Cerita Tiger and Crane mengikuti kisah seorang anak bernama Hu Zi yang merupakan seorang anak yatim piatu yang cerdas dan ceria. Namun, suatu hari ia tak sengaja menelan mutiara merah, sebuah harta dari energi Yang terdalam. Kejadian ini, lantas menuntun dirinya kepada seorang master iblis yang suram bernama Qi Xuao Xuan. Dalam dunia hantu dan setan, kepribadian antara Hu Zi (Jiang Long) dengan Qi Xuao Xuan (Zhang Linghe) adalah dua pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka akhirnya terpaksa berpetualang bersama karena mutiara merah. Sedangkan Hu Zi dan Qi Xuao Xuan yang diawal hubungan saling membenci menjadi bersatu hingga bersinar satu sama lain. Terlebih setelah mereka melalui banyak ujian hidup dan mati, membuat keduanya tumbuh menjadi lebih kuat satu sama lainnya. Hingga suatu hari, Qi Xuao Xuan masuk penjara karena melindungi Hu Zi. Hu Zi beserta teman-temannya akhirnya mengikuti seleksi nasional untuk master iblis, yang pada akhirnya mereka justru mengungkap konspirasi besar yang merupakan sebuah kebenaran seputar perang iblis yang telah terjadi pada 500 tahun lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Tertinggal
Malam yang menyelimuti dataran tinggi terasa dingin, meski langit penuh dengan bintang yang bersinar terang. Hu Zi masih duduk di atas tanah, mencoba menenangkan napasnya yang masih terengah-engah. Kekuatan dari mutiara merah yang sebelumnya membakar tubuhnya kini perlahan mereda, menyisakan rasa lelah yang luar biasa.
“Kita harus segera bergerak,” kata Qi Xuao Xuan sambil berdiri, menatap sekeliling dengan waspada. Matanya yang tajam memindai setiap sudut, memastikan tidak ada musuh yang mengikuti mereka melalui jejak teleportasi.
“Tunggu sebentar,” kata Hu Zi, tangannya memegang lutut. “Aku... aku butuh istirahat sebentar.”
Yan Zhao menatap Hu Zi dengan pandangan yang sedikit melunak. “Kita memang tidak punya banyak waktu, tapi kau juga harus pulih. Gunakan beberapa menit untuk menstabilkan energimu. Jika kau terus memaksa, tubuhmu tidak akan mampu menahan kekuatan mutiara itu.”
Hu Zi mengangguk lemah, memejamkan matanya sambil menarik napas panjang. Ia mencoba memusatkan pikirannya, mengingat latihan sederhana yang pernah diajarkan oleh seorang biksu di desa tempat ia tinggal dulu. Energi panas dari mutiara itu masih terasa samar di dalam tubuhnya, tapi ia mencoba mengendalikannya seperti seseorang yang mencoba menjinakkan api kecil.
Qi Xuao Xuan menyarungkan pedangnya, lalu berjalan mendekati Yan Zhao. “Mereka tidak akan menyerah, kan?”
“Tentu saja tidak,” jawab Yan Zhao sambil mengangkat tongkat kristalnya. “Pemburu-pemburu itu tahu apa yang mereka kejar. Selama mutiara merah masih ada, mereka akan terus memburu Hu Zi. Dan semakin lama kita menunggu, semakin banyak musuh yang akan muncul.”
“Lalu kenapa kita tidak langsung membawa mutiara ini ke tempat aman?” tanya Qi Xuao Xuan dengan nada penuh frustrasi. “Kuil Langit Tersembunyi itu, atau apa pun namanya. Bukankah kau bilang itu tempat terbaik untuk memurnikan energi mutiara ini?”
Yan Zhao menghela napas, tatapannya penuh keseriusan. “Kuil Langit Tersembunyi bukan hanya tempat biasa. Untuk mencapainya, kita harus melewati daerah yang dipenuhi oleh roh-roh jahat dan jebakan kuno. Jika kita pergi ke sana tanpa persiapan, kita akan mati sebelum sampai di depan gerbangnya.”
Qi Xuao Xuan mendengus, tapi ia tidak bisa membantah kata-kata itu. “Jadi, apa rencanamu?”
Yan Zhao mengarahkan pandangannya ke arah Hu Zi, yang masih duduk dengan mata terpejam. “Kita melatih Hu Zi. Dia harus memahami potensi sebenarnya dari mutiara itu sebelum kita mencapai kuil. Jika tidak, dia hanya akan menjadi beban dalam perjalanan.”
Qi Xuao Xuan melirik Hu Zi dengan skeptis. “Anak itu bahkan hampir pingsan hanya karena menggunakan sedikit kekuatan mutiara tadi.”
“Tapi dia punya tekad,” balas Yan Zhao. “Dan tekad itu sering kali lebih penting daripada kekuatan mentah. Jika kau tidak percaya padanya, maka lebih baik kau berhenti di sini.”
Ucapan itu membuat Qi Xuao Xuan terdiam. Ia tidak suka mengakui, tapi ia mulai melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Hu Zi. Meski anak itu tampak lemah dan ceroboh, ada semacam ketangguhan tersembunyi dalam dirinya—sesuatu yang bahkan Qi Xuao Xuan sendiri belum sepenuhnya pahami.
Setelah beberapa menit, Hu Zi akhirnya berdiri, meskipun tubuhnya masih terasa berat. “Aku sudah siap,” katanya dengan suara yang tegas, meski sedikit gemetar.
Yan Zhao mengangguk. “Bagus. Kita akan melanjutkan perjalanan, tapi sebelum itu, ada satu hal penting yang harus kau pelajari.”
“Apa itu?” tanya Hu Zi, bingung.
“Caramu memanggil energi dari mutiara tadi terlalu kasar,” jelas Yan Zhao. “Kau harus belajar untuk memanggilnya dengan lebih halus, seperti menyalakan lilin, bukan membakar hutan.”
Hu Zi mengerutkan kening. “Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Semuanya terasa begitu... panas dan liar.”
“Karena itulah kau butuh latihan,” jawab Yan Zhao. Ia mengetukkan tongkatnya ke tanah, menciptakan lingkaran kecil bercahaya di depan Hu Zi. “Cobalah mengeluarkan sedikit energi ke dalam lingkaran ini. Jangan berlebihan. Fokus pada aliran energi, bukan pada kekuatannya.”
Hu Zi mengangguk ragu. Ia menutup matanya, mencoba merasakan panas dari mutiara merah yang bersemayam di dalam tubuhnya. Perlahan, ia membiarkan energi itu mengalir ke telapak tangannya, seperti aliran air kecil yang mencoba menemukan jalannya.
Sebuah cahaya merah samar muncul di tangannya, bergetar seperti api kecil yang hampir padam. Namun, ketika ia mencoba mendorongnya ke dalam lingkaran cahaya, energi itu tiba-tiba meledak, menghancurkan lingkaran tersebut dan membuat Yan Zhao mundur selangkah.
“Lagi-lagi terlalu kasar,” kata Yan Zhao dengan nada tegas. “Kau harus belajar menenangkan pikiranmu, Hu Zi. Jika kau terus membiarkan emosimu menguasai, kekuatan ini akan menghancurkanmu.”
Hu Zi mengepalkan tangannya, merasa frustrasi. “Aku mencoba! Tapi... aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.”
“Kau tidak menghentikannya,” sela Qi Xuao Xuan. “Kau mengalirkannya. Seperti sungai yang mengalir dengan tenang, bukan seperti bendungan yang meledak.”
Hu Zi memandang Qi Xuao Xuan dengan bingung, tapi ia mengangguk. Ia mencoba lagi, kali ini menarik napas dalam-dalam sebelum memusatkan energinya. Perlahan-lahan, ia memanggil cahaya merah itu, membiarkannya mengalir lebih lembut. Dan kali ini, ia berhasil mengarahkannya ke dalam lingkaran tanpa menghancurkannya.
Yan Zhao tersenyum tipis. “Itu lebih baik. Kau mulai memahami dasarnya.”
Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan latihan, suara langkah kaki terdengar dari arah hutan. Langkah itu berat, tapi cepat, seperti seseorang yang sedang berlari mengejar sesuatu.
“Musuh lagi?” bisik Hu Zi dengan panik.
Qi Xuao Xuan segera mencabut pedangnya, sementara Yan Zhao mengangkat tongkatnya dengan waspada. Dari balik pepohonan, seorang pria muncul. Tapi berbeda dengan pemburu iblis sebelumnya, pria ini tampak terluka parah, dengan darah mengalir dari beberapa luka di tubuhnya.
“Bantu... bantu aku...” kata pria itu dengan suara yang lemah sebelum jatuh ke tanah.
Hu Zi bergegas mendekat, tapi Qi Xuao Xuan menghentikannya. “Jangan terlalu dekat. Bisa jadi jebakan.”
Yan Zhao mendekati pria itu dengan hati-hati, memeriksa luka-lukanya. “Dia manusia,” katanya setelah beberapa saat. “Dan dari simbol di pakaiannya, dia seorang pelarian dari kerajaan iblis.”
Hu Zi menatap pria itu dengan bingung. “Kenapa dia ada di sini?”
“Entahlah,” jawab Yan Zhao. “Tapi apapun alasannya, kita harus bersiap. Karena jika dia melarikan diri, itu berarti ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di luar sana.”