Cinta Tuan Dokter Yang Posesif

Kalen menghempaskan tubuhnya diatas kursi kebesarannya.Pria itu memakai kaca mata miliknya lalu membuka laptop untuk mengecek laporan rumah sakit selama satu minggu ini.

Pertemuannya dengan Aluna tadi membuat moodnya makin hancur.Dia memang tak ada jadwal operasi hari ini tapi pekerjaan yang lain menunggunya oleh karena itu ia tetap datang ke rumah sakit.

Apalagi kejadian di kampus saat Dea mengobrol berdua dengan salah satu rekan seprofesinya di dalam kelas entah kenapa membuatnya begitu kesal.

Sementara itu Dea baru saja sampai di lobi apartemen.Gadis itu melangkah menuju lift untuk mengantarnya ke unit milik Kalen.

"Kak Dea..."

Dea mengehentikan langkahnya saat seorang gadis memakai seragam putih abu abu menghampirinya.

"Kaira...",gumam Dea.

"Hai Kak...",sapa Kaira.

"Kamu gak sekolah Kaira?",tanya Dea menatap adik iparnya itu penuh selidik.

"Sekolah kok Kak...ini baru saja pulang",jawab Kaira tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya.

"Iya...tapi ini baru jam--

"Guru guru lagi ada acara Kak,jadi pulang cepat",jawab Kaira.

"Oh..."

"Kak...ngemall yuk!",ujar Kaira.

"Hah?,tapi--

"Ayolah Kak...", rengek Kaira menggoyang goyangkan tangan Dea.

"Baiklah...",ujar Dea akhirnya tak tega melihat adik iparnya.

"Ayo Kak...pakai mobil aku aja ya.Mobil Kakak kan di bawa Pak Abdul ke rumah",ujar Kaira menggandeng tangan Dea keluar dari apartemen.

Sesampainya di mall Kaira menarik Dea memasuki toko baju.Gadis yang masih umurnya tak begitu jauh dari Dea itu langsung memburu baju incarannya.

Sementara Dea hanya menemani karena ia tak memiliki uang karena Kalen tak memberinya uang sepeserpun.Beruntung ia memiliki tabungan untuk memenuhinya kebutuhan pribadinya.

Gadis itu hanya mengikuti Kaira yang telah memborong beberapa helai baju.Kaira menatap bingung Kakak iparnya itu yang hanya mengikutinya dari tadi tanpa ikut memilih baju.

"Kak kamu gak belanja?",tanya Kaira.

"Nggak Ra...lain kali aja.Baju aku masih banyak di lemari yang gak terpakai",bohong Dea.

"Ayo Kak...habisin duit Kakak aku.Kak Kalen pasti udah kasih kartu saktinya sama Kakak kan?",tanya Kaira.

Dea tersenyum samar sebagai jawaban, jangankan kartu sakti kartu kredit saja pria itu tak memberikan.

"Nah ayo... habisin aja Kak,kartu itu pasti no limit",ujar Kaira.

"Gak deh Ra...aku takut Kakak kamu marah sama aku",kilah Dea.

"Boleh gak aku lihat kartunya",tanya Kaira yang mulai curiga dengan sikap Dea.

"Oh...itu kayaknya ketinggalan deh Ra,kamu tadi kan ngajak aku belanja buru buru",jawab Dea beralibi.

Kaira hanya mengangguk pelan berusaha percaya pada Dea karena ia yakin saat ini Dea menyembunyikan sesuatu padanya.

"Gini Kak...ambil aja satu baju yang Kakak suka biar aku yang bayar",ujar Kaira.

"Nggak deh Kaira... beneran baju aku di lem--

"Itu baju lama semua Kak...ini modelan terbaru.Ayo ambil...!",paksa Kaira.

Dea megambil salah satu gaun dan ia begitu kaget dengan harga satuan baju itu yang membuat jiwa miskinnya meronta."Satu gaun aja bisa biaya makan aku satu tahun ini",batin Dea mengembalikan gaun itu pada gantungannya.

Seseorang yang dari tadi memperhatikan Dea tersenyum miring.Ia menatap tajam Dea dengan penuh kebencian.Tangannya terkepal erat dengan dada naik turun menahan emosinya.Ingin ia melabrak Dea tapi mengingat tempat ini adalah tempat umum dan takutnya berujung mempermalukan dirinya sendiri dia mengurungkan niatnya.

"Kak... udah?",tanya Kaira menghampiri Dea.

"Oh itu aku...belum mendapatkan model yang aku suka",jawab Dea.

"Semuanya bagus loh Kak,barang barang disini dijamin bagus", ujar Kaira.

"Iya..harganya lebih bagus lagi",batin Dea.

"Ayo Kak...setelah itu kita cari makanan dulu",ujar Kaira.

Dea dengan terpaksa mengambil gaun yang tadi dia kembalikan.Padahal ia tak begitu membutuhkan gaun itu.

Keduanya membayar tagihan mereka ke kasir dan setelahnya melanjutkan mencari santapan makan siang disalah satu restoran seafood.Dea dan Kaira memasuki restoran itu dan memilih tempat duduk yang menghadap ke jalanan.

"Dea...Kaira...",

Dea dan Kaira menatap bersamaan ke arah sumber suara.

"Mama..."

"Sini....!",teriak Marisa melambaikan tangannya pada anak menantunya.

Kaira menggandeng Dea mengahampiri Marisa yang sedang berkumpul arisan dengan teman sosialitanya.

"Kalian belanja?",tanya Marisa saat Dea dan Kaira menghampirinya.

"Iya Ma...", jawab Kaira.

"Kenapa gak ganti baju dulu sayang",ujar Marisa melihat sang putri yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Hehehe...buru buru Ma,dari sekolahan langsung ke apartemen Kak Kalen jemput Kak Dea",jawab Kaira terkekeh kecil.

"Siapa jeng?",tanya saya satu teman sosialita Marisa menatap Dea.

"Oh kenalin...ini Dea menantuku,istrinya Kalen",ujar Marisa memperkenalkan Dea pada teman sosialitanya.

"Hah...?",jawab mereka serempak.

"Kenapa?",tanya Marisa pada teman temannya itu.

"Ayo duduk Dea, Kaira",Umar Marisa memberi ruang untuk anak menantunya duduk.

"Kapan anak kamu nikah jeng...kok gak ngundang kita kita", ucap teman Marisa di angguki yang lainnya.

"Oh maaf aku lupa.Pernikahannya cuma dihadiri oleh pihak keluarga saja karena permintaan keduanya",jawab Marisa tersenyum lebar dengan bangga memperkenalkan Dea pada teman sosialitanya.

"Cantik...serasi dengan Kalen.Tapi bukannya Kalen punya kekasih ya jeng dan seingat aku bukan gadis cantik ini", ucap teman Marisa.

"Oh iya...mereka dijodohkan",jawab Marisa.

"Oh....",jawab mereka kompak.

Di salah satu meja dua orang wanita mendengarkan percakapan mereka.Salah satunya tampak sudah berkaca-kaca.

"Sabar ya Lun...", ucap salah satu wanita itu pada temannya.

"Tenyata Kalen bohongi gue Rin.Diam diam dia nikah dengan orang lain",ujar Aluna dengan suara menahan tangisannya.

"Kamu yang sabar ya.Kamu jadi tau kan gimana sakitnya di bohongi.Bukankah selama ini kamu bohongi Kalen kan dengan berselingkuh dengan para pria yang memberimu uang",ujar Ririn teman akrab Aluna.

"Tapi ini beda Rin...dia nikah bukan selingkuh",ujar Aluna membela diri.

"Apa bedanya Lun...Kamu dengar sendiri kan mereka di jodohkan.Kalen pasti punya alasan untuk melakukan semua ini",ujar Ririn menenangkan Aluna yang mulai menangis.

Aluna tergugu menahan rasa perih dihatinya mengetahui kenyataan jika mantan kekasihnya telah menikah dan itu terjadi saat mereka masih menjalin hubungan.

"Kamu tenangkan diri kamu dulu setelah itu kita tanya Kalen kebenarannya",ujar Ririn mengusap tak lembut bahu Aluna untuk menenangkan temannya itu.

"Gak...aku dan Kalen udah gak ada hubungan apa apa lagi lirih Aluna.

"Apa...?"

"Kalen tau semuanya Rin",isak Aluna.

"Ya ampun...Luna.Lalu bagaimana caranya pria itu tau Lun?",tanya Ririn dengan tatapan iba.

Aluna menceritakan semuanya pada Ririn membuat wanita itu terkejut bukan main dengan apa yang menimpa Aluna.

"Kamu tau siapa ayah dari anak yang kamu kandung?",tanya Ririn.

"Jika pun aku tau siapa juga yang mau tanggungjawab dengan penyakitku ini Rin, Kalen saja udah jijik sama aku", isak Aluna.

"Ya setidaknya pria itu tau jika kamu sedang mengandung anaknya Lun",ujar Ririn.

"Aku gak tau Rin...", geleng Aluna.

"Coba kamu ingat ingat dengan siap kamu melakukannya tanpa memakai pengaman",ujar Ririn.

Aluna menegang saat ingat siapa pria yang berhubungan dengannya selalu tak menggunakan pengaman.

"Kamu ingat?",tanya Ririn melihat gelagat Aluna.

"Iya...",jawab Aluna.

"Siapa?"

"Dia...

...****************...