NovelToon NovelToon
Cincin Raja Tiga Dunia

Cincin Raja Tiga Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kaya Raya / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Pusaka Ajaib
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Seorang pengangguran yang hobi memancing, Kevin Zeivin, menemukan cincin besi di dalam perut ikan yang tengah ia bersihkan.

"Apa ini?", gumam Kevin merasa aneh, karena bisa mendengar suara hewan, tumbuhan, dan angin, seolah mampu memahami cara mereka berbicara.

"Apakah aku halusinasi atau kelainan jiwa?", gumam Kevin. Namun perlahan ia bisa berbincang dengan mereka dan menerima manfaat dari dunia hewan, tumbuhan, dan angin, bahkan bisa menyuruh mereka.

Akankah ini berkah atau musibah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sumber Energi Hutan Buatan

Kedua pria itu nampak berang, dikatai monyet oleh bocah gembel yang nampak sok berani ini.

"Oh, ternyata memang tikus bisa mencicit dan bisa saja menggigit kalau kita mengambil makanannya. Hei, tikus got! Cepat pergi sebelum kuledakkan kepalamu yang menjijikkan itu!", seru pria berkumis tebal, membawa senapan mesin jarak pendek di lengan kanannya.

" Kau benar. Kalau tikus ini melawan, nyawanya yang menjijikkan takkan ada yang bersedih atau menanyakannya. Sebaiknya dimusnahkan saja", pria berjenggot panjang itu melepas pengaman senjata dan memasang peredam agar mengurangi perhatian yang tidak perlu dari sekitar.

"Sebagai penjaga hutan ini, kau sudah melanggar aturan dengan berburu tanpa izin. Jadi, salahkan saja takdir sialmu itu, tikus!", pria berkumis tebal menyeringai, senang melihat nasib gembel ini akan segera menjadi bangkai.

"Dub!"

Sebutir peluru meluncur dengan suara teredam, melesat cepat dari moncong senapan menyasar kepala Kevin. Bahkan mereka tidak berbasa basi menjelaskan alasan eksekusi karena targetnya hanya gembel.

"Jleb!"

Peluru meleset 2cm dari kepala Kevin, menusuk batang pohon hingga tembus dan menusuk tanah. Jelas senjata itu bukan main kekuatan penetrasinya.

"Loh!", kedua pria itu melongo, tak kuasa menahan keheranan melihat tembakan sedekat ini bisa meleset sejauh 2cm. Sebelumnya, Kevin yang menyadari keberadaan dua penjaga yang tidak menyukainya ini pun mengeluarkan cincin agar bisa ia manfaatkan energi simpanannya.

Alhasil, ia berhasil membelokkan arah peluru dengan intensitas udara terkompresi dari ujung senapan ke sekitar tubuh Kevin. Nampak Kevin sedikit kecewa, karena ekspektasinya peluru itu akan berbalik arah dan mengenai penembak awal. Nyatanya, pengendalian miliknya masih jauh dari puncaknya.

"Wah, kenapa kau malah buang-buang amunisi?", si kumis tebal memarahi rekannya. Jarak satu setengah meter saja bisa meleset sejauh itu dari kepala target. Itu benar-benar buruk.

"Itu hanya keberuntungannya yang baik. Akan kucoba lagi, kau jaga dia agar tidak menghindar!", penjaga berjenggot panjang itu tak mau dihina.

"Ck! Cepat lah!", rekannya jengah dan ikut mengacungkan senjatanya, bersiap menembak.

Tidak seperti sebelumnya, Kevin mengambil dua kerikil, bersiap membidik dua dahi mereka, tak peduli apa yang akan diterimanya jika membantai dua penjaga itu. Namun sebelum menembak, ia akan memberi mereka kesempatan sekaligus menguji ulang kemampuannya mengalihkan peluru dengan metode yang sama.

"Dub! Dor!"

Dua tembakan dari laras senjata berbeda melesat ke arah kepala Kevin, namun keduanya gagal mengenai target, membuat kedua pria itu kembali melebarkan mata.

"Krak! Krak!"

Dua kepala berlubang akibat kerikil, lantas diikuti suara tubuh ambruk ke tanah. Kevin sengaja memberi kesempatan apakah para penjaga ini memang tak punya belas kasihan atau tidak. Dua kerikil itu sukses membuat keduanya terkapar, kejang dan meregang nyawa.

"Hufh, baru mau makan saja, ada pengganggu sok berkuasa", Kevin menghela nafas, sedikit kehilangan nafsu makannya. Kedua penjaga itu adalah nyawa pertama yang melayang di tangannya. Mau tak mau, membuat Kevin harus menenangkan diri sejenak.

"Kalau saja kalian hanya mengusirku, mungkin nyawa kalian takkan melayang sia-sia di tangan gelandangan. Jadi, salahkan saja keangkuhan kalian!", Kevin bergumam lantas melangkah pergi menjauhi lokasi kedua mayat. Ia bahkan tidak berminat menjarah apapun yang ada pada mayat penjaga itu.

Sekira dua kilometer, Kevin berhenti dan meneruskan acara sarapannya, mencoba menghapus memori dan aroma darah tadi. Usai menyantap daging rusa, Kevin menyimpan sebagian danging terbungkus daun ke dalam ranselnya.

"Huh, cincin, apa kau punya indikator kapasitasmu?", Kevin bermonolog sembari memperhatikan cincin itu. Ia pun mencoba mencari dalam ingatannya.

"Jadi begitu ya", Kevin mengangguk paham. Ia harus menjadi ahli dalam pengendalian angin, hewan, dan tumbuhan sebelum bisa menilik kapasitas cincinnya dalam menyimpan energi. Sebelum itu, ia hanya bisa mengisi dan memakai tanpa tahu kapasitas atau mungkin fitur lainnya.

Kevin yang penasaran pun mencoba melepas cincin itu, namun benda ini seperti lengket ke jemarinya tetapi bisa diputar-putar, seakan ada energi tak kasat mata yang menahan cincin ini agar tidak terlepas dari jarinya.

"Hufh, begitu rupanya. Aku menemukan satu keunikan lagi", Kevin merasa sedikit lega, karena cincin ini tidak akan mudah dicuri darinya.

Kevin berjalan memasuki hutan, mencoba peruntungan mendapatkan benda berharga sejenis batu energi. Tentu lebih efektif daripada mengambil energi dari alam secara langsung.

Saat Kevin menggunakan cincin keramat ini, ia akan dihormati hewan dan tumbuhan, bahkan angin mau "menuruti" keinginannya. Tanpa cincin ini, dia sama seperti orang biasa.

"Ini definisi sakti instan. Meski begitu, masak mi instan pun perlu kemampuan agar hasilnya tidak mengecewakan", Kevin menghibur dirinya. Jelas semua kemampuannya berpusat dari cincin keramat itu.

Namun begitu, ia masih dituntut untuk mampu menggapai kemampuan tertinggi dalam penggunaannya, sebagaimana mengendalikan mobil balap atau bahkan mobil tempur militer sekalipun. Pengendalinya hanya orang berkekuatan biasa, namun kecepatan dan kekuatannya jelas berbeda saat mengendarai mobil super itu.

Setelah berjalan lima belas menit mengikuti tikus tanah, Kevin berhenti di bawah pohon oak.

"Pohon ini kah yang kamu maksud?", Kevin menilik pohon setebal hampir satu meter ini. Samar-samar ia bisa merasakan energi yang cukup kuat terpancar. Namun ia tak tahu dari mana sumbernya.

"Benar tuan. Tapi saya tidak bisa mengambil semuanya", tikus itu mencicit namun sangat jelas di telinga Kevin, diterjemahkan dalam bahasa manusia.

"Memangnya, seberapa banyak itu?", Kevin tentu merasa heran. Biasanya tikus tanah sebesar telapak tangannya ini mampu membawa benda-benda dengan cepat dan lincah.

"Ada beberapa, tersebar hampir merata di seluruh hutan. Namun di bawah pohon ini lah yang terbesar dan terbanyak. Saya tidak bisa berhitung tuan", tikus itu kembali mencicit. Kevin mengangguk dan menyentuh pohon oak.

"Hamba tuan!", pohon oak itu berucap patuh.

"Coba keluarkan satu benda yang dimaksud si tikus itu dari bawahmu!", Kevin memberi perintah lantas mengalirkan energi dari cincinnya.

"Drr!"

Tanah sedikit bergetar saat akar pohon itu menarik batu mulia sekira berdiameter 180cm berwarna biru berkilau.

"Woah! Apa ini?", Kevin merasakan energi yang besar dari batu mulia ini. Ia pun menempelkan tangannya dan langsung menyerap energi besar itu.

"Hmm, luar biasa", gumam Kevin. Sudah hampir satu jam ia mencoba memindahkan energi dari batu itu ke dalam cincinnya. Namun sampai sekarang, belum nampak pendaran batu itu akan meredup.

"Hufh. Kalau begini, aku akan segera ketahuan pemilik hutan ini. Pasti mereka sedang memeriksa ke area ini segera", gumam Kevin. Pemuda ini merasa akan berbahaya dengan kemampuannya sekarang untuk melawan para utusan penguasa kota Dorman.

"Blarr!"

Kevin menggunakan pisaunya, mengalirkan kekuatan dari cincin dan menghujam ke tengah batu, mencoba mengambil sebagian yang bisa ia bawa. Meski ia mampu mengangkat batu besar ini sendirian dengan meniru kemampuan otot semut, ini akan merepotkan dan sulit menyembunyikannya nanti.

Setelah batu itu pecah menjadi beberapa bagian, Kevin mengambil pecahan batu paling tengah yang berpendar paling kuat, lantas menyimpannya di dalam ransel. Kevin pun melesat pergi dari hutan tanpa mengubur kembali sisa batu permata besar itu.

1
Swb Taro
lanjut thor
Swb Taro
oc lanjut thor
D'ken Nicko
semangat thor
D'ken Nicko
emang ga da bimbingan menjadi kultivator di ingatan mc ?
Swb Taro: yu d lanjut thor
Tabuut: Sayangnya bukan kultivator ini bang. Sejenis kisah pewaris kekuatan raja sulaiman
total 2 replies
D'ken Nicko
masih blm ktemu arah mau kemana alur cerita ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!