Saat acara perayaan desa, Julia justru mendapati malam yang kelam; seorang lelaki asing datang melecehkannya. Akibat kejadian itu ia harus mengandung benih dari seseorang yang tak dikenal, Ibu Asri yang malu karena Julia telah melakukan hubungan di luar nikah akhirnya membuang bayi itu ke sungai begitu ia lahir.
3 tahun kemudian, dia pergi ke kota untuk bekerja. Namun, seorang pria kaya mendatanginya untuk menjadi pengasuh anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon unchihah sanskeh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - Dia Pacarku
Suasana tenang menyelimuti kami. Suasana tenang yang tercipta dari udara malam yang ramah. Hujan dan badai petir tadi sudah surut dan hawa sejuk mengalir di sekeliling, mengusap-usap punggung dan pikiran yang penat. Ku minum kopi yang tadi dibeli Pak Bima untuk melawan rasa kantuk yang lumayan mengganggu.
Lily sudah tidur lagi. Malam ini, suster dan dokter mau observasi keadaan Lily. Jadi, Pak Bima mengambil kesempatan itu untuk kami pulang sebentar ambil barang-barang Lily di rumah.
Angin malam berembus mengelus batang leher Pak Bima yang jenjang, sejuk dan silir-semilir. Pak Bima mereguk kopi yang nikmat dan segar. Dia memasang sepatu yang modelnya sangat gagah persis seperti orang yang memakainya. Sementara dia sibuk memasang sepatu, aku tegak di belakangnya, menunggu.
Kami pun berangkat pulang, Pak Bima mengusahakan secepat mungkin sampai biar aku bisa sekalian mandi.
Sesampainya di rumah, mataku menerawang ke depan, ke tempat di mana seseorang memasuki pagar rumah kami. ia datang dengan rambutnya yang panjang dan bergelombang, mengenakan pakaian berlengan warna merah yang menarik. Dia memandang sayu kepadaku.
Dia, Mbak Maya datang dengan mata berbinar dan wajah yang cerah dan segar. Melihat kedatangannya Pak Bima langsung berjalan cepat. Aku seakan menyaksikan sosok putri yang menebar aroma bunga yang mahal, wangi dan lembut. Aku hanya dapat menangkap kehadirannya yang penuh energi, membiarkan diriku hanyut dan hilang ditelan kalbunya yang memabukkan pria di tengah-tengah kami ini.
"Mas---" Sapanya lembut.
Pak Bima hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Lantas setelah itu Mbak Maya langsung mendekat, kami pun berhadapan di depan pintu.
"Mas dari mana saja? Kenapa baru pulang sekarang?" katanya. "Terus tadi pagi juga, kenapa tidak ada di rumah? Mas sengaja berangkat lebih awal, ya?
"Saya ada pekerjaan. Ada apa kemari?"
"Ketus sekali. Tentu saja alasannya sama, aku mau ketemu Mas. Tidak tahu untuk apa, intinya aku mau mengobrol dan Mas jujur padaku." Jawabnya lembut sambil meninju pelan lengan Pak Bima yang kekar. "Kerjaan apa baru bisa pulang malam?"
"Kalau tujuan kamu kemari masih sama, jawaban saya juga sama, May." Kali ini kulihat Pak Bima jauh lebih tegar di banding kemarin pagi. "Lebih baik kamu pulang, saya masih ada urusan."
"Urusan sama cewek ini?" Mbak Maya bertanya kepada mantan kekasihnya sekaligus majikan ku itu sambil matanya melirik ke arahku.
"Dia punya nama."
"Tidak peduli!"
"Ya sudah. Kalau tidak peduli, kenapa tanya-tanya urusan kami." Pak Bima pura-pura cuek.
"Kenapa sih, Mas?"
Pak Bima tak menjawab, hanya yang kulihat dia hendak melewati wanita ini. Aku tahu betapa berat Pak Bima berusaha membohongi diri. Aku cuma ikut-ikut saja dari belakang.
Namun tanpa terduga, Mbak Maya menahanku. Dia meraih tanganku, "Tunggu," katanya.
Aku melirik Pak Bima sebelum akhirnya dia berhenti juga. Setelah itu aku kembali memandang Mbak Maya dan berputar, berhadapan lagi dengannya, dengan senyum merekah karena aku memang tak ada urusan apa pun dengan mereka berdua.
"Kamu siapa?"
"Julia, Mbak."
"Aku tidak tanya nama." Bantahnya. "Aku tanya kamu siapanya Bima, kenapa kamu bisa di sini? Kamu tinggal di rumah Bima?"
Kuhela napas berat. Sungguh hidup yang sangat melelahkan. "Saya bukan siapa-siapa, Mbak. Saya cuma pemban----"
"Dia pacarku."
Pak Bima menyela omongan ku, dan sontak aku melotot, kulirik-lirik dia. Anehnya dosen ini suka sekali berpura-pura dan aku yang selalu jadi alibi-nya. Sudah jadi Ibu pura-pura, sekarang apesnya malah jadi kekasih pura-pura juga.
"Pak..." aku berbisik, tapi tak dia gubris. Malah seenaknya pegang-pegang tanganku.
"Dia juga calon ibu untuk anakku," Timpalnya. "Sekarang kamu mau apa lagi?"
Aku cuma memutar bola mata, kuhela napas, pasrah.
"Bohong!"
Kami terdiam.
"Pokoknya bohong!"
Di tengah keheningan malam, mataku memperhatikan sosok Mantan Kekasih majikanku yang satu ini, Mbak Maya. Sejak awal hatiku telah mengatakan bahwa dia cantik, dengan wajah teduh dan senyum molek bagaikan kunci surga yang mengandung kesyahduan saat dia mulai menyungging. Dia tampak begitu bersahaja, bukan hanya karna wajah dan penampilannya; Namun juga karena jiwanya yang lebih matang dari dalam.
"Sampai kapan mau menghindar dari ku, Mas ...." Mbak Maya mulai terisak, bahkan sebelum Pak Bima menjawab. Dia lalu berkata untuk melanjutkan;
"Kamu tak pernah mau jujur."
lanjut kak uchi
bgmn skrg perasaan ibu Julia melihat cucu kandung nya yg dulu dibuang dan skrg dalam keadaan sakit ?
imajinasi penokohannya jd brubah arah /Smirk//Applaud/