memutuskan untuk menikah."
"Kami setuju."
"Pfft." Luna menyemburkan makanan yang ia makan, ia tersedak makanannya sendiri.
"Ibu Luna!"
...To be continue...
semangat sehat
trimakasih Thor ksryanya semangat💪👍🙏