S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. KARENA AKU MENCINTAIMU
"Bu, ini ikannya mau dimasak apa untuk makan malam nanti?" Tanya Elmira dengan sedikit berteriak dari arah dapur. Ia menatap dengan riang ikan-ikan yang berbagai macam jenisnya didalam ember. Seharian ini ia ikut memancing dengan suami Bu Sri. Di desa ini memancing sangat muda dilakukan, tidak perlu menggunakan perahu untuk ketengah laut. Cukup duduk diujung jerambah dan melempar kail ke laut.
"Tersera mba Mira saja." Jawab Bu Sri yang tengah menyuapi anaknya yang sedang sakit.
Usai memberi makan dan minum obat pada anaknya, Bu Sri pun menghampiri Elmira di dapur. Wanita baya itu tersenyum melihat Elmira yang begitu riang.
"Sepertinya ini enak kalau dimasak pindang," Elmira menunjuk ikan Sembilang yang terkenal dengan patil tajamnya yang akan sangat menyakitkan bila tertusuk. "Dan ini kita bakar saja." Ujarnya lagi berpindah menunjuk ikan bandeng.
Bu Sri menjawabnya dengan anggukan pelan sembari tersenyum tipis.
"Bu, ada yang nyariin nih." Teriak suami Bu Sri dari arah luar. Bu Sri pun bergegas keluar untuk melihat siapa yang mencarinya.
"Siapa, Pak yang..." Ucapan Bu Sri menggantung ketika melihat sosok laki-laki yang berdiri diambang pintu rumahnya. "Pak Farzan," ucapnya dengan ekspresi terkejut. Tidak menyangka jika laki-laki yang mengirimnya bekerja di rumah Elmira akan menyusul ke desa. Dan dari mana laki-laki itu tahu tentang desanya ini?
"Pak Farzan, ayo masuk Pak." Ajaknya setelah tersadar dari keterkejutannya. Bu Sri langsung mengambil alih tas punggung yang di bawa laki-laki itu.
"Terimakasih, Bu."Ujar Farzan seraya melangkah masuk. Ia mengedarkan pandangannya didalam rumah yang berdinding papan itu.
"Dia ada di dapur," Ujar bu Sri yang mengerti gelagat Farzan. "Temui saja." Lanjutnya lalu mengulum senyum.
Tanpa membuang waktu Farzan pun lekas menuju dapur yang telah ditunjukkan oleh bu Sri. Dan kini ia telah berdiri tepat dibelakang wanita yang begitu dicintainya. Ia merasa frustasi begitu tahu wanitanya itu meninggalkan ibu kota dan datang ke desa terpencil ini.
Elmira yang tengah fokus dengan bumbu yang sedang diolahnya tidak menyadari keberadaan sang bos dibelakangnya. Namun, ia mendengar langkah kaki dan ia mengira itu adalah bu Sri.
"Siapa yang nyariin ibu?" Tanyanya tanpa membalik badan.
"Aku,"
Gerakan tangan Elmira yang tengah memotong tomat seketika terhenti begitu mendengar suara yang sangat dikenalinya itu. Ia memejamkan mata seiring nafasnya yang tiba-tiba memburu, karena terus memikirkan perkataan Ramon tentang Farzan yang katanya menyukainya, kini ia seperti bermimpi mendengar suara pria itu.
"Gak mungkin pak Farzan ada di sini," Elmira menggelengkan kepalanya kemudian melanjutkan kembali memotong tomat.
"Tapi aku benar-benar ada disini, El."
Deg...
Lagi lagi gerakan tangan Elmira terhenti, suara itu semakin jelas terdengar. Tapi tidak mungkin bosnya itu bisa berada ditempat ini. Desa ini sangat terpencil dan bukan waktu yang sebentar untuk sampai ke sini.
"Mira ada apa denganmu?" Wanita itu mengetuk keningnya sendiri dengan kepalan tangannya yang menggenggam pisau.
Membuat Farzan menjadi panik melihatnya, ia langsung bergerak maju dan menangkap kepalan tangan Elmira lalu mengambil pisau ditangan wanita itu.
"Jangan pernah lagi melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirimu sendiri, El." Farzan menyimpan pisau itu dimeja kemudian menatap wanita yang dicintainya itu dengan tatapan khawatir. "Bagaimana kalau tadi keningmu terkena mata pisau?" Ujarnya dengan nada cemas.
Sedang Elmira mematung dengan kedua mata tidak berkedip sedikitpun menatap sosok pria dihadapannya. Perlahan sebelah tangannya terangkat lalu mencubit pipinya sendiri.
"Aww," keluhnya merasakan sakit di pipinya akibat cubitannya sendiri. "Sakit, berarti aku tidak mimpi. Tapi bagaimana bisa?" Elmira seakan masih menolak percaya dengan apa yang dilihatnya. Farzan, sang bos benar-benar terasa nyata ada dihadapannya.
"El, ada apa denganmu? Aku benar-benar disini." Farzan pun menangkup wajah Elmira, yang akhirnya membuat wanita itu tersadar dan yakin jika sosok yang dilihatnya saat ini bukanlah halusinasinya.
"Pa-k Far-zan, bagaimana bapak bisa sampai ke sini?" Tanya Elmira terbata. Kedatangan Farzan yang tiba-tiba sungguh membuatnya terkejut. Beberapa pertanyaan seketika menari dipikirkannya.
"Apapun akan aku lakukan untukmu, El. Termasuk menyusulmu ke tempat terpencil ini." Ujar Farzan. Ia menatap tepat pada kedua mata Elmira yang terlihat masih terkejut.
"Ta-pi kenapa, Pak?"
"Karena aku mencintaimu, El. Sangat mencintaimu. Yah, benar yang dikatakan Ramon. Aku mencintaimu, sangat sangat mencintaimu. Bahkan aku mencintaimu sejak kita masih kecil. Selama ini aku yang mencintaimu begitu dalam, bukan Ramon. Dia tidak benar-benar mencintaimu, El. Dia hanya terobsesi memilikimu, dan aku melepas mu untuknya karena aku melihat kau bahagia bersamanya." Kedua tangannya yang menangkup wajah Elmira bergetar saat mengungkapkan kata cinta itu, dan Elmira dapat merasakannya.
Sesaat waktu seakan terhenti, Elmira mematung menatap pria didepannya. Lidahnya terasa keluh tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Apa yang baru saja didengarnya tak mudah ia terima dengan logikanya.
"Itu tidak mungkin, Bapak pasti hanya bercanda. Itu tidak lucu, Pak." Elmira terkekeh pelan menyamarkan rasa terkejutnya. Kedua tangannya terangkat untuk melepas tangan sang bos yang masih menangkup kedua pipinya.
Namun, yang terjadi justru Farzan malah menarik tubuhnya dan memeluknya dengan erat. "Aku tidak bercanda, El. Aku akan tunjukkan semua kebenarannya padamu. Yang mencintai mu dengan tulus adalah aku, bukan Ramon." Ucapnya tepat ditelinga Elmira.