NovelToon NovelToon
Nikah Dini

Nikah Dini

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ela W.

Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.

Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bagian 14

Ayah terlihat fresh, hari cerah itu kini kembali, ibu juga bersemangat lagi, bukan artinya mereka tidak menyimpan banyak beban dan ketakutan. Ayah masih mengandalkan Antoni khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kudengar ayah juga sengaja mengontrak Antoni agar jangan mengambil pekerjaan lain untuk sementara waktu, aku tahu ini tidak mudah, ayah dan ibu pasti harus menyiapkan banyak hal untuk sebuah perlawanan atau minimal penangkal. Kali ini yang berseteru bukan suatu individu yang bertemu langsung, tapi perang dingin lewat jaringan internet. Terdengar lucu tapi beginilah kenyataan yang ada.

Kupanggil ia kak Antoni sejak saat ini, iya. Karena perjuangannya, bukankah aku harus menghormati. Ia jadi sering sekali berdiam di rumah atas permintaan ayah, ia diperintah agar terus mengecek secara berkala data perusahaan yang sengaja sudah dibuat yang baru. Semua aset juga dengan sengaja dipindahkan ke rekening pribadi milik adik dari ibu yang tidak bekerja sama di perusahaan ayah guna melindungi keuangan.

*****

POV : Keluarga Trio.

"Sialan, rekeningku terblokir." gerutu seorang pria paruh baya namun masih terlihat gagah.

"Kenapa pa?" seorang anak muda mendatanginya dengan memanggilnya papa.

"M-banking tidak bisa dibuka dengan keterangan diblokir."

"Kita harus ke bank secepatnya pa. Kalau tidak, bisa hilang uang papa." katanya lagi menggebu.

"Iya, papa siap-siap dulu ya." tak lama mereka langsung menuju bank pusat untuk menanyai kesalahan teknis menurut mereka. Tidak ada yang menyadari bahwa pemblokiran tidak dilakukan pihak bank. Langkah awal ini lah yang akan me-miskin kan mereka.

"Mohon maaf bapak, pemblokiran akun penyimpanan uang ini dilakukan atas dasar laporan penipuan uang. Kami menindak lanjutinya saja." keterangan karyawan bank membuat ia naik pitam tidak terima.

"Buktinya mana, mba ini jangan ngada-ngada." ia berceloteh melawan, berharap ada dukungan yang bisa membuat uangnya yang lumayan banyak kembali.

"Tapi mohon maaf atas kesalahan teknisnya, pak. Kami tidak dapat mengembalikan akun tersebut."

"Lantas bagaimana dengan nasib uang saya."

"Setelah kami cek, sebelum pemblokiran, uang yang ada sudah di transfer terlebih dahulu ke sebuah rekening personal."

"Rekening personal. Siapa?"

"Kami tidak bisa memastikan siapa dan dari cabang mana, pak ya."

"Gimana sih, kok bank pelayanannya seperti ini tidak ada tanggung jawabnya sama sekali. Itu uang besar loh mba."

"Mohon maaf bapak atas ketidak nyamanannya, mungkin nanti bisa dibicarakan dengan pimpinan bank, karena kami masih terbatas."

"Sialan, apa-apaan ini." bagaimana mungkin semua terjadi seperti mimpi dalam semalam. Baru kemarin sore m-banking-nya dicek dan semua masih aman, tidak ada tanda-tanda pembobolan dan tidak ada notif sama sekali.

Mereka akhirnya kembali ke rumah dengan gumpalan kemarahan yang luar biasa. Sejak lama melakukan penipuan uang dengan cara peretasan, baru kali ini ia terkena karmanya dan itu sangat membuatnya emosi. Merasa uang yang terkumpul sudah cukup banyak dan akhirnya hilang, sia-sia sudah melakukan dosa besar dalam pencurian.

"Siapa yang sudah melakukan ini, apa iya keluarga perempuan kurang ajar itu. Apa mereka menyewa IT handal atau memang pihak keluarganya ada yang bisa melakukan hal serupa." kepalanya bergumam. Kini ia merasakan betapa tidak enaknya kehilangan uang sebegitu banyak, hasil menipu dan mencuri saja, yang hilang sudah membuatnya frustasi, apa lagi orang yang ia rampas hasil dari jerih payah dan cucuran keringat oleh kerja keras. Pria paruh baya berkepala plontos dan kerutan di dahi yang mulai menumpuk, menggenggam tangannya sendiri. Ingin rasanya melampiaskan kemarahan dengan pukulan, makian dan teriakan. Sayangnya ia sadar tidak ada target kecuali keberadaan anak semata wayangnya.

Beberapa kali laki-laki tersebut mencoba mencari cara agar akun penyimpanannya bisa dibuka, ternyata hasilnya nihil. Emosinya memuncak dan semakin tidak karuan.

"Masih belum bisa juga, Pa?"

"Sudah tidak ada harapan sepertinya."

"Ulah siapa, aku pikir ayah sudah paling jago dalam menguasai ini. Ternyata ada orang lain lagi."

"Nanti kutampar mulutmu baru tahu rasa."

"Maaf, pa."

Laki-laki muda itu menunduk cemas, takut kemarahan orang yang ia sebut papa meluapkan emosi dengan menyakiti dirinya. Anak lelaki yang terlihat masih muda dan penuh trauma, tidak berani banyak membantah. Ia hanya bicara sesuai fakta, sayangnya meski sebuah kebenaran, ia sering mendapat hukuman yang terlalu berat bagi kesalahan kecil.

Mereka masih memikirkan cara lain untuk membuka blokir permanen, meski sebetulnya mustahil untuk mengembalikan sesuatu yang hilang jika sudah melawan IT yang lebih besar dari mereka. Tidak ada Joan lain kecuali merelakan. sayangnya, bicara tidak sesuai dengan hati, mereka mungkin bisa bicara akan mengiklaskan, bagaimana dengan hati yang penuh kegelisahan, karena yang sudah lenyap bukan uang yang sedikit.

*****

Aku belajar beramai dengan masa lalu, sedikit lebih kak Antoni memiliki peran atas kesembuhan dan pikiran positifku sehingga aku bisa hidup lebih tenang. Ia telah melindungi banyak aset yang dimilki kantor sehingga aku pun tidak ikut terbebani dan memikirkan banyak hal. Justru aku merasa terlindungi sejak adanya kak Antoni di dalam keluarga kami.

Lia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia melihat ke sekitar dan sesekali menatap orang-orang yang menurutnya aneh. Aku dan Lia sedang duduk di taman sekolah menikmati udara sepoy di bawah pohon rindang. Sejuk menerpa pori-pori hingga ke bagian tubuh yang ditutupi busana. Lia juga ikut menikmati, maklum beberapa bulan terakhir hujan tidak kunjung datang.

Kursi panjang di taman sekolah tetap kokoh meski kami adalah generasi berikutnya yang menempati bangku panjang yang dibuat dari cor-an dan dibalut semen halus atau biasa disebut acian. bangku panjang ini sudah dibuat jauh sebelum aku masuk ke sekolah favorit, warnanya sudah lusuh bahkan hampir pudar, biar begitu ia masih kuat menampung banyak beban. Aku mencolek Lia ketika melihat adik kelas berjalan dengan gaya yang aneh. Bukan bermaksud untuk body shaming, Hanya saja, di mana pun ada sebuah pertemanan, maka juga akan ada sebuah kode keras saat seseorang yang tidak cukup normal lewat pasti akan menjadi sebuah perbincangan. Lia menoleh dan melirik padaku mengajak berkomunikasi gaib lewat batin dalam sebuah per-gibahan.

Lia semakin ke sini memang lebih asik, dia tidak banyak neko-neko dalam berteman, apa adanya, baginya yang penting sebuah persahabatan panjang tanpa batas. Jika pun kami sama-sama tua, sudah sepakat untuk tidak saling melupakan dan meninggalkan satu sama lain.

"Liat tuh." Lia berbisik, lantas kucubit halus lengannya, meminta untuk berhenti mengacau isi pikiranku, karena aku adalah manusia yang cepat tertawa bahkan jika itu hanya perkara kecil dn menurut orang lain tidak bisa dipercaya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!