revisi dari my beloved lecture yaa
Syafa, sejak bayi, hidup dan dibesarkan oleh Ayahnya yang bernama Arya. Meskipun tanpa adanya kehadiran seorang Ibu, Syafa bisa tumbuh sehat dan penuh cinta seperti gadis pada umumnya.
Sampai suatu ketika, Arya risau anak semata wayangnya akan kesepian, mengingat usianya yang semakin tua. Dengan yakin ia menjodohkan putrinya dengan seorang lelaki mapan. Syafa yang saat itu diberitahu akan perjodohannya, ia menerima, tanpa ada drama.
Ia justru sangat senang saat mengetahui dengan siapa ia akan menikah.
Bagaimana kisah asmara Syafa dan suaminya nanti?
salam dari author amatir 🤍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vmina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pulang bareng
Hasby melihat kekecewaan yang Syafa tunjukkan, Yah ... Mau bagaimana lagi, mana mungkin ia bertahan tanpa mengganti pakaian. Bagaimana kalau istrinya nanti merasa tidak nyaman untuk dipeluk karena bau keringat yang menempel.
Keduanya masuk kembali.
"Ayah, Hasby izin pulang sebentar, nanti balik lagi. Ada yang perlu Hasby urus di rumah," ucapnya.
"Iyaa, Nak. Hati-hati dijalan ya, udah malam."
Hasby mengangguk. "Iyaa, ayah jangan lupa istirahat."
Usai berpamitan, Hasby meraih tas kerjanya yang ada diatas meja dekat dengan sofa tempat istrinya dan Bik Arsih duduk. Syafa yang mencium punggung tangannya, menarik perhatian Arya dan Bik Arsih.
"Syafa," panggil Arya.
Syafa menoleh. "Ya, ayah?"
"Kamu nggak ikut suamimu?"
Syafa dan Hasby saling pandang, lalu ia menggeleng pelan. "E—enggak, Syafa disini mau jagain Ayah," ucapnya.
"Nggak perlu, Nak. Ada Bik Arsih yang udah biasa bantuin Ayah, beliau udah seperti kakak kandung ayah."
"Gapapa, pulanglah ... Kalian berdua keliatan kurang istirahat."
"Kasian Hasby kalo nyetir sendiri malem-malem gini, kalo ngantuk gimana?"
Syafa melirik Hasby dengan ragu, pria itu berdiri disampingnya. "Iya mbak, pulang gih ... bapak aman sama Bibik," ucap Bik Arsih menambahkan.
"Mas Hasby butuh dipijat juga, beliau pasti belum ada istirahat." Nada bicara Bik Arsih mulai nakal.
Hasby hanya tersenyum melihat mereka. Jujur saja Syafa memang tadi tidak rela harus ditinggal oleh Hasby, sekarang ia diminta pulang bersama sang suami. Rasanya jantung nya berdegup kencang tak karuan, Syafa gugup dan takut bukan main.
"Mau ikut?" tanya Hasby.
Syafa melihat orang-orang disekitar secara bergantian, terutama ayahnya yang sedang memperhatikannya.
'Ya Allah, Gusti ... gimana ini, aku deg-degan kalo berduaan doang.'
"Ayo cepat nak, keburu malem banget," ucap Arya.
Syafa mengangguk cepat. " Iya—aku ikut mas pulang."
"Kalo gitu, mas tunggu diluar ya. Ayah, Bik ... Assalamu'alaikum."
Syafa mulai mengambil barang-barangnya dan mengikuti Hasby keluar. Karena gugup, Ia memilih berjalan dibelakang pria itu, matanya menatap punggung Hasby yang tampak bidang dan atletis.
'Mas Hasby ini apa suka nge gym? Punggungnya mantep banget,'
'Apalagi pinggulnya ... Masha Allah jodohku,'
"PLEASE jangan mendua ya, rugi banget orang seindah mas Hasby dibagi-bagi!'
Teriaknya didalam hati. Syafa senyam-senyum sendiri dengan imajinasinya. Mereka menuju tempat parkir, saat didepan mobil Hasby menoleh padanya.
"Tas kamu ditaruh belakang aja," pintanya.
Tanpa menjawab Syafa langsung mengikuti perintah Hasby. "Ayo masuk," ajaknya.
Dengan romantis Hasby membukakan pintu mobil untuknya. Syafa benar-benar bingung, pikirannya kosong tak tau harus apa. Bahkan debar jantungnya bisa ia dengar dengan jelas. Selama perjalanan Syafa menatap lurus kedepan, tubuhnya tegang dan wajahnya terlihat jelas sedang gugup.
Hasby ingin tertawa melihat ekspresi wajahnya.
"Kamu kedinginan?" tanya Hasby membuka percakapan.
"Enggak kok," jawabnya dengan cepat.
Hasby tertawa kecil, Syafa tidak perduli apa yang ditertawakan suaminya itu karena dia sudah sangat gugup.
"Canggung ya," ucap Hasby.
Syafa meliriknya lalu mengangguk pelan. Ia menyentuh pipinya.
'Tadi dirumah sakit nggak secanggung ini, kenapa sekarang jadi kayak orang baru kenal! Dasar Syafaaaaa,'
"Ujiannya udah selesai, kan?" tanya Hasby.
"Ya, pagi tadi yang terakhir. ehm ... Mas besok masih ke kampus?"
"Masih, karena mahasiswa libur jadi mas juga banyak yang harus diurus sebelum liburan juga."
Syafa kembali fokus pada jalanan yang ada didepannya, jalan raya tampak sepi, tak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Syafa yakin ini belum sampai tengah malam, tapi kenapa sudah sesepi ini.
'Seharusnya macet aja ini jalan, biar ada yang diomongin,' monolognya.
"Mas,"
"Apa?"
Syafa menggeleng, "Nggak jadi."
Suasana terasa semakin dingin, entah faktor AC mobil atau tubuh Syafa yang gemetar hingga mengeluarkan keringat dingin. Ia mengusap belakang lehernya, mulutnya sudah tidak tau harus bicara apa.
"Dua Minggu lagi, resepsi pernikahan kita. Kamu nggak lupa, kan?"
"Enggak kok, aku inget mas."
Hasby tersenyum lega. "Setelah resepsi, ada tempat yang mau kamu datangi?"
'Asik! Mau jalan-jalan pasti.'
'Eh— apa ini kode buat ngajak bulan madu?' pikirnya.
Syafa melihat Hasby dengan wajah serius. "Belum kepikiran, mas. Kalo mas sendiri?"
Hasby tampak berpikir, lalu melirik sebentar ke Syafa. "Mas juga belum kepikiran tempatnya, tapi untuk permulaan, baiknya dirumah dulu," ucapnya.
"Maksudnya?"
Hasby menyungging senyuman. Syafa diam sejenak mencernanya, wajahnya langsung memerah. Sial, ia paham maksudnya dari ucapan suaminya. Syafa langsung berbalik, ia melihat ke arah jendela, ia benar-benar malu membayangkan hal itu.
"Kamu malu?"
'Jangan ditanyaaa, ya Allah, pengen lompat dari mobil, tapi takut mati.'
"Menurut mas aja!"
"Nanti juga terbiasa."
'Sumpah, ternyata ini orang jahil banget ya.'
Hasby meriah tangan Syafa membuat gadis itu tersentak kaget, lalu meletakkannya dipaha. "Biar fokus nyetir," ucapnya.
Syafa menutup mulutnya untuk menutupi senyumnya. Ponselnya tiba-tiba berdering, Syafa mengeceknya menggunakan tangan kirinya.
Matanya membulat kaget membaca pesan yang pengirimnya tidak lain yaitu Bik Arsih.
...Bibik wonder woman...
Kamar tidurnya udah bibik kasih wewangian ya, Mbak. Cek juga di lemari makeup, udah ada resep dari Bibik.
Semangat jadi capek!
Disisi lain Bik Arsih dan Arya tampak puas dengan kerja sama dadakan yang mereka lakukan untuk 'mengusir' Syafa agar ia mau pulang. Bik Arsih baru saja mengirim pesan untuk Syafa.
"Semoga dapet kabar baik ya, Bik."
"Amin pak, kita doakan."
selamat buat syafa,, smg tdk ada aral melintang selama kehamilan ya