Diakhir hidupku, akira sangat menyesal karena tak pernah menikmati hidup dan jika tuhan memberi ia kehidupan kedua maka ia akan hidup bersenang senang.
Tapi nyatanya hidup tetaplah sebuah perjuangan bukan hanya tempat untuk bersenang senang.
"Adelia yang kamu selamatkan itu sudah mati, Jendral Agra. Dia sudah mati. Dan aku bukanlah Adelia Putri Kerajaan Akris, aku bukan adik dari sahabat mu, aku bukan tuan putri yang hidup lemah lembut dan pemalu. Aku adalah jiwa yang berasal dari masa depan."
Penasaran gimana Akira yang pindah ke tubuh Adelia menjalani hidup di dunia kuno yang penuh dengan trik,
cus baca 👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Banyak orang mengatakan jika ingin melihat ketulusan seseorang lihatlah ketika ia marah dan teliti apakah itu amarah menyakiti atau amarah karena khawatir.
Alis yang bergelombang dengan kening berkerut dan ada beberapa tetes keringat di dahi Jendral, menurut pandangan Adelia Dimata Jendral itu ada sebuah kekhawatiran dan juga rasa ketakutan yang entah apa yang ditakutinya.
Ini terasa sedikit aneh, awalnya Adelia pikir Jendral lah orang dibelakang layar tapi ia merasa itu tidak lah benar saat ini.
'Haruskah aku bersikap tegas lagi atau masi memainkan peran istri yang patuh?' tanya Adelia pada diri sendiri.
"Apa yang kamu pikirkan? Tidakkah kamu mementingkan nyawamu hah!! untuk apa kamu pergi ke Istana kekaisaran sendiri!!" bentak Jendral dengan suara besar.
Adelia yang sedang melamun pun tersentak mendengarnya.
Ia sama sekali tidak memikirkan nyawanya sekarang, yang ia pikirkan bagaimana caranya agar dia bisa kehutan itu, ia takut rakyatnya akan mati disana karena terlalu lama.
"Aku tidak memikirkannya," ucap Adelia dengan wajah tenang, ia tidak tahan lagi untuk berpura pura.
Adelia sudah memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri, menjadi lembut dan halus membuatnya merasa geli sendiri.
Mendengar jawaban Adelia membuat mata Jendral semakin memerah karna amarah.
"Maka mati saja di bawah kaki manusia bajingan itu, tak usah mengatakan mau balas dendam, lupakan saja janji janji manismu pada rakyatmu. Tidak ada gunanya mereka memikirkan pemimpin yang bahkan menjaga nyawa sendiri saja ia tidak mau," ucap Jendral begitu pedih tapi masih tersirat kekhawatiran dimatanya.
"Kamu yang menculikku di gerbang istana Akris?" tanya Adelia dengan suara dingin, ia tak memikirkan kata kata pedas Jendral yang terpenting adalah satu fakta baru yang ia dengar.
Bukankah ini semakin membingungkan.
"Mau aku atau bukan itu tidak penting, yang terpenting saat ini kamu sudah menjadi bagian dari Istana ku dan jangan pernah mempermalukan aku, kamu tau untuk mencapai ini aku harus merasakan ribuan tetes darah" ucap Jendral lalu ia berbalik pergi meninggalkan Adelia yang terdiam dan juga Ada yang masih terpaku di depan pintu.
.
.
Jadi kemungkinan yang menculik Adelia Jendral tapi bisa jadi tidak tapi yang pasti Jendral mengetahui orangnya karena ia tau saat Adelia memberikan janji di depan rakyatnya.
Adelia mengelus kepalanya yang terasa pusing akhir akhir ini, sungguh banyak sekali plot yang dia tidak ia mengerti dari masa lalu Adelia asli.
Dia seperti berkecampung di dalam labirin yang bahkan dia tidak tau dari mana masuknya serta langsung di letakkan di tengah tengah.
Adelia menatap bulan purnama yang begitu indah tidak ada bintang di sekitarnya, dia terang sendiri tapi masih memberikan rasa indah di langit.
'Jendral bukanlah orang yang mudah untuk diselidiki apalagi dengan sifatnya yang tertutup tapi melihat kekhawatiran dia tadi, aku merasa ada yang ganjal, dia seperti takut aku mati, apakah itu berarti dia ada di pihakku?' tanya Adelia dalam hati.
Udara dingin semakin menusuk tulang apalagi dia sudah berpergian cukup lama tadi siang membuat Adelia sedikit tidak enak badan.
'Tubuh ini memang tubuh yang lemah, bahkan terkena angin malam saja, aku sudah merasa pusing dan seperti juga masuk angin,' batin Adelia.
.
.
.
bersambung
salam hangat dari author
jangan lupa like and vote ya