NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Angga terlihat begitu tergesa saat sampai di rumah sakit. Mencari tahu kamar putranya. Sampai dia menemukan ruangan seorang dokter yang menghubungi nya.

"Dimana Galang? Dimana Putra ku?" Angga  bertanya pada seorang dokter yang menghubungi nya itu.

"Anda Tuan Angga ?"

"Iya. Saya ayahnya Galang . Apa putra ku baik-baik saja?"

Dokter itu mempersilahkan Angga  untuk duduk terlebih dahulu. "Tidak bisa dibilang baik-baik saja. Seluruh tubuhnya penuh luka dan..."

"Dan apa? Ceritakan bagaimana kondisi putra ku. Dokter ."

"Aku pikir, mental Galang  terganggu karena kekerasan yang diterima nya. Sejak dia sadar, dia hanya memandang kosong. Dan saat seorang perawat atau dokter wanita ingin memeriksa nya. Putra Anda jadi histeris dan bahkan menyakiti para perawat tersebut. Maaf Tuan Angga. Aku pikir Galang mengalami trauma karena ibunya sering menyiksa nya. Aku sarankan, Galang  mendapatkan perawatan dari seorang psikiater juga. "

Angga memejam frustrasi mendengar penjelasan dokter tersebut, selama ini dia pikir Galang hidup dengan baik bersama mantan istrinya itu.

.

.

.

Setelah mendapat penjelasan dari dokter yang menangani Galang . Angga  langsung memasuki kamar rawat putra nya.

"LEPAS! JANGAN MENDEKAT! JANGAN MENDEKATI KU!"

Angga tertegun saat melihat keadaan putra nya. Penuh luka di sekujur tubuh. Serta tatapan penuh ketakutan dan waspada pada seorang perawat wanita yang sedang memeriksa keadaan nya.

"AKU MEMBENCI MU! AKU MEMBENCI WANITA JAHAT SEPERTI MUU..!!"

"LEPAS! KENAPA KAU MENGIKAT KU HA?! KAU MAU MENYIKSA KU?! MEMBUNUH KU!? PERGI SANA!!"

Galang memberontak saat beberapa perawat mengikat tangan dan kaki nya ke sisi ranjang. Mereka terpaksa melakukan hal itu karena Galang telah membuat salah satu perawat wanita terluka.

"Galang ...." Angga  melihat putranya yang begitu rapuh.

"Kau... Kau juga pergilah!! Aku tidak membutuhkan mu! Aku tidak membutuhkan siapa puuun!! Tidak ada yang menginginkan kuu!! Jadi biarkan aku matiiiiii....!! LEPASKAN!!!"

Galang memberontak berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. Membuat beberapa perawat kewalahan dan hendak menyuntik Galang dengan obat penenang. Namun Angga  mencegah para perawat tersebut.

"Tolong jangan suntik putra ku. Biar aku coba menenangkan nya."

"Baiklah."

Angga mendekati putranya yang terus berontak. Galang Memandang begitu waspada pada siapapun yang mendekatinya. Terdapat beberapa luka lebam di tubuh Galang . Membuat Angga  kembali merasakan kegagalan sebagai seorang ayah.

"Galang.. Ini Papa nak." Angga mencoba untuk memeluk Galang . Namun Galang jelas menolak.

"Papa?! Haha jika aku punya Papa , aku tidak akan berakhir seperti ini!!! Kau membenci ku kaan...! Itu sebabnya kau meninggalkan kuuu!! Wanita jahat itu juga menyiksa kuuu!! KALIAN MENYIKSA KUUU!!!"

Angga tetap memeluk Galang meskipun putranya itu menolak. Menyesal mengapa dia meninggalkan Galang  dengan Hera. Mungkin jika dia yang membawa Galang , putranya tidak akan berakhir seperti ini.

.

.

.

"Mas Angga. Bagaimana keadaan Galang?" Hana bertanya pada Angga yang sejak mendatangi kedai nya hanya melamun. Itu membuat nya cemas.

"Haaah... Galang tidak begitu baik Hana. Aku pikir, bolehkah aku menunda pernikahan kita?"

"Maksud ku, aku ingin fokus lebih dulu dengan kesembuhan Galang ."

Hana tersenyum dan mengusap bahu Angga . "Gak papa Mas. Aku mengerti. Lain kali, boleh aku melihat Galang? Dia juga akan menjadi putra ku..."

Angga menggeleng. Tidak mungkin membawa Hana. Galang  pasti langsung histeris bahkan mungkin menyakiti Hana. "Maaf Hana. Tapi Galang , memiliki trauma terhadap seorang wanita. Galang akan histeris jika melihat wanita."

"Gak papa Mas. Aku harap Galang  segera sembuh. Lalu bagaimana dengan Hera?"

"Hera, dia selamat.... Tapi sepertinya, Hera mengalami depresi bahkan mungkin gila."

.

.

.

Seminggu berlalu. Hari ini seharusnya pernikahan Hana dan Angga di gelar. Namun di undur karena Angga  ingin fokus merawat Galang. Putranya itu masih sering histeris apalagi saat melihat seorang perempuan. Galang  memiliki trauma terhadap perempuan. Melihat seorang perempuan sepertinya selalu mengingatkan Galang tentang sang ibu yang selalu menyiksa nya. Dan hal tersebut membuat Angga  jauh lebih tersiksa. Melihat putra semata wayang nya seperti itu tentu Angga  begitu sedih.

.

.

.

Naraya  berjalan bersama teman teman nya sepulang sekolah. Saling merangkul dan sesekali mengobrol ala anak anak kecil.

"Naraya. Bagaimana dengan pernikahan Mama mu...?"

Naraya  yang berjalan di tengah tengah temannya menghela napasnya. "Tidak tahu Melisa, Abim..." Naraya  merengut membuat kedua temannya merangkul nya.

"Cari tahu dong Raya ... Bukannya Raya ingin cepat punya Papa ..."

"Benar... Raya harap mereka segera menikah..."

"Hmmm. Aku mendukung mu... Saat pernikahan Mama mu nanti, pastikan keluarga ku di undang ya Raya ... Aku ingin makan banyak makanaaan..."

"Abim... Pikiran mu hanya makanan yaah..."

.

.

.

"Mama Raya pulang~ eoh ada Papa  Angga juga! Halo Papa "

Naraya menyapa dengan sopan saat melihat Papa Angga berada di rumah nya.

"Hai Raya. Pulang dengan siapa?" Tuan Angga menghampiri Naraya dan memangku anak itu. Tidak bertemu beberapa hari dengan putrinya Hana yang lucu ini ternyata membuat nya kangen juga.

"Dengan Melisa dan Abim, Papa ..." Naraya  tersenyum. Begitu senang saat melihat calon Papa nya berkunjung setelah beberapa hari tidak bertemu. Angga lalu mendudukan Naraya di sofa sementara Hana mengambil minuman untuk putrinya.

Naraya lalu memandang bergantian dua orang dewasa di samping kiri dan kanan nya. "Emmm... Mama, kapan kalian menikah nya? Bukankah seharusnya minggu ini yaaa... Apa Papa Angga tidak jadi buat jadi Papa nya Raya?"

Angga tersenyum. "Tidak Raya... Papa  Angga sedang ada sedikit masalah. Makanya pernikahan nya ditunda."

"Masalah? Masalah apa? Mungkin Raya bisa bantu Papa Angga. Agar kalian cepat nikah nya dan Raya bisa pamer Papa kalau pergi sekolah..."

"Ya ampun, jadi itu alasan Raya ingin kami segera menikah eoh?" Hana mencubit gemas pipi tembam putrinya.

"Mama~"

Angga merasa sedikit bersalah pada Naraya .

"Maaf Raya. Tapi saat ini Papa sedang mengurus Kakak nya Raya yang sedang sakit. "

"Kakak? Raya punya Kakak Mama?"

"Emmm... Namanya Galang . Tapi saat ini sedang sakit. Makanya pernikahan Mama dan Papa  diundur. Tidak apakan sayang?"

"Tidak apa. Tapi Raya ingin liat Kakak . Bolehkah Papa ?"

"Emmm... Nanti yah, kalau Kakak nya sudah sembuh. Kakak akan bertemu dengan Raya..."

"Tapi Raya  pengen jenguk Kakak~"

"Tidak apa-apa kan Mas? Naraya akan terus merengek sebelum keinginan nya terpenuhi."

"Baiklah. Nanti Raya ikut Papa yah...?"

"Iya! Makasih Papa ..."

.

.

.

Angga kembali ke rumah sakit. Kali ini bersama Naraya yang dia gendong. Naraya benar-benar memaksa ingin ikut. Jadi Angga membawa putri Hana itu untuk menemui Galang .

Angga lalu memasuki kamar rawat Galang . Angga menghela napasnya lega saat melihat Galang  tengah tertidur. Angga  takut saja jika Naraya  jadi takut bila melihat Galang .

Naraya langsung turun dari pangkuan Papa Angga dan menghampiri ranjang Galang . Sedikit menjinjit untuk bisa melihat Kakak baru nya itu.

"Papa... Ini Kak Galang?"

Angga mendekat dan menganggukkan kepalanya.

"Emmm... Kak Galang sedang sakit. Jadi Raya harus doakan agar Kakak  cepat sembuh yah..."

Naraya menganggukkan kepalanya semangat dan kembali memandang Galang .

Seorang perawat lalu memasuki ruangan Galang  dan memandang Angga.

"Tuan Angga ?"

"Iya ."

"Dokter Denis berkata jika Tuan Angga datang. Anda harus menemui nya. Beliau bilang ada yang harus di bicarakan."

Angga mengangguk. Lalu memandang Galang dan Naraya. Mungkin tidak apa meninggalkan Galang dan Naraya karena Galang sedang tidur.

"Naraya. Tunggu sebentar disini ya. Papa ingin menemui dokter dulu."

"Iya Papa."

.

.

.

"Kakak sebenarnya sakit apa? Kenapa harus diikat begini~ cepat sembuh ya Kakak, biar bisa main sama Raya Hehe..."

Naraya tersenyum. Begitu senang jika dia bisa memperlihatkan pada temannya jika dia punya Kakak juga Papa baru.

"Kalau Raya punya Kakak, Raya juga pengen pamer. Jadi, Kakak harus cepat sembuh yaah..."

"Tidak.... Tidak~ jangan memukulku Kumohon ~" Galang nampak menggelengkan kepala nya. Tidurnya terlihat tidak nyenyak. Terlihat begitu resah membuat Naraya kembali mendekat.

"Aku takut Papa ~" Naraya  berjinjit agar bisa mengusap kepala Galang. Itu yang selalu dilakukan Mama nya jika dia mendapatkan mimpi buruk.

"Kakak... Tidak apa-apa, jangan takut Kakak..."

Galang terbangun dari tidur nya. Napasnya memburu karena mimpi buruk yang dialami nya. Memandang sekelilingnya. Dia masih di tempat yang sama. Ranjang rumah sakit, serta kedua tangan dan kakinya yang diikat bagaikan penjahat. Namun Galang mengerutkan dahinya saat melihat seorang bocah kecil yang berdiri di dekat ranjang nya. Bocah itu nampak mengerjapkan kedua matanya pelan. Namun saat Galang melihat dengan tatapan tajamnya, bukannya takut bocah itu malah tersenyum dengan wajah polos nya. Membuat Galang  agak tenang karena bukan perawat atau pun dokter yang dipikir nya juga menyakiti nya yang berada di ruangan nya.

Naraya tersenyum melihat Galang  Kakak nya yang nampak lebih tenang. Naraya lalu menepuk lengan Kakak  nya itu.

"Bi- bisakah kau melepaskan ikatan ku? Ini sakit..." ucap Galang dengan suaranya yang serak.

"Oh? Ini sakit? Baiklah Raya bantu membuka nya yaah..."

Naraya menuruti kemauan Kakak baru nya itu. Membuat Galang tersenyum karena tingkah bocah didepan nya ini. Juga senang karena dia tidak diikat lagi seolah dirinya adalah penjahat. Setelah Naraya melepaskan ikatan di tangan Galang, Galang mendudukan dirinya dan memandang bocah itu lagi.

"Siapa kau? Dan kenapa berada di ruangan ku?"

Naraya tersenyum begitu manis. "Kak Galang. Perkenalkan, nama ku Naraya Aletha. Aku, adalah adikmu Kakak ."

Galang mengerutkan dahinya meIya ngar penuturan bocah itu. "Naraya? Adikku?"

Naraya, Bocah 7 tahun itu nampak menganggukkan kepalanya antusias. Galang tertegun melihat senyum serta bola mata polos yang begitu indah itu. Untuk pertama kalinya Galang merasa tenang hanya dengan melihat bocah kecil yang mengaku sebagai adiknya. Galang  tersenyum melihat wajah polos tanpa beban itu, lalu dengan cepat memeluk tubuh kecil Naraya. Adiknya. Menurut nya tidak pernah ada yang mengerti dirinya. Ibunya hampir membunuh nya namun mereka malah menambah ketakutan nya dengan mengisolasi nya di tempat ini sendirian. Jujur saja, Galang takut sendirian.

"Wanita itu menakutkan... Aku benci, aku benci wanita itu!"

Naraya  nampak tidak mengerti. Namun saat ini yang dia lakukan hanya mencoba menghibur Kakak nya yang sedang sakit. Dan kedatangan bocah kecil yang mengaku adiknya ini membuat nya merasa lebih nyaman.

"Jangan sakit terus Kakak. Jika Kakak takut, Kakak  punya Raya... Jangan takut." ucap Naraya  sambil menepuk lengan Galang .

Mendengar ucapan itu. Galang semakin merasa nyaman. Ucapan gadis kecil itu benar-benar membuat nya tenang.

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!