Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPA YANG HAMIL, DOK?
Sesampainya mereka di rumah sakit. Dimi dengan cepat keluar dari mobil kemudian membawa Marissa dengan menggendong tubuh wanita itu masuk ke dalam rumah sakit.
"DOKTER … DOKTER!!"
Pekikan suara pria itu terdengar menggelegar hingga kedalam ruang IGD hingga membuat orang-orang berdatangan termasuk para suster yang dengan sigap mengambil brankar rumah sakit kemudian pria itu membaringkan Marissa di sana.
"Cepat beri penanganan, perutnya sangat sakit. AYO CEPAT!!" hardik pria itu pada salah satu perawat yang bergeming di tempatnya.
"B-baik, Tuan," sahut perawat itu dengan terbata bata saat tersentak dengan suara hardikan Dimi.
"Ayo cepat!" Ajak suster itu pada suster lainnya untuk segera membawa pasien masuk.
Sementara para suster yang berjumlah tiga orang dengan mulus melenggang masuk ke dalam rumah sakit, berbeda dengan Dimi yang ikut mendorong brankar menuju ruang IGD namun baru akan menginjakkan kakinya masuk ke area dalam rumah sakit tiba-tiba ia dicegat oleh dua orang security berpakaian serba coklat.
"Berhenti! Anda mau kemana?" ucap salah seorang security bertubuh tambun.
"Mau masuklah, masa iya mau berenang!" ketus Dimi menanggapi pertanyaan konyol salah seorang petugas keamanan rumah sakit.
"Baik, silahkan tapi tolong mobilnya di pinggirkan lebih dulu. Karena posisi mobil Anda saat ini mengganggu jalur ambulance yang nanti datang," tunjuk security yang kali ini bertubuh tinggi besar dengan kulit sedikit gelap.
"HEI!! KAU TIDAK LIHAT WANITA INI SEDANG KESAKITAN! APA KALIAN TAK PUNYA MATA, HUH?? INI JUGA DARURAT ASAL KALIAN TAHU!!" berang Dimi saat kedua petugas keamanan rumah sakit itu menghalangi masuk.
"Dimi.. please stop! Perutku semakin sakit," ucap wanita itu dengan suara lemah.
"Baiklah, baiklah, ayo!" sahut Dimi yang dengan cepat masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang IGD tanpa mengindahkan larangan dua security tadi. Dan tanpa pria itu sadari jika salah satu security yang menghalanginya masuk ikut serta mendorong brankar masuk kedalam ruang IGD.
"Oh God!! Ada apa Lagi, huh?!" kesal Dimi saat menyadari kehadiran salah satu petugas keamanan tadi.
"Maafkan kami, Tuan jika kurang sopan. Tapi bisakah Anda meminggirkan mobil Anda? Mobil ambulance bisa datang tiba-tiba dan mobil Anda menghalangi karena mengambil area parkir khusus untuk mobil darurat seperti mobil ambulance," jelas security itu dengan lebih sopan.
Terdengar suara hembusan napas Dimi sesaat setelah mendengar penjelasan Security tersebut.
"Apa disini ada valet? Jika iya, ini.. ambillah. Ini kunci mobil saya. Saya meminta bantuan Anda untuk memberikan pada salah seorang petugas valet untuk memarkirkan mobil saya karena saya harus mendampingi istri saya yang sedang kesakitan," ujar pria itu berdalih.
Dengan terpaksa akhirnya security tersebut keluar dari ruang IGD setelah mengambil kunci mobil Dimi yang berlambang kuda itu.
*
*
Setelah menunggu beberapa saat, dua dokter jaga tiba kemudian menghampiri brankar Marissa lalu memeriksanya. Dimi masih setia berada di samping Marissa yang tengah diperiksa oleh dokter jaga IGD yang bertugas saat itu, dengan ditemani oleh beberapa dokter muda dan suster rumah sakit lainnya.
"Bagaimana, Dok? Apa yang terjadi padanya?" tanya Dimi.
"Maaf, Anda siapanya pasien?" Bukannya menjawab pertanyaan Dimi, dokter itu justru balik bertanya padanya hingga membuat pria itu semakin kesal.
Pertanyaan dokter itu sebenarnya adalah pertanyaan biasa yang dikatakan oleh seorang dokter, sebab sebagai seorang dokter, mereka sudah berikrar bersumpah untuk menjunjung tinggi kerahasiaan data pasien kecuali pada keluarga inti mereka.
"Saya.. saya suaminya, ya saya suaminya, Dok. Sekarang cepat beritahu saya, sebenarnya dia kenapa, padahal tadi baik-baik saja tapi tiba-tiba saja dia merintih kesakitan seperti sekarang," jawab Dimi dengan cepat.
"Baiklah, Tuan. Dari cerita yang dikatakan Nyonya Marissa tadi, sepertinya beliau keracunan makanan," tukas sang dokter jaga.
"Racun! Dia keracunan makanan? Bagaimana bisa, Dok? Tadi kami makan malam bersama dan tidak ada yang mencurigakan sama sekali, bahkan tadi aku sempat mencicipi makanan yang dia makan. Dan.. lihatlah, saya baik-baik saja bukan!" jelas pria itu pada sang dokter.
"Baiklah, begini. Setiap tubuh manusia memiliki toleran terhadap sesuatu hal berbeda-beda. Misalnya, ada makanan yang baru satu suap saja sudah membuat seseorang merasakan suatu reaksi pada tubuh mereka dan ada pula yang makan bahkan sampai tandas pun tidak merasakan apa-apa. Dan sepertinya, Nyonya Marissa termasuk ke dalam contoh yang pertama tadi," papar sang dokter.
"Terlebih di kondisinya yang tengah berbadan dua seperti ini memang akan lebih sensitif dari biasanya ketimbang sebelum beliau hamil," sambungnya.
Pria itu masih setia mendengar penjelasan dokter mengenai penyebab perut wanita itu sakit tanpa berniat menyela perkataan dokter sama sekali. Bahkan Dimi sepertinya masih syok hingga masih tidak ngeh dengan kabar yang baru saja didengarnya.
"Dan juga kebiasaan minum jus buah bersamaan dengan makanan terkadang menjadi salah satu kombinasi paling beracun karena bisa merusak sistem kerja dalam tubuh kita. Saya anjurkan untuk mengkonsumsi air putih sebelum meminum jus. Setidaknya diberi jeda jika memang ingin meminum jus, sekitar sepuluh menit sebelumnya," ujar dokter memberi nasehat.
"Tapi syukurlah Anda dengan cepat membawa istri Anda ke rumah sakit karena keracunan makanan saat hamil tidak bisa disepelekan sehingga perlu mendapat penanganan yang tepat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada janin yang ada di dalam kandungan. Tapi, Tuan tenang saja, kami sudah memberikan pertolongan pertama dengan memberi antibiotik dan cairan ringer laktat atau RL untuk membuang racun yang berada di dalam tubuh, Nyonya Marissa. Dan untuk lebih jelas perihal janin, kami sudah menghubungi dokter obgyn yang lebih berkompeten memeriksa kesehatan janin," papar sang dokter panjang lebar.
"Suster, tolong jadwalkan pasien untuk melakukan pemeriksaan USG, setelah hasilnya keluar, berikan saat dokter Obgyn kemari," pungkas sang dokter memberi perintah pada suster yang berada di samping kirinya.
"Baik, Dok," sahut suster itu mengiyakan.
Dimi terlihat syok mendengar kabar kehamilan Marissa dari dokter yang menangani wanita itu. Padahal sejak awal menjelaskan, dokter sudah mengatakan jika Marissa sedang berbadan dua. Hingga saat dokter itu sudah selesai bicara, barulah pria itu mengeluarkan suaranya.
"Oh.. seperti itu, ternyata ini semua karena faktor makanan dan kehamilan. Benar begitu, Dok!" seru pria itu. "Tapi.. sejak tadi Dokter bilang hamil hamil dan hamil, sebenarnya siapa yang hamil, Dok?" tanya Dimi pada akhirnya saat kesadarannya sudah kembali seratus persen.
Pertanyaan Dimi barusan membuat para dokter dan suster lainnya menatap pria tampan yang mengaku sebagai suami dari wanita yang tengah berbaring itu secara bersamaan. Mereka saling berpandangan sejenak sebelum akhirnya Marissa berbicara.
"Dimi …." Marissa memegang tangan pria itu saat ia akan kembali bertanya. "Baiklah, Dok. Terima untuk penjelasannya. Selebihnya biar saya yang jelaskan, sekali lagi terima kasih," pungkas wanita itu seraya mengulas senyum pada dokter dan suster yang sedang menatapnya canggung.
"Baiklah, kalau begitu kami tinggal dulu. Nanti akan ada perawat yang akan membawa Anda ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan USG. Kalau begitu kami permisi," pamit sang dokter dengan sopan kemudian berlalu meninggalkan sepasang suami-istri jadi jadian itu.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼