Kaisar fikir setelah memiliki anak Jasmine akan berubah menjadi istri dan ibu yang baik, tapi ternyata dia salah.
Jasmine justru menjadikan Nala adiknya sebagai pengasuh anaknya serta mengurus semua keperluan Kaisar.
"Satu langkah lagi kamu keluar dari rumah, aku pastikan kita bercerai!" Kaisar.
Akankah keputusan Kaisar untuk bercerai dengan Jasmine adalah keputusan yang tepat dimana setelahnya dia menikahi Nala-adik Jasmine sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 27 Erlan Jatuh
Nala tengah melipat baju Erlan saat pelayan menghampirinya dan memberikan amplop putih padanya.
Membolak-balikkan amplop tersebut, ia melihat kop surat dari pengadilan dan surat tersebut ditujukan untuk Kaisar.
"Siapa yang mengirim surat ini, Bi?" tanya Nala pada pelayan itu.
"Kurang tahu, Non, tadi Bibi dikasih surat ini sama pak satpam," jawab pelayan itu.
Nala mengganggukkan kepala. Entah mengapa perasaannya jadi tidak tenang sebab dengan adanya surat ini maka Jasmine benar-benar menggugat hak asuh Erlan jatuh ketangan wanita itu.
Jasmine memang Ibu kandung Erlan tapi dirinyalah yang sudah membesarkan Erlan sejak anak itu lahir. Nala sudah sangat menyayangi Elan seperti anak kandungnya sendiri.
Membuka amplop tersebut dan membaca surat didalamnya, ia kemudian menatap Erlan yang sedang berbaring sembari meminum susu menggunakan dot.
"Er, kalau Mama Jasmine memenangkan hak asuh kamu apa kamu akan tinggal bersama mama Jasmine dan melupakan Mama?" tanya Nala dengan suara yang begitu lirih bahkan dadanya begitu sesak. Ia juga mengusap air mata yang jatuh begitu saja kepipinya.
Nala mengusap puncak kepala Erlan dan melabuhkan kecupan disana.
"Abis," kata Erlan mengangkat botol dot yang kini sudah kosong dan menunjukkannya pada Nala.
"Oh ... habis ya, Erlan mau lagi?" tanya Nala tapi anak itu menggelengkan kepala.
Erlan bangkit dari tidurnya kemudian melompat-lompat di kasur. Tangannya ia rentangkan mengajak Nala untuk ikut melompat.
"Ayo Ma, ayo lompat," ajak Erlan dengan logatnya.
Nala tersenyum mendengar Erlan berbicara. Anak laki-laki itu kini sudah mulai lancar berbicara dan bisa mengucapkan kosa kata lain selain Mama dan Papa.
"Mama nggak mau, ahh," kata Nala menggoda Erlan yang mengajaknya bermain tapi anak itu justru terus menarik-narik tangannya.
"Ayo Mama, ayo main," ajak Erlan sambil menarik tangan Nala.
"Iya-iya, Sayang, ayo kita main," balas Nala yang menyetujui ajakan Erlan.
Wanita itu meraih telapak tangan Erlan kemudian berdiri di atas kasur ikut melompat-lompat.
Gelak tawa keluar dari mulut keduanya. Semba terus melompat Nala memegangi tangan Erlan agar anak itu tidak terjatuh.
"Sudah, Sayang, sudah. Mama capek," kata Nala menghentikan permainan dan memegangi lutut mengatur nafas yang tersengal dengan keringat bercucuran.
Ia sudah lelah tapi Erlan justru masih ingin bermain lompat-lompatan.
"Sayang Mama capek. Kamu main yang lain aja ya," kata Nala memberi saran pada anak sambungannya.
"Ndak mau. Erlan mau main lompat-lompat aja," tolak Erlan tapi Nala tidak kehabisan cara untuk membujuk anak itu.
Nala mendudukan Erlan pada kuda-kudaan yang terbuat dari kayu yang memang diletakkan di kamarnya.
"Erlan naik ini aja ya," kata Nala kemudian mengarahkan tangan Erlan untuk memegang kayu dikepala kuda tersebut.
Erlan tak menyahut namun anak laki-laki itu tampak senang memaju mundurkan kuda-kudaannya seperti jungkat jungkit.
"Pada hari minggu kuturut ayah ke kota. Naik delman istimewa ku duduk di muka ..."
Nala terus benyanyi sembari memegangi Erlan yang duduk dikuda-kudaan itu. Erlan tampak senang, dia tertawa kencang bahkan bertepuk tangan seperti yang Nala lakukan.
"Eh-eh-eh, pegangan dong, Sayang," kata Nala kembali mengarahkan tangan Erlan untuk berpegangan namun Erlan yang aktif justru menaikkan kedua kakinya pada kuda-kudaan itu dan berdiri.
Belum sempat Nala menegur Erlan lagi anak itu sudah terjatuh.
Brukk!
"Erlan!" pekik Jasmine yang baru saja datang bersama Khayla. Dia terkejut melihat Erlan terjerembab kelantai padahal ada Nala yang menjaganya.
Nala mengambil Erlan yang terjerembab dengan perasaan menyesal karen tidak bisa menjaga anak itu dengan baik. Mulut Erlan berdarah terbentur lantai marmer yang keras begitu juga dengan hidung anak itu yang mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya.
Erlan menangis kencang merasakan sakit yang dia rasakan dan Nala langsung menenangkannya.
Jasmine melangkah mendekati Nala dan ...
Plakk!
Tamparan keras dia berikan pada sang adik yang tidak bisa menjaga Erlan dengan baik.
“Apa yang kamu lakukan pada anakku, Nala?” tanya Jasmine dengan menatap nyalang pada adiknya itu.
“Maaf, Kak, aku kurang sigap memeganginya,” lirih Nala sembari menggoyangkan tubuh Erlan menenangkan anak itu agar tidak menangis lagi dan mengusap darah yang keluar mulut dan hidung anak itu.
“Memang ya dimana-mana kalau ibu tiri itu selalu menyiksa anak tirinya seperti yang kamu lakukan sekarang ini," kata Jasmine menuduh Nala sengaja menyakiti Erlan.
Nala menggelengkan kepala karena apa yang Jasmine katakan itu tidaklah benar.
“Itu nggak benar, Kak. Aku nggak menyiksa Erlan tapi dia jatuh sendiri," jelas Nala tapi Jasmine tidak mau tahu.
Khayla mengambil Erlan yang menangis kemudian menggendong anak itu dan membawanya keluar dari kamar dengan tangan yang bergetar karena traumanya.
Tiba diluar Khayla menghubungi dokter anak untuk datang kerumah Kaisar. Tak lupa juga ia menghubungi Kaisar yang sedang berada dikantor dan mengabarkan bila Erlan terjatuh dan Nala sedang bertengkar dengan Jasmine.
Kaisar melangkah tergesa saat tiba dirumah dan langsung mencari keberadaan Erlan. Anak itu tengah diobati oleh dokter anak sembari duduk dipangkuan Khayla.
“Apa yang terjadi, Khay?" tanya Erlan menatap sepupunya itu.
“Aku nggak tahu, Kai, tapi yang jelas saat aku dan Jasmine datang anak kamu itu jatuh dari kuda-kudaannya," jelas Khayla
Kaisar menatap Erlan yang kini wajahnya sembab karena menangis yang cukup lama. Mengusap jejak air mata dipipi gembul sang putra ia kemudian melabuhkan kecupan pada anak itu.
“Papa lihat Mama Nala dulu ya,” kata Kaisar kemudian berlari menaiki tangga untuk melihat Nala dan Jasmine yang sedang bertengkar.
Suara makian dari Jasmine terdengar membuat langkah kaki Kaisar semakin cepat dan membuka pintu dengan kasar.
Jasmine dan Nala yang sedang bertengkar menoleh padanya dan menatap pria itu.
“Mas,” lirih Nala.
Dia takut sekali Kaisar marah padanya karena telah lalai menjaga Erlan dan membuat anak itu jatuh dan berdarah.
Jasmine tersenyum sinis. Dia yakin Kaisar pasti akan memarahi Nala yang tak bisa menjaga Erlan dengan baik. Kaisar sangat menyayangi Erlan, dia pasti tidak akan terima bila anaknya terluka sedikitpun apa lagi luka yang Erlan alami tadi cukup parah.
Jasmine juga akan menjadikan kejadian ini sebagai bukti dipengadilan bila Erlan tidak layak diasuh oleh Kaisar dan juga Nala.
“Kamu lihat, Mas, anak kita terluka gara-gara, Nala nggak becus menjaga anak kita," kata Jasmine pada Kaisar.
Kaisar menatap Nala yang menangis. Meski sudut bibir wanita itu berdarah karena tamparan Jasmine, namun ia menangis bukan karena tamparan itu melainkan karena menyesal tidak menjaga Erlan dengan baik.
Nala menatap Kaisar yang menatapnya dengan ekspresi tak bisa ia baca. Entah pria itu akan marah padanya atau membela dirinya tapi ia sangat mencintai pria itu dan berharap Kaisar membelanya.
tamat....
kan rangga belum ketemu sama shafira
gimana rasanya mengurus anak, seorang jasmin mau mengurus anak, nikmati aja, sakit lagi si erlannya, ya wajar karna dipisahkan dg orang tua yg dg kasih sayang mengasuh dan nerawatnya dr bayi