Perfect Marriage

Perfect Marriage

satu

"Jadi, Syafa benar-benar Ayah jodohkan?" Tanya Syafa dengan wajah serius.

Ayah Syafa yang bernama Arya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Syafa duduk diruang tamu dengan Ayahnya, pria itu ingin bicara serius tentang niatnya yang ingin menjodohkan Syafa.

Arya menunggu persetujuan dari Putri semata wayangnya. Syafa adalah orang yang paling Arya sayangi, sekarang gadis itu sudah berusia dua puluh satu tahun, ia sedang menempuh dunia perkuliahan dan sibuk menulis novel fiksi sebagai pengisi waktu luang.

Syafa itu anak yang penurut walaupun sering ketus dan kasar perkataannya saat marah, tapi ia tidak pernah menuntut apa-apa dari Ayahnya. Selalu berada disamping Arya saat pria itu sakit maupun sehat.

Arya harus memegang peran sebagai Ayah sekaligus seorang Ibu dalam membesarkan putrinya. Syafa tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu secara langsung sebab sudah kehilangan sosok Ibu saat bayi.

Terkadang Arya kewalahan dan tidak sanggup untuk mendidiknya, banyak hal yang tidak ia pahami tentang perempuan, tapi Arya terus berjuang.

Hal yang paling sulit saat menginjak masa pubertas, Syafa sering mengurung diri di kamar, karena ayahnya yang jarang pulang tepat waktu, dan itu wajar saja tidak ada yang bisa memperhatikannya selama dirumah karena Ayahnya sibuk di kantor.

"Kamu, keberatan, nak? Ayah pilihkan yang terbaik buat kamu," ucap Arya, ia menatap sendu wajah putrinya.

Syafa menelan ludah, Dia sudah tau beberapa hari yang lalu soal perjodohan.

"Ayah ... sebelum Syafa jawab, boleh Syafa tanya sesuatu?"

Arya mengangguk cepat.

"Boleh sayang, tanya saja."

Syafa menarik nafas, ia meraih tangan Ayahnya yang sudah dipenuhi keriput.

"Apa bisnis Ayah lagi ada masalah? Ayah butuh suntikan dana?"

Arya kaget mendengar pertanyaan putrinya. Bukan tanpa sebab, Syafa penasaran, kenapa tiba-tiba ingin menjodohkannya?, yang ia tau, orangtua akan mengambil jalan perjodohan ini untuk pernikahan politik yang menguntungkan. Kalau bukan karena perusahaan yang butuh dana, lalu apa alasannya.

Syafa butuh kepastian.

"Ayah?"

"Enggak nak, bukan begitu. bisnis alhamdulillah lancar kok, Ayah punya alasan tersendiri tentang perjodohan kamu ini, Ayah gak maksa Syafa buat mau, tapi ayah berharap ..." ucapnya dengan suara memelas.

Syafa menggenggam erat tangan Arya, pria itu menunduk, Rasanya beban di punggungnya sangat banyak, ia kelihatan lelah.

"Ayah, Syafa itu sayang banget sama Ayah. Syafa anak Ayah, Syafa bisa ngerti kekhawatiran Ayah"

Pria itu menunduk, benar adanya kekhawatiran itu. Ia takut umurnya tak panjang dan tak sempat melihat putrinya bahagia.

Syafa sangat penting untuknya, Syafa adalah segala-galanya, Syafa dunianya, Syafa kebahagiaannya.

Ia takut Syafa tidak menemukan lelaki yang tepat dan bisa menjaganya, ia tidak mau mendiang istrinya sedih.

Syafa menghela nafas perlahan, ia bangkit lalu memeluk punggung sang Ayah.

"Ayah ... Syafa bisa ngerasain kasih sayang Ayah yang tulus ke Syafa, makasih Ayah udah bertahan sejauh ini ...."

"Kalau ini permintaan Ayah, mana mungkin Syafa bisa nolak. karena Syafa yakin banget pilihan Ayah gak mungkin salah," ucap Syafa dengan suara lembut.

Arya tertegun, ia melihat wajah putrinya.

"Kamu setuju, nak?"

Syafa mengangguk sembari tersenyum manis.

Rasa bahagia dihati Arya memuncak, ia bangkit lalu memeluk erat Syafa, air matanya pun menetes.

"Maaf, ya? Insya Allah, pilihan Ayah jadi yang terbaik buat kamu." suaranya serak menahan tangis.

Syafa senang jika Ayahnya senang, meskipun hatinya ragu, Tapi menikah diumur nya yang sekarang juga tidak buruk.

"Ayah nggak perlu minta maaf, Mungkin memang udah jalannya Allah buat Syafa"

"Jadii ... kapan Syafa bisa ketemu calon suaminya?" tanya Syafa.

Arya melepas pelukannya.

"Akhir bulan ini, kamu kosong, kan?mereka udah nggak sabar pengen ketemu kamu."

"Karena selama satu bulan ini, Ayah selalu bilang untuk nunggu keputusan Kamu," ucap Arya.

Syafa mengangguk.

"Mereka kayaknya orang baik ya," ucapnya.

"Insya Allah, waktu Ayah ceritain tentang kamu, mereka senang, antusias banget pengen tau tentang anak ayah ini."

Syafa diam sejenak.

"Kenapa, nak?"

Syafa sedikit ragu dan malu untuk bertanya, tapi tidak salahkan kalau ia penasaran bagaimana rupa calonnya, masih belum terlambat untuk menolak lagi bila lelaki itu tak sesuai.

Jujur saja Syafa takut calonnya jelek.

"Syafa?"

"Ehm ... Ayah ada foto laki-laki itu gak? Bu-bukan buat apa-apa."

"Syafa cuma penasaran, dan Syafa berhak untuk lihat dulu, kalau dia nggak enak diliat, Syafa masih punya waktu juga buat nolak."

Arya mengerti maksud putrinya.

"Kamu benar, kalau dia tak enak diliat kamu boleh nolak, bentar Ayah ada simpan foto calonnya."

Arya mengambil ponsel disaku kemejanya, tangan yang penuh keriput dan kerutan mengotak-atik benda persegi panjang itu.

"Nah, ini."

Arya mengarahkan layar ponselnya ke Syafa, gadis itu pun mendekatkan wajahnya. Matanya membulat sempurna dan tidak berkedip saat tau siapa yang ada di foto itu.

Syafa mengusap matanya tak percaya, apakah foto itu cuma kebetulan mirip? Tapi kenapa bisa terlihat sangat sama. Pria itu orang yang familiar.

"Yah, bener yang ini orangnya?" tanya Syafa dengan terbata-bata.

Tubuhnya dingin.

"Benar, ganteng, kan? anak ini udah mapan, pinter, Ayah yakin kamu nggak akan nolak. dia juga udah liat foto kamu."

"Eh—ya ganteng tapi ..."

Arya binggung dengan gelagat aneh putrinya. Wanita itu tampak panik dan salah tingkah, sesekali mulutnya tampak bergumam tak jelas.

"Kamu kenapa, nak?"

Syafa menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah ... ini dosennya Syafa," ucapnya dengan suara gemetar, ia merangkul tangan Arya.

...

...

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Aq mampir Kak

2024-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!