Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo Akhiri
"Kamu nangis?" Orion mulai meringis menyadari kesalahannya saat sadar ia salah bicara, laki-laki itu ingin mengantukkan kepalanya pada setir kemudi saat Oryza hanya menatapnya dengan mata memerah
"Apa kamu merindukannya?"
"Mungkin hanya orang tak punya hati yang tak merindukan saudaranya"
"Saudara?"
"Kenapa? Aku menyukainya lebih dari apapun karena itu aku menganggapnya saudara"
"Kamu tau? Aku cemburu mendengarnya"
"Aku tak peduli lagipula..."
"Berhenti mengatakan apapun lagi kalau kamu hanya mengatakan kata laknat itu" Orion mencengkram erat kemudinya, tadi pagi mereka masih terbilang baik-baik saja, tapi sekarang sepertinya emosi itu kembali naik. Salahnya sendiri juga yang mencari masalah dengan mengajak istrinya bicara pada kondisi hati yang tak baik
Akhirnya selama perjalanan kerumah mereka hanya diam, Oryza tak masalah karena ia mulai terbiasa dengan keheningan semacam ini, tapi Orion justru sebaliknya, laki-laki itu merasakan perasaan bersalah karena membuat istrinya semakin marah padanya
"Oryza" Orion memegang tangan itu lembut saat istrinya ingin segera membuka pintu dan turun
"Aku minta maaf"
"Aku minta maaf karena menyinggung soal yang tadi. Aku harusnya mengerti dia adalah teman baikmu"
"Sudahlah, jangan memperpanjang hal itu lagi" Oryza berniat turun namun lagi-lagi Orion menahannya untuk tetap diam
"Oryza, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat nanti malam"
"Kemana?"
"Kamu tak perlu tau, tapi aku rasa kita perlu bicara, tentang semuanya"
"Tapi Saga..."
"Aku akan meminta tolong pada mama untuk menjaganya, kita bisa mengambilnya besok pagi. Aku yakin dia tidak akan menangis disana"
"Tapi..."
"Aku mohon"
"Baiklah" Oryza menyetujuinya bukan karena tatapan memelas Orion atau nada putus asa laki-laki itu, tapi karena memang ia sadar, Saga harus mulai terbiasa tanpa kehadirannya
"Ada apa?" Orion mulai menegang melihat ekspresi istrinya. Wajahnya seperti menahan sakit ditambah dengan hidungnya yang tiba-tiba mimisan
"Kepalaku sedikit sakit, bisa bukakan pintunya?" Orion tanpa babibu langsung membuka pintunya dan mendorong tubuh istrinya yang ternyata ringan sekali
"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku" Oryza meronta namun tenaganya tentu tak seberapa dengan tenaga suaminya
"Orion" suara itu memanggil begitu mereka tiba diruang tamu, Orion menatap datar wajah Alice yang sedikit terkejut melihat posisinya dengan Oryza
"Turunkan aku" Oryza mencicit pelan, tak dipungkiri ia sedikit malu dilihat oleh adiknya yang merupakan selingkuhan suaminya, oh ataukah disini ialah yang jadi selingkuhan? Tapi Oryza adalah istri sah dimata hukum dan negara jadi itu bukan julukan yang tepat untuknya. Apalagi Orion pernah bilang, kebersamaannya dengan Alice hanya karena salah paham. Oryza masih bingung dengan semuanya
"Apa yang terjadi dengan Kak Oryza"
"Dia sakit" Orion enggan menurunkan istrinya disana, malah membawa Oryza menuju kamar mereka meninggalkan Alice yang menunjukkan ekspresi tak enak dilihat
"Turunkan aku" akhirnya Orion menurunkan wanita itu diatas ranjangnya
"Pergilah dan temui Alice" ucap Oryza sambil membersihkan darah dari hidungnya dengan tisu yang disodorkan Orion padanya
"Apa kamu memintaku menemuinya saat kamu justru seperti ini?" Nada Orion bercampur marah dan khawatir
"Aku hanya mimisan, ini adalah hal biasa yang terjadi pada tubuh saat kita kelelahan"
"Ayo kita ke dokter" wajah Oryza menegang, dengan cepat wanita itu menggeleng
"Aku baik-baik saja, dari dulu memang seperti ini kalau aku kelelahan"
"Tapi tadi malam kamu juga mimisan" Orion ingat saat ia memeluk Oryza malam tadi, dan darah hidung istrinya mengenai kemejanya tepat dibagian bahu
"Itu karena aku kelelahan dari kemarin"
"Saga memang semakin aktif dalam usia ini, tapi kamu jangan lupa istirahat, kita harus menyewa baby sitter untuk tetap disini" Saga memang memakai baby sitter tapi bukan datang setiap hari, hanya saat-saat tertentu dimana Oryza tak bisa menjaga putranya. Sengaja ia melakukan itu, karena ingin menghabiskan banyak waktunya untuk sang putra sebelum tuhan mengambilnya dari dunia yang penuh dengan manusia egois ini
"Aku masih bisa menjaganya"
"Aku mengkhawatirkanmu Oryza"
"Aku akan baik-baik saja, sebaiknya sekarang kamu temui dulu Alice dibawah"
"Aku tak ingin menemuinya lagi"
"Jangan jadi laki-laki br*ngs*k Orion, kamu yang memulai, maka kamu harus menjelaskan alasan yang jelas untuknya" wajah Orion nampak jelas sekali keberatan, tapi benar jika ia harus menyelesaikan semua ini sebelum semuanya semakin runyam
"Istirahatlah sayang, aku akan segera kembali" Oryza mengusap telinganya, ia tak salah dengarkan? Orion memanggilnya seperti itu?
Oryza tak ambil pusing, ia segera berdiri namun rasa sakit kepala hebat justru membuatnya hampir tumbang. Wanita itu memegang kepalanya dan menggelengkan untuk mempertahankan kesadaran, ini pasti gara-gara ia tak meminum obatnya tadi malam. Ia pikir tak akan menginap jadi tak membawa semua itu. Dengan tangan gemetar menahan sakit, ia membuka laci disamping tempat tidurnya dengan tergesa dan langsung meneguk pil dari botol obat. Ia terduduk sebentar, bersandar pada laci dengan tubuh yang merosot di lantai untuk mengembalikan sedikit tenaganya
"Hahhh" merasa lebih baik, ia mengambil wig berwarna hitam yang tersimpan dalam laci itu. Segera kekamar mandi untuk membersihkan diri dan memakai wignya hanya untuk mengurangi kecurigaan, setidaknya ia bertahan dari kepura-puraan mungkin hanya untuk satu bulan kedepan sebelum akhirnya entah kemana takdir membawanya pergi
"Alice" perempuan itu langsung berdiri begitu namanya disebut oleh pujaan hatinya
"Orion" terselip nada riang disana, suasana hatinya seolah langsung membaik hanya karena melihat laki-laki itu
"Apa yang membawamu datang kesini?" Alice mengernyitkan alisnya karena untuk pertama kalinya Orion bertanya alasan kedatangannya, padahal ini adalah hal biasa untuk mereka. Justru aneh jika ditanya kenapa ia tidak datang atau kenapa mereka bertemu
"Itu, aku hanya ingin menanyakan tentang apa yang ingin kamu bicarakan tadi malam"
"Tadi malam?"
"Saat kamu bilang mungkin hadiahmu tak semahal hadiah lain tapi membuatku bahagia" Orion bukannya menjawab malah semakin merasakan perasaan menusuk penuh rasa bersalah kepada istrinya. Bagaimana bisa ia ingin melakukan itu? Memberikan gadis lain cincin disaat ia masih ada ikatan pernikahan. Andaikata ia tak menyukai Oryza pun, melakukan hal itu tetap bukanlah hal yang pantas
"Maaf, aku akan mengirimnya kerumah nanti"
"Aku dengar dari ayah tadi kalau kalian menginap? Kenapa tidak meninggalkan langsung di kamar?"
"Kami ada urusan lain, jadi aku tak mengingat hal yang tak terlalu penting" Alice diam, ia merasa Orion menjauh darinya. Sebelumnya walau interaksi mereka kaku, tapi Orion tak pernah sekalipun mengucapkan kalimat yang berpotensi menyakiti perasaannya
"Aku mengerti, maaf menganggumu hanya karena itu"
"Alice, ayo selesaikan semuanya, aku tak ingin merasa bersalah dan penyesalan tiada ujung pada istri dan anakku"
.
salut ama author kerennn
terus semangat berkarya thor...♥️♥️
semoga Alice bisa dibawa ke arah yg baik bersama Dion