JAGOAN YANG TERSEMBUNYI

Setelah mengobati tangannya dirumah sakit, Addie kembali menuju Hotelnya menginap.

Dalam perjalanan dia selalu mengingat kejadian jari tangannya terpotong dan ancaman Calvin yang membuatnya putus asa.

Tak berselang lama, BMW hitam itu berhenti didepan hotel. Jendela mobil perlahan turun dan memperlihatkan sosok wajah dengan ekspresi dingin.

Addie mengeluarkan ponselnya, dan sebuah suara terdengar akrab dari seberang. "Markas besar sudah aman, tapi perusahaan kita kehilangan Miliaran dollar malam tadi. Siapa sebenarnya yang kamu singgung? Bagaimana bisa seseorang begitu kuat bisa berhadapan denganmu?"

"Ayah, ingat pria yang sedang dicari oleh otoritas kerajaan? kupikir dia hanya seorang pecundang, siapa sangka dia memiliki identitas yang mengerikan." Addie menunduk dan melirik jarinya yang terpotong, dia tidak membayangkan bahwa pria yang tampak seperti pecundang nyaris menghancurkan markas besar mereka dalam beberapa jam saja.

Tadi malam seperti mimpi buruk bagi Addie yang tidak ingin dia ingat lagi!

"Apa kamu yakin? Jika dia adalah orang yang menakutkan, mengapa pihak kerajaan mengejarnya?" Addie hampir tidak berkata-kata saat mendengar pertanyaan itu dari ujung telepon lain. Dia kemudian bertanya, "Ayah apakah menurutmu itu bukan dia?"

"Identitas penyerang yang menghantam markas kita kemarin adalah sebuah misteri, bisa dipastikan bahwa itu bukan pria yang diinginkan oleh pihak keluarga kerajaan, pihak keluarga kerajaan tidak akan memburu seorang pria dengan identitas yang tidak diketahui. apakah kamu mengerti?"

Mata Addie berkilat dingin ketika mendengar penjelasan ayahnya. Dia pun menjawab, "Aku mengerti ayah!"

Setelah menutup telepon, Addie mengepalkan tinjunya, karena kehilangan jari-jari tangannya sampai gemetar karena marah.

"Calvin Carroll, kau harus mati!" Addie berteriak marah didalam mobilnya. Tatapan dingin dimatanya benar-benar menakutkan.

Dia tidak bisa membayangkan bahwa Calvin adalah seorang ahli dalam berpura-pura. bahkan dirinya tertipu oleh actingnya.

Dia merasa malu pada dirinya sendiri karena merendahkan dirinya dan mengunjungi Calvin dengan membawa hadiah.

"Bajingan tak tahu malu!" umpatnya dalam hati.

Kemudian dia menyuruh bawahannya, "Pergi, dan bawa Calvin padaku! Aku akan membuatnya menderita sampai dia berharap mati.

Siang harinya, Calvin pergi ke menara Valentines corporation dengan mengunakan taxi.

Beberapa saat kemudian, sebuah taksi berhenti didepan menara Valentines corporation. Calvin turun dari taxi dan masuk kedalam gedung itu.

Setelah keributan di perusahaan beberapa waktu lalu, sosok Calvin menjadi sosok yang buruk didepan semua karyawan dan petinggi Valentines corporation.

Begitu dia melangkah ke lobi, kemunculannya menarik perhatian para staf. Semua orang membicarakannya saat dirinya melewati mereka.

Sebagian besar staf disana akrab dengan nama Calvin. Meskipun mereka hanya mengenal pria itu sebagai menantu mitra lokal dan tidak berguna dikeluarga Valentino.

Selain itu, ada desas-desus beredar yang mengatakan bahwa, beberapa bulan setelah Calvin menikah dengan Stella, pria itu tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarga perempuan.

Oleh karena itu, Dimata para staf Valentines corporation, Calvin hanyalah pria malang yang membuang martabatnya hanya untuk menikah dengan keluarga kaya. Calvin dianggap sebagai orang yang berharap dapat menikmati sebagai menantu kaya dan akhirnya terlihat lebih buruk dari seekor anjing. Namun demikian, Calvin mengabaikan gosip itu dan naik lift lantai tertinggi menara Valentines corporation.

Ketika melihat Calvin keluar dari lift, resepsionis tidak menghentikan langka pria itu untuk memasuki kantor CEO. Sebaliknya resepsionis itu mencibir saat melihat pakaian lusuh yang dikenakan Calvin dengan cemoohan dan penghinaan.

Tetapi saat Calvin membuka pintu kantor CEO, dia kebetulan melihat Stella mendiskusikan sesuatu dengan seorang wanita cantik.

Calvin melirik wanita itu dan mengakui bahwa wanita itu adalah sosok yang cantik dan seksi.

Wanita itu memiliki rambut panjang hitam dan halus, pakaian formal berwarna hitam yang dipakainya tidak bisa menyembunyikan pesona yang terpancar dari wanita itu. sembilan koma lima poin kata Calvin.

Calvin tidak ragu-ragu menilai penampilan wanita itu didalam pikirannya. wanita ini jelas mendapatkan sembilan setengah poin, tipe wanita yang jarang ditemukan. Calvin tidak bisa mengalihkan pandangannya dari belahan dadanya yang menonjol dan lehernya yang putih mulus.

Kemudian, Stella dan wanita cantik itu menyadari kemunculan Calvin yang tiba-tiba diruangan itu. Wanita itu pun bertanya, "Siapa dia?" wanita itu tampak terkejut dan tercengang.

"Dia suamiku!" jawab Stella dengan tidak sabar lalu melototi Calvin dan berkata, "Bukankah aku sudah bilang, kamu jangan pernah datang ke kantorku! Kenapa kamu Mala kesini lagi?"

"Nona Stella, aku ..."

tepat ketika Calvin hendak menjelaskan kepada Stella, wanita itu menyela dengan suara keras, "Keluar ...."

"Baik ..."

Calvin dengan cepat meninggalkan ruangan itu dan menunggu diluar. Dia berpikir dalam hati, aku pasti akan meniduri kamu kelak, tunggu saja.

Butuh waktu cukup lama akhirnya sebuah suara yang menawan terdengar dari dalam ruangan CEO. "Kamu bisa masuk!"

Calvin akhirnya membuka pintu dan melihat wanita cantik itu duduk diatas sofa dengan kaki bersilang menggoda.

Wanita itu juga menilik Calvin dengan mata yang sensual dan penuh gairah.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Stella menatap dingin kearah Calvin saat pria itu duduk didepan mejanya.

tatapan Calvin tertuju pada kotak makan yang ada diatas meja Stella. Calvin pun berkata, sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang dibungkus dengan bungkusan seperti ini tidak baik untuk kesehatanmu. Aku ingin mengajak kalian makan diluar."

Stella suamimu benar, apa pantas aku makan siang dengan nasi kotak sebagai makanan sambutan sekembalinya aku ke kota Astana?" wanita cantik itu tersenyum.

Stella melirik Calvin dan berbicara dengan nada mencemooh, "Baiklah, aku akan traktir makan siang, ayo berangkat!"

Stella bangkit berdiri dan berjalan beberapa langkah sebelum berhenti dan berbalik untuk menatap wanita cantik itu dan berkata, "Rachel, jangan pernah menyebut pria ini suamiku dikantor ini."

"Baiklah, terserah padamu!"

Tepat setelah Stella meninggalkan ruangan, Rachel menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya. Dia memandang Calvin dan berkata, "Stella telah menceritakan tentangmu, Kamu tidak seburuk yang diceritakan."

Calvin menatap wanita menawan didepannya. Setiap gerakan wanita itu sangat menggoda, mengisap rokok saja membuatnya tampak sensual dan menggairahkan

"Kamu siapa?" Calvin bertanya sambil menatap wanita itu dengan tatapan yang dalam.

Sambil berjalan mendekat Calvin , wanita itu menjawab tepat ditelinga Calvin, "Namaku Rachel Patterson, aku adalah teman baik Stella!" jawab wanita itu sambil menjilat telinga Calvin.

Calvin hampir terpengaruh oleh godaan wanita itu, dia menekan hawa nafsunya yang bergelora didalam tubuhnya.

Kemudian wanita itu melanjutkan, "Kami dulu adalah teman sekampus di New York. Meskipun Rachel baru berusia dua puluhan, dia terlihat jauh lebih dewasa dari teman seusianya.

"Aku Calvin Carroll, suami Stella!" Calvin menjawabnya dengan membentuk senyum lebar diwajahnya, namun gejolak nafsu didalam tubuhnya sulit untuk dibendung. Namun ketenangan Calvin membuat Rachel sedikit mengernyit.

Rachel tidak menyadari bahwa ada yang menonjol dibagian bawah Calvin. Tapi karena Rachel hanya terfokus pada ekspresi wajah Calvin , jadi dia tidak memperhatikan bagian itunya.

Calvin tetap tenang saat tatapan menggoda Rachel terus menghantam Calvin. Namun Calvin tatap menguasai dirinya dengan baik, dia tetap tenang.

Tak bisa diragukan, setiap gerakan Rachel dapat menghancurkan keteguhan Calvin.

Orang biasa tidak akan mampu menahan diri dan akhirnya tunduk pada hasrat mereka.

Aku tak menyangka selera Stella begitu ... Unik." kata Rachel sambil bibirnya melengkung membentuk senyuman menggoda.

Rachel mencondongkan tubuhnya kearah Calvin dan berbisik di telinganya dan berkata, "aku juga suka pria tidak berguna, tapi hanya berlaku ditempat tidur!"

Setelah mengatakan itu, Rachel menarik Calvin kemudian dia menciumnya dengan ganas. Lima menit kemudian, Rachel baru menghentikan aksinya lalu berbisik, "Kita lanjutkan kembali malam nanti!" setelah menyelesaikan kalimatnya Rachel berbalik dan membuka pintu lalu berjalan menuju lift terdekat.

Sambil menatap sosok cantik itu dari belakang, Calvin tersenyum dan mengulurkan tangannya sendiri lalu mengendus aroma yang tersisa ditangannya.

Beberapa saat kemudian, Calvin tiba diparkiran bawah tanah kemudian dia melihat Stella dan Rachel sudah duduk dikursi belakang. Keduanya sedang menunggu Calvin untuk mengemudi.

"Bukankah pengawalmu yang menyetir nona Stella?" tanya Calvin dengan putus asa.

"Hentikan omong kosongmu, pengawalku sedang pergi menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi tadi malam. Kemudikan saja mobilnya!" kata Stella sambil melototi Calvin.

Calvin kemudian duduk dikursi pengemudi dan mengintip kedua gadis cantik yang sedang duduk bersebelahan dikursi belakang.

Setelah Stella memberikan alamat kepada Calvin. Maybach itu keluar dari tempat parkir dan menuju restoran. Tiga puluh menit kemudian, Maybach itu berhenti didepan sebuah restoran mewah.

Calvin kemudian membuka pintu mobil, lalu kedua wanita itu pun keluar dari mobil dan menuju restoran.

Kedua wanita itu sama-sama mempesona dan kharismatik, satu dari mereka sudah cukup untuk menarik perhatian para pengunjung restoran itu. Terlebih lagi, kedua wanita itu muncul secara bersamaan.

**********