Istri Pilihan Ibu

Nit ... Niiiiiiiiiiiiiiit ....

Riana yang mendengar suara itu dari alat Monitor ICU sangat kaget. Dia mencoba membangunkan sang ayah tapi tidak ada sama sekali reaksi darinya. Riana bergegas memencet tombol bel pemanggil perawat.

“Ayah ... Ayah ....” teriak Riana dengan tangis yang sesegukan. Tim dokter segera datang dan menyuruh Riana untuk menunggu di luar. Dia tidak mengerti kenapa alat itu berubah seperti itu. Karena, tadi ayahnya baik-baik saja tanpa ada gejala-gejala yang aneh.

Mendapat pesan singkat dari istrinya, Rendra dan kedua sahabatnya langsung menuju ke rumah sakit. Riana yang melihat kedatangan suaminya langsung memeluk tubuhnya dengan erat. Dia menumpahkan tangisnya dalam pelukan suaminya.

“Sabar sayang, Ayah pasti baik-baik saja,” Rendra berusaha menenangkan istrinya.

Tidak lama Dokter keluar dari ruangan dengan wajah yang tertunduk. Riana langsung menghampirinya dan menanyakan bagaimana kabar ayahnya. Dokter menyuruhnya untuk ikhlas dan tabah harus kehilangan ayahnya. Riana yang mendengarnya langsung lemas dan tidak sadarkan diri.

Semua orang panik, Riana di bawa ke ruang UGD untuk mendapat tindakan. Ya ... ayah Riana telah meninggal dunia karena serangan jantung mendadak. Rendra langsung menghubungi keluarganya untuk membantu dirinya mengurus jenazah mertuanya. Sedangkan dia, menunggu sang istri siuman.

Rendra tertunduk mencium tangan istrinya sambil meneteskan air matanya. Dia merasa sangat sedih melihat istrinya yang terpukul dengan kehilangan ayahnya. Walaupun Rendra belum mengenal jauh mertuanya, tapi Rendra sudah menyayanginya seperti orang tuanya sendiri.

Riana mengerakkan tangannya dan sontak Rendra mengangkat wajahnya, berdiri dan melihat keadaan istrinya. Riana perlahan membuka matanya, tapi air matanya langsung mengalir. Tatapan dia lurus kosong ke depan.

“Sayang, ini aku,” ucap Rendra, tapi tidak sama sekali ada jawaban dari istrinya. Rendra memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.

Dokter segera memeriksa keadaan Riana. Dia benar-benar merasa terpukul dengan kabar duka ayahnya.

“Dok, bagaimana?”

“Dia, mengalami syok Pak,” disaat Dokter menjelaskan keadaan istrinya, Riana langsung berteriak dan menangis. Rendra langsung memeluk tubuh istrinya dan menenangkannya.

“Haaaaaaaa, Mas, Ayah, huaaaaaaaaa,” teriaknya sambil menangis.

“Kamu tenang ya sayang. Tuhan, sayang sama Ayah dan kamu harus ikhlas,” Rendra menepuk punggung istrinya.

“Aku gimana Mas, Aku ga bisa kehilangan Ayah,” Riana masih menangis tidak terima dengan apa yang terjadi.

“Ada aku sayang, aku akan selalu di sisimu,” Riana hanya menangis dalam pelukan suaminya.

Keluarga Rendra sudah datang. Para sahabatnya sejak tadi membantu mengurus berkas-berkas Alm. ayah Riana. Rencananya Alm. akan di bawa ke rumah duka malam itu juga. Rendra menyuruh Didit untuk pergi ke rumah Riana terlebih dahulu, meminta para tetangga membantunya untuk mempersiapkan kedatangan jenazah.

Setelah 30 menit Riana menangis, akhirnya dia bisa tenang juga. Riana sekarang sudah siap melihat wajah Ayahnya untuk terakhir kalinya. Rendra merangkul tubuh istrinya membantunya berjalan masuk ke dalam mobil ambulance yang membawa tubuh kaku Ayahnya.

Dia terus menatap jenazah yang ada di depannya. Orang yang selama ini mengurus dan menyayanginya, orang yang tidak pernah mengucapkan kata lelah untuk membesarkannya, kini sudah terbaring kaku di lapisi kain putih bersih.

Air mata Riana kembali jatuh, tapi kali ini dia cukup tenang dan hanya menatap tubuh ayahnya yang ada di depannya. Rendra dengan setia selalu berada di sisi istrinya merangkulnya dan memberikan semangat padanya.

Saat sampai, Didit dan para tetangga sudah menunggu di depan gang untuk mengangkat jenazah masuk ke dalam. Eki dan Didit turut serta mengangkatnya, sedangkan Rendra tetap berada di sisi istrinya, merangkulnya dan membantunya untuk melangkah.

Sesekali tubuh Riana lemas dan hampir jatuh, tapi Rendra menahannya dan Riana pun kembali melanjutkan langkahnya. Salsa sudah berada di rumah itu langsung memeluk Riana saat melihat bundanya. Melihat Salsa, tangisnya pun kembali menjadi dan tidak terasa tubuhnya pun kembali tidak sadarkan diri.

Sonia menenangkan gadis kecil itu yang sudah mengamuk melihat ibundanya, sedangkan Riana di gendong Rendra masuk ke dalam kamar. Para tetangga membantu semua kebutuhan yang di perlukan di rumah duka.

Setelah berbagai cara membangunkan Riana, akhirnya wanita cantik itu bangun dari pingsannya.

“Mas, Salsa, Mas,” Riana langsung duduk dan ingin turun dari ranjangnya.Tapi, Rendra menahan istrinya agar tidak panik.

“Kamu tenang aja sayang, Salsa aman bersama Sonia. Mending kamu istirahat, ya!” Riana menggelengkan kepalanya, air matanya kini jatuh lagi.

“Aku mau lihat Ayah, Mas,” Rendra pun membantu istrinya menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah rumah.

Riana menatap kosong ke depan melihat tubuh ayahnya. Rasa sakit dalam dadanya membuat air matanya yang tidak henti-hentinya mengalir.

Ayah, maafkan aku. Selama ini, aku belum bisa membahagiakan ayah. Ria belum bisa membuat ayah bangga pada Ria. Tapi, Ria janji akan membuat ayah bangga dan melihat Ria tersenyum dari surga. Ayah, sekarang ayah bisa bertemu dengan ibu disana. Sampaikan salam ku untuknya ya, Yah! Riana sekarang ikhlas, yah. Ayah sudah tidak perlu lagi merasakan sakit, Ria yakin kalau Ayah sudah bahagia sekarang. Yah, Ria akan mengurus cucu kesayangan ayah dengan sepenuh hati. Dan Ria juga janji, akan mencari Kak Desi dimana pun dia berada. Pergilah dengan tenang yah, Jangan membawa rasa bebanmu yang ada di dunia. Ria akan selalu mencintaimu yah ....

Ria mengusap air matanya dan mencium wajah Ayahnya untuk terakhir kalinya. Ria tersenyum, kini air matanya sudah tak mengalir lagi. Dia sudah ikhlas merelakan kepergian ayahnya.

Selamat jalan ayah ....

.

.

.

.

~Bersambung~

Jangan lupa like, komen dan vote sebanyak-banyaknya ya....

Yuu ... Dukung Author untuk naik sampai min 10 besar dengan menyumbangkan poin kalian untuk Author...

Aku Padamu semuanyaaaaa ♥️♥️♥️