Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUNGKINKAH?
"Claire, dari mana saja kamu?" suara teriakan Mom Maria menghentikan langkah Claire yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya.
"Biasa Mom, aku ada pemotretan di Studionya Stevie." jawab Claire asal.
"Claire, Nyonya Jenny mencari mu, dia memintamu untuk menemani Reynald dirumah sakit,"
"Aku...!" Claire menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu! Siapa lagi? Kamu kan tunangannya Reynald, sayang. Sudah sepantasnya kamu menemani dan merawat Reynald," ujar Maria Antoine.
"Maaf Mom, aku sibuk," Claire melangkahkan kakinya segera ke kamar dan mengunci pintu kamar dari dalam, tak peduli sang mama berteriak dibelakangnya.
"Claire, mommy belum selesai bicara denganmu."
"Aku tidak mau, Mom. Batalkan saja pertunangan itu, aku tidak mau mempunyai suami yang cacat, dia juga tidak mencintaiku," sahut Claire berteriak dari dalam kamar.
Mommy Maria menarik nafas panjang. Tak habis pikir dengan kelakuan putri semata wayangnya itu.
Dulu dia memohon untuk bertunangan dengan Reynald, sekarang dia meminta untuk membatalkan pernikahan mereka.
"Mommy akan bicara dengan Daddy kamu," jawab Maria lagi. Wanita itu segera berbalik dan kembali ke ruangan keluarga di lantai satu rumahnya.
"Ada apa, Mom?" tanya Tuan Antoine pada istrinya.
"Lihatlah, putrimu Claire. Dia meminta pertunangannya dengan Reynald dibatalkan," keluh Maria.
"Kenapa?"
"Dia bilang, Reynald itu sekarang cacat dan tidak bisa diandalkan, aku merasa tidak enak hati dengan nyonya Jenny. Apa yang harus aku katakan padanya?" Ucap Maria bingung.
"Panggil anak itu kemari?" titah Tuan Mark murka.
Maria menyusul Claire ke kamarnya, namun tidak ada sahutan. Maria membuka pintu dengan paksa. Kamar itu kosong, sedangkan jendela kamar terbuka lebar. Claire melarikan diri lewat jendela.
"Dad, Claire kabur!" Teriak Maria panik.
Tuan Mark segera menyusul sang istri kamar putrinya.
"Bagaimana dia bisa kabur?" Tuan Mark berdiri sambil berkacak pinggang.
"Aku akan memerintahkan anak buahku untuk membawanya pulang," ujar Tuan Mark.
Mom Maria duduk di sisi ranjang putrinya dengan wajah sedih. Bukankah semua bisa dibicarakan dengan baik, pikirnya.
Mom Maria, menemukan sepucuk surat yang ditinggalkan Claire dimeja riasnya. Namun, dia sembunyikan dari suaminya.
Dear, Mom!
Maaf, aku pergi meninggalkan rumah, aku akan pergi bersama kekasihku. Karena saat ini, aku mengandung anaknya.
Jujur, aku tidak pernah mencintai Reynald Wilson. Aku mencintai kekasihku. Kami akan hidup bersama di suatu tempat yang jauh.
Sekali lagi, maafkan Aku, Mom! Aku sayang kalian.
Claire.
"Claire, kamu menempatkan Mommy dalam masalah besar," keluh Mom Maria.
Claire saat ini sudah berada di Bandara Internasional JFK. Matthew sudah menunggunya disana dengan sebuah koper yang telah mereka persiapkan bersama.
"Matthew...!" Teriak Claire begitu melihat kekasihnya di pintu keberangkatan.
"Sayang, kupikir kau tidak akan datang!" Matthew memeluk kekasihnya itu erat.
"Aku pasti datang, Sayang. Aku akan mengikuti mu kemanapun kamu pergi," ucap Claire tersenyum sumringah.
"Baiklah, ayo kita masuk, sebentar lagi pesawat yang akan kita tumpangi akan berangkat."
Claire mengikuti Matthew menuju pesawat yang akan membawa mereka ke negara Perancis. Di negara itu, Matthew mempunyai sebuah rumah yang merupakan peninggalan keluarganya. Disanalah dia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Claire dan anak yang sedang dikandungnya.
Orang tua Claire benar-benar murka pada anaknya, setelah mengetahui bahwa Claire melarikan diri dengan kekasihnya ke negara Prancis.
Sebenarnya Claire sudah merencanakan kepergiannya bersama Matthew ke luar negeri. Apalagi Nyonya Jenny sering menghubunginya agar mau merawat Reynald di rumah sakit.
Claire menolak permintaan Calon mertuanya itu, dengan berbagai alasan. Dia yakin, suatu saat, Ayahnya akan membicarakan masalah pernikahannya dengan Reynald.
Sebelum itu terjadi, Claire dan Matthew segera melarikan diri. Agar Claire tidak terjebak dalam pernikahan bisnis yang orang tua mereka inginkan.
******
Sementara Daddy Ronald dan mommy Jenny, belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpa putra mereka. Mereka masih saja menyalahkan Zevanya, sebagai penyebab semua masalah yang terjadi dalam kehidupan Reynald. Egois memang, kedua orang tua itu justru tidak menyadari keegoisan mereka lah yang membuat putranya hancur.
Sudah 6 bulan Reynald dirawat dirumah sakit kota New York. Kesehatannya berangsur pulih, alat -alat medis yang melekat ditubuhnya, sudah berangsur-angsur dilepaskan. Namun sikapnya berubah dingin dan jarang bicara.
"Reynald, kamu sudah merasa lebih baik, Nak?" tanya Mom Jenny.
"Tak ada jawaban, Reynald hanya mengedipkan matanya sesaat.
"Rey, bicaralah! Katakan sesuatu!" ujar Mom Jenny.
Reynald hanya menggeleng.
Reynald sangat membenci keegoisan Daddy Ronald dan Mommy Jenny. Mereka tidak mau mengakui bahwa sebenarnya mereka sendirilah, dalang dari semua kesengsaraan yang menimpa putra mereka.
"Rey, besok Mommy dan Daddy akan kembali ke Ohio. Kamu akan tetap disini selama masa observasi. Jika dokter mengizinkan, kamu bisa kembali ke Ohio bulan depan." ujar Mom Jenny.
Namun, Mom Jenny hanya bicara dengan angin, karena Reynald tidak menanggapinya. Akhirnya, Mom Jenny dan Dad Ronald pergi dengan perasaan kecewa.
Sementara Abraham masih setia mendampingi Reynald sahabatnya itu. Semenjak Rey dirawat di rumah sakit di kota New York.
Dokter berkata, bahwa kondisi Reynald sudah mencapai 90% pulih, namun mereka masih melakukan observasi terhadap daya ingat Reynald pasca operasi untuk kesekian kalinya di bagian kepala pria itu.
Observasi dilakukan karena, Reynald masih merasakan sakit di kepalanya, setiap kali dia mencoba mengingat sesuatu.
*****
Malam itu diawal bulan Juni yang dingin. Semua penghuni rumah sakit, telah kembali lelap dalam peraduannya. Begitu juga Abraham. Seperti biasa dia tidur di ranjang kecil yang ada disebelah tempat Rey dirawat.
Sayup-sayup dia mendengar suara rintihan Reynald. Pria itu gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Abraham bangun dan segera menghampiri sahabatnya itu.
"Rey, bangun! Kau mimpi buruk lagi?"
Abraham mencoba membangunkan Rey dengan mengguncang pundak pria itu dengan keras.
"Rey, bangun!" Untuk kesekian kalinya Abraham membangunkan sahabatnya itu. Beberapa hari belakangan ini, Reynald sering mendapat mimpi buruk. Dan Abraham meyakini, semua berhubungan dengan Zee.
Akhirnya Rey membuka matanya dengan nafas terengah-engah.
"Ada apa Rey? kau memikirkan sesuatu? katakan padaku!" Ujar Abraham. Abraham mengambil sebuah handuk kecil, dan menyeka keringat yang membasahi tubuh Reynald.
Rey menggeleng.
"Tidurlah! Aku tidak apa-apa!" Jawab Rey kembali mencoba memejamkan matanya.
"Rey, kamu sakit, aku akan memanggil dokter!" kata Abraham panik. Dia segera menekan tombol darurat yang ada di ruangan tempat Reynald dirawat.
Tak lama, seorang dokter datang memeriksa keadaan Reynald, dokter muda itu tidak menemukan kejanggalan dalam perut Reynald. Walau, pria itu masih menekan perutnya karena sakit.
"Apa yang terjadi, Dok? Tanya Abraham cemas.
"Tidak ada tanda-tanda penyakit dalam perutnya Tuan Abraham," ujar dokter itu bingung.
"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?" desak Abraham.
"Kami pernah menangani kasus seperti ini, tapi apakah dia memiliki istri yang sedang hamil atau melahirkan?" tanya Dokter muda itu menatap Abraham intens.
"Tidak mungkin!" sahut Abraham. Dia duduk di sofa sambil mengusap wajahnya kasar.
Abraham menatap sahabatnya yang sudah tertidur dengan lelap, setelah dokter menyuntikkan obat tidur.
"Reynald, aku tidak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi padamu di masa depan." bisik Abraham ada dirinya sendiri.
Mata Reynald memang terpejam, namun kilasan-kilasan aneh bermain-main dalam pikirannya. Dia baru saja mendapatkan mimpi yang aneh, dia merasakan sakit yang luar biasa dibagian perutnya, namun hanya beberapa saat, sakit itu hilang dengan sendirinya.
Didalam mimpinya, Rey bertemu kembali dengan wanita bergaun putih itu, wanita itu menangis sambil menggendong seorang bayi dalam pelukannya. Wanita itu mendekat, dan tanpa bicara memberikan bayi itu ke tangan Rey. Rey tidak bisa melihat wajah bayi itu, karena pandangannya samar, dia berusaha membuka matanya yang terasa berat, namun bayi itu tiba-tiba menghilang dalam derasnya hujan.
"Hujan ..." Gumamnya.
"Ada apa dengan hujan?" tanya Abraham.
"Abraham, aku memimpikan Zee, dia datang padaku, dia memberikan seorang bayi yang berlumuran darah. Lalu menghilang begitu saja," ungkap Reynald.
Abraham hanya diam, dia tidak mampu memahami makna mimpi yang diceritakan sahabatnya itu.
Apakah Zee telah menjalani hukuman matinya. Mungkin itulah sebabnya Rey memimpikan Zee menghilang dari pandangan nya.
Ataukah saat ini, Zee melahirkan seorang bayi, saat dia berada didalam penjara. Dan mungkin, itulah penyebabnya Reynald mengalami rasa sakit yang tidak tertahankan padahal dokter memastikan tidak ada kejanggalan dalam perut Reynald. Abraham memijit kepalanya dengan keras, kepalanya terasa mau pecah.
Ternyata ikatan cinta antara Reynald dan Zevanya begitu kuat. Hingga, jika Zevanya mengalami kesakitan, Reynald pun bisa merasakan.
Mungkinkah??
Bersambung.
Pingin nangis/Sob//Sob/