Terpaksa Menikahi Sang Mantan

Sore harinya, Arga baru saja mengaktifkan ponselnya. Tak heran jika ada banyak notifikasi pesan masuk karena tentu saja itu berkaitan pada urusan kantor. Namun, satu hal yang membuat keningnya berkerut saat ia membuka pesan singkat yang dikirimkan oleh ayahnya.

Segera pulang! Papa ingin bicara dengan kamu, pentinggg!!

"Tumben papa kirim pesan sampai huruf G nya ada 3. Biasanya ini benar-benar penting," gumam Arga yang masih bisa berceloteh santai, padahal ayahnya di sana serasa hampir kerasukan menantikan putranya untuk segera pulang.

"Ada apa, Ga?" tanya Shanum yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah.

"Ini, papa kirim pesan ke aku, katanya aku disuruh pulang segera," jelas Arga.

"Ya udah, kita pulang saja!" ajak Shanum.

Arga pun tampak berpikir, ia menggelengkan kepala. " Besok saja, lagi pula hari sudah sore. Kita nikmati saja dulu di sini tanpa memikirkan apapun," ucap Arga.

"Tapi kata papa penting loh, Ga!"

"Sha, percaya deh. Aku bisa mengatasi semua itu. Pokoknya kamu tenang saja dan cukup mencintai ku, urusan apapun itu biar aku yang mengatasinya," ujar Arga seraya terkekeh geli.

"Ya sudah, terserah kamu saja," ujar Shanum menekuk bibirnya sembari mengendikkan bahu.

Arga meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas. Ia beranjak dari tempat duduknya, lalu kemudian berjalan mendekat ke arah Shanum.

Kedua tangannya melingkar di pinggang Shanum, memeluk Shanum dari belakang. Ia meletakkan kepalanya tepat di leher istrinya itu. Sembari menghirup aroma mawar yang menguar dari tubuh wanita tersebut.

"Kamu sangat harum, Sha." Arga memuji sembari mengendus-endus Shanum.

"Ih! Geli Ga!" ucap Shanum yang mencoba menjauh karena Arga menggigit daun telinganya dengan lembut.

"Merk balsem dong," celetuk Arga yang langsung mengundang tawa Shanum.

Shanum tertawa terbahak-bahak seraya memukul pelan tangan nakal yang melingkar di pinggangnya.

"Bukan itu, maksudnya geli soalnya kamu kaya kambing, suka endus-endus gitu," balas Shanum.

"Mana ada kambing tampan seperti aku," ucap Arga.

Shanum hanya menghela napasnya dengan kasar. Arga kembali ke setelan pabrik, yang selalu melemparkan celetukan konyol seperti yang baru saja ia ucapkan tadi.

"Ga, kita pulang saja lebih awal juga tidak apa-apa. Aku kepikiran pesan yang dikirimkan oleh papa," ujar Shanum.

"Ah iya, aku juga belum menghidupkan ponselku."

Shanum mencoba melepaskan tangan Arga, ia pun berjalan menuju ke nakas, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas sana dalam keadaan mati.

Shanum menghidupkan benda canggih itu. Ponsel yang sempat terendam di kolam kemarin sudah ia perbaiki. Shanum mendapatkan beberapa pesan singkat. Ia juga mendapatkan pesan dari orang tuanya.

Pulang Sha, semua orang menunggu kalian di rumah.

"Aku juga dapat pesan dari papa, kita di suruh pulang karena semua orang sudah menunggu," jelas Shanum sembari menatap suaminya dengan ekspresi kebingungan.

Arga juga melemparkan ekspresi yang sama, ia pun mendekat ke arah sang istri dan meminta izin untuk membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh mertuanya itu.

"Sepertinya ini memang penting, Ga. Sebaiknya kita bersiap untuk pulang!" ajak Shanum.

"Iya, sepertinya begitu. Aku akan memesan tiket pesawat terlebih dahulu," ujar Arga meraih ponselnya di atas nakas untuk memesan tiket pesawat.

.....

Pukul 8 malam, Arga dan Shanum baru saja tiba di bandara. Shanum mendapatkan telepon dari orang tuanya yang menyuruh kedua pasutri itu untuk langsung menuju ke kediaman Pak Bayu.

Mereka pun mengikuti perintah tersebut. Di perjalanan, keduanya bertanya-tanya. Entah apa yang terjadi sebenarnya hingga mereka harus segera pulang padahal masih menikmati masa-masa indah di kota Bali.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya taksi yang membawa kedua pasutri itu pun tiba di tempat tujuan. Arga menarik dua koper besar sekaligus masuk ke dalam rumah. Sementara Shanum mengekor suaminya dari belakang.

Keduanya disambut oleh Pak Bayu dan juga Bu Lina. Arga juga melihat keberadaan kedua orang tuanya di sana, menambah curiga Arga bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang telah terjadi.

"Duduklah! Kami ingin membicarakan sesuatu pada kalian," ucap Pak Bayu.

Arga dan Shanum saling melemparkan pandangan, dan keduanya pun menjatuhkan bokong di atas sofa tersebut.

"Arga, kembalikan Shanum pada orang tuanya," ujar Pak Dendy.

"Hah?! Memangnya ada apa, Pa? Kenapa harus dikembalikan?" tanya Arga heran.

"Kami ingin kalian bercerai!" tegas Pak Dendy.

"Hah?!" Kedua pasutri itu langsung tercengang dengan mulut yang ternganga.