[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 10
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Valent dan para guru lainnya berlari di koridor dengan wajah panik, baru saja mereka mendengar ada kekacauan disaat jam istirahat, lebih tepatnya di kantin
"Esther!"
Ketika sampai, semuanya langsung terdiam melihat Alice yang merangkak mencoba menjauh dengan wajah ketakutan dan kepala yang kembali berdarah. Dan bukannya Esther, Erynn lah yang memukul kepala Alice menggunakan mangkuk kaca
"E-Erynn, kenapa?" Erynn diam kemudian berbalik dengan senyumnya
"Jangan membuat nama Yang Mulia semakin jelek, biar aku yang menggantikan."
"Erynn Alvaris!" Adrian meremat kedua pundak muridnya itu dengan tatapan kesal
"Ikut denganku, sekarang!"
"Baik master." Erynn tersenyum pada Esther dan Freya kemudian pergi dari kantin
"Esther…" Freya meraih tangan Esther yang masih membeku
Seluruh murid yang ada di kantin itu saling berbisik namun suara mereka dengan jelas terdengar sedang membicarakan mereka, padahal yang memulai adalah Alice bukan Erynn dkk. Esther menatap dingin Valent yang juga menatapnya kemudian menarik Freya keluar dari kantin
"Esther tunggu!" Mereka berhenti di jembatan karena Freya lelah berlari
"Argh aku tak paham dengan pikiran anak-anak itu!. Kau dengar kan tadi mereka malah menyalahkan Erynn?!"
"Iya aku dengar. Tapi yang berbisik-bisik tadi hanyalah anak-anak Valora dan Roylt. Sebenarnya tadi ada temanku dari Novare tapi aku melarangnya mendekat atau dia juga bisa kena imbasnya."
"Tindakan yang bagus. Tapi saat ini yang paling penting adalah Erynn, kalau dia sampai di hukum berat maka aku, aku…" Esther diam ketika mimpi waktu itu terlintas di benaknya
"Esther?" Esther tersentak
"Maaf Freya, pikiranku sedang kacau. Aku akan menemuimu di kelas campuran besok, sampai nanti!"
Freya membalas lambaian Esther kemudian pergi ke arah yang berbeda. Sementara itu di ruangan kepala sekolah, sama seperti Esther waktu itu Erynn sama sekali tidak takut berhadapan dengan kepala sekolah
Karena memang dia tidak bersalah
"Nak, kau tak mau mengatakan sesuatu?" ucap Antonious
"Tidak. Saya hanya melindungi tuan putri, Alice memang terluka tapi dia tak akan begitu kalau tak memancing duluan. Bukannya kalian sudah belajar sesuatu dari nona Esther?. Paramitha memang keluarga kerajaan kaya raya, tapi mereka bukan apa-apa di hadapan Genevieve dan Alvaris."
Semuanya terdiam
"K-kau sekarang bicara tentang kuasa-." Erynn melirik tajam nyonya Flamer
"Ah apa saya menyinggung?. Bukannya itu hal yang biasa ya di Eldhora?. Kalian melepaskan nona Esther setelah tau dia dari keluarga Genevieve juga, kalau orang dewasa bisa sembarangan menggunakan kekuasaan, maka kami pun juga bisa." Erynn menajamkan matanya
Adrian memijat pelipisnya dan tiba-tiba saja gelak tawa Antonious memenuhi ruangan itu. Molly pun ikut terkekeh
"Hoho kau sangat pintar ya, nona Alvaris."
"Master!" seru nyonya Flamer
Antonious beranjak dari kursinya tanpa memedulikan wanita gemuk itu yang terus protes
"Kemarilah, putriku."
Erynn tertegun, sesaat dia menatap Molly dan dijawab dengan anggukan. Walau ucapannya sarkas, begitu-begitu juga tidak ada satupun yang berani dengan kepala pemimpin akademi
Erynn bangun dari kursinya dan membiarkan Antonious merangkul pundaknya. Mereka berdua menatap keluar jendela yang berada di belakang meja kerja master
"Menurutmu … seperti apa dunia ini?" Erynn mengerutkan keningnya bingung
Yang lain ikut terdiam. Erynn kemudian menatap keluar jendela dengan tatapan serius
"Dunia ini … sedang kacau." Antonious tersenyum
"Apa maksudnya itu?" kata Adrian dan segera ditahan Molly. Antonious memegang kedua pundak gadis itu
"Erynn, kau punya mata yang luar biasa. Tidak banyak anak yang berani berpikir seperti itu. Baiklah, kita lupakan kejadian yang tadi. Aku ingin bertanya padamu, mau kah kau … memegang Oathshard Amulet?"
Erynn terbelalak dan terkejut saat nyonya Flamer pingsan begitu saja
"Erynn." Perhatian gadis itu teralihkan pada masternya
"A-apa?"
"Tuan Gallagher memilihmu. Aku tak ingin memberikannya karena khawatir, tapi pasti ada alasannya kan?" Adrian memberikan kalung itu
Erynn terpana, liontin pedang pada kalung itu seketika seperti menghembuskan angin dingin pada seluruh tubuhnya
Dan itu pertanda sesuatu. Erynn tersenyum kecil kemudian memakai kalung tersebut mengejutkan mereka semua karena mengira dia akan menolak
"Begitu ya, kalian sedang mencari pahlawan selanjutnya lewat Reliquar?. Tapi … bisa saja aku berakhir seperti nona Esther."
"Belum selesai." Semuanya menengok pada Valent yang dari tadi memperhatikan sambil menyender pada tembok
"Benar. Esther masih belum siap. Kami hanya memberikannya waktu selagi kau menjalankan tugas sebagai Valora. Erynn, kau tau apa yang akan terjadi saat menggunakan benda itu kan?" kata Molly. Erynn terkekeh dalam hati melihat raut wajah khawatir para guru itu
"Ya, percayakan saja padaku."
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
Tokk Tokk
"Sibuk!"
Tokk Tokk
Atlas memutar matanya kesal dengan setengah hati dia beranjak dari kasurnya dan membuka pintu, tapi kemudian dia menyadari tidak ada siapa-siapa disana
"BAA!"
"UARGH!" Atlas yang terkejut setengah mati secara refleks mengambil sebongkah batu kemudian melemparnya, tapi batu tersebut malah mengenai atap kamarnya hingga bolong dan angin dingin pun masuk membuatnya menggigil
"S-sialan kau!. Kenapa mengagetkanku begitu?!" Atlas meraih syalnya sementara Renji hanya cengengesan
"Aku melakukan kesalahan ya."
"Tentu saja!. Kau tak lihat atap kamarku jadi bolong karenamu?!. Sekarang aku harus tidur kedinginan, dan untungnya ini lantai dua."
Renji menggaruk tengkuknya seraya cengengesan
"ATLAS!"
Sang empunya nama terkejut dan segera membuka jendela, di bawah sana ada Esther yang memanggil dengan lambaian tangan heboh bersama Freya
Dikarenakan sudah malam, mereka saat ini menggunakan pakaian kasual
"Aku sib- HUAA!!" Atlas berteriak histeris kala Renji menggendongnya begitu saja dan mereka langsung turun melompat dari jendela
"Tada!. Lebih cepat kan?" Renji menggosok hidungnya merasa bangga, sementara Atlas mati-matian menahan mual
"J-jangan lakukan itu lagi, s-sialan!"
"Hehe maaf!"
"Ah ambil ini." Freya mengeluarkan sebuah pucuk tanaman dan memberikannya pada Atlas
"Oh itu tanaman aromaterapi kan?. Bentar, apa namanya ya?" Esther menaruh tangannya di dagu
"Terimakasih." Atlas mengambil tanaman itu dan menghirupnya, dia menghela nafas lega kala perutnya sudah membaik
"Kemari kau!" Renji langsung terbang kabur karena Atlas mengejarnya hingga ngos-ngosan
"Curang!"
"Haha coba saja tangkap aku!" Renji menjulurkan lidahnya mengejek
"CK menyebalkan. Dan lagi sedang apa kalian disini malam-malam ha?!"
"Eits santai dong. Kau tak ikut makan malam ya?. Aku mau bertanya sesuatu tapi kau tak ada," kata Esther
"Aku tak lapar, cepat katakan!"
Esther merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah kain, di dalamnya ada sebongkah berlian yang bercahaya dengan indah. Atlas dan yang lain terpana dibuatnya
"Aku baru pertama kali melihat berlian berwarna ungu," ucap Freya
"Hooh. Yang ku lihat selama tujuh belas tahun aku hidup hanya berwarna hijau emas atau perak," sahut Renji sambil terus menghindari Atlas
"CK aku belum selesai denganmu ya!"
"Atlas, bisa kau mencari tau berlian apa ini?" tanya Esther
"Ha?!. Kenapa harus aku?!"
"Kau kan pintar." Atlas terdiam
"Hee tuan muda Atlas suka dipuji rupanya," goda Renji
"Kesini kau!"
Freya terkekeh. Atlas berdecak kesal dengan wajah memerah, dia mengulurkan tangannya tanpa melihat ke depan. Esther yang paham itu segera memberikan kain berisi berlian tersebut
"Aku mau saja sih membantu. Tapi masalahnya kamarku jebol karena si biadab ini!" seru Atlas dendam
"Hee kan kau yang tiba-tiba melempar."
"Aku tak akan begitu kalau kau-."
"Fractura Nullis!"
Mereka bertiga menganga lebar melihat kayu yang menjadi bahan gedung asrama itu melayang kemudian menyatu kembali ke atas kamar Atlas
Freya tersenyum bangga kemudian menyimpan tongkatnya, ketika mendongak dia mendapat tatapan kagum ketiga temannya
"Kau punya sihir waktu ya?" tebak Esther
"Ah bukan. Aku hanya memperkuat kayunya sementara, Atlas kau harus menghubungi pihak asrama supaya cepat dibaiki. Dan Renji, sebaiknya kau minta maaf," kata Freya. Esther tersenyum kecil melihat sifat keibuan Freya
"G-gitu ya. Aku minta maaf, Atlas." Renji mengulurkan tangannya
"Yahh aku juga." Atlas menarik nafas dan membalas tangan Renji, sedetik kemudian dia memalingkan wajahnya
"Oke kalau begitu kita harus kembali ke asrama masing-masing. Sampai bertemu besok di kelas campuran, teman-teman!" seru Esther
Yang lain juga melambai dan akhirnya mereka berempat pergi ke arah yang berbeda, tanpa tahu ada sesuatu yang memiliki sayap malaikat hitam memperhatikan dari atas atap asrama Alkemis
"Hee mereka sangat bercahaya. Aku iri deh~."
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...