Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
...~Happy Reading~...
Pulang sekolah, Mikha langsung melangkahkan kakinya menuju kantor keluarga nya. Bukan ke ruangan ayahnya yang megah dan penuh dengan staf sibuk, melainkan ke ruangan kakaknya, Calvin, yang tak kalah berwibawa tapi terasa lebih santai.
Tanpa basa-basi, Mikha mendorong pintu dengan keras.
Brakkk!
Calvin, yang sedang serius mengetik sesuatu di laptopnya, langsung tersentak.
Meskipun ini bukan kali pertama adiknya datang ke kantor. melainkan setiap mengalami masalah pasti akan mendatangi nya untuk curhat. tapi tetap saja jika Calvin sedang fokus kerja, maka ia akan terkejut.
“Mikha?” serunya terkejut, lalu mengerutkan dahi melihat adiknya yang berseragam putih abu-abu masuk dengan wajah kusut.
“Mikha sebel!” kata gadis itu sambil melemparkan tasnya ke sofa dan duduk dengan gerakan yang dramatis.
Calvin menghela napas dan menutup laptopnya. Ia tahu kebiasaan adiknya yang sering melampiaskan kekesalan kepadanya.
“Kenapa? Bukannya tadi kamu bilang mau ke mal cari novel?” tanyanya sambil bersandar di kursi.
“Gak jadi!” Mikha merengut.
“Kenapa?” tanya Calvin lagi.
“Kakak tahu gak sih, Mikha tuh lagi sebel!”
“Iya, tapi sebel kenapa?”
“Gara-gara Shera, Mikha dihukum nyapu kantin!”
Calvin menaikkan alis. “Dihukum? Memangnya kamu ngapain?”
“Bukan Mikha! Tapi Shera!”
“Shera? Kalian berantem lagi?” Calvin bertanya, mulai paham arah cerita ini.
“Dia yang cari gara-gara, Kak! Mikha lagi makan tenang-tenang di kantin, tiba-tiba meja Mikha digebrak sama dia. Terus guru lihat, malah Mikha yang dihukum. Gimana sih!” Mikha bersungut-sungut, matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis, tapi juga masih penuh amarah.
Calvin hanya bisa menghela napas panjang, lalu beranjak dari kursinya dan duduk di samping Mikha di sofa.
“Mikha—”
“Stop!” Mikha memotong cepat. “Kakak jangan ikut-ikut belain dia ya! Mikha udah bosen banget!”
Sebenarnya ini bukan pertengkaran pertama antara Mikha dan Shera. dirinya sudah cukup sering bertengkar dengan gadis tersebut.
Maka tak heran jika sampai guru BK sudah mulai bosan menghukum dan memilih bertindak adil. karena memang sejak di bangku kelas satu, Mikha dan Shera bak seperti kucing dan anying yang tidak pernah akur.
“Terus kamu maunya gimana?”
Mikha tiba-tiba menggembungkan pipinya seperti anak kecil, kemudian berkata, “Mikha laper!”
Calvin terdiam sesaat, lalu tersenyum, “Tadi katanya sebel, sekarang laper?”
“Dua-duanya! Kakak gak lihat nih Mikha udah kurus gara-gara sekolah?” Mikha memegang perutnya sambil mengeluh, ekspresinya mendadak melas.
Calvin tersenyum geli melihat tingkah adiknya yang cepat berubah. “Mau makan apa?”
“Apa saja, tapi Mikha gak mau keluar. Mikha mau makan di sini aja!”
“Ya udah,” Calvin bangkit berdiri sambil meraih telepon meja. “Tunggu sebentar.”
Beberapa menit kemudian, Calvin memanggil sekretarisnya dan memintanya membelikan makanan kesukaan Mikha.
Saat Mikha mulai asyik memainkan ponselnya sambil menunggu makanan, Calvin kembali duduk di kursinya dan membuka laptop. Namun, matanya sesekali melirik adiknya.
“Mikha,” panggilnya lembut.
“Apa?” Mikha menjawab tanpa menoleh.
"Gak jadi, lupakan."
Mikha mendongak, menatap kakaknya dengan mata yang agak melembut. Setelah beberapa detik, ia menjawab, “Dihh, gak jelas!"
Calvin tersenyum tipis. Meskipun terkadang Mikha bisa sangat menyebalkan, ia tahu bahwa adiknya hanyalah seorang gadis remaja yang butuh tempat untuk merasa aman.
Tak lama, makanan yang dipesan tiba. Aroma nasi goreng yang menggoda memenuhi ruangan, dan Mikha segera melupakan semua kekesalannya.
“Ini baru kakak yang Mikha suka!” katanya sambil tersenyum lebar.
Calvin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Untuk adiknya, ia selalu siap menjadi pelindung sekaligus teman yang setia, walaupun harus menghadapi berbagai drama khas anak SMA.
...🔥🔥🔥...
Suasana ruang keluarga malam itu terasa hangat. Setelah makan malam, keluarga Edward berkumpul di ruang tengah. Mami Faiz, dengan kebiasaannya yang manja, duduk bersandar pada papi Edward, berbicara santai sambil sesekali terkikik kecil. Di sisi lain, Keynan dan Calvin tenggelam dalam permainan PS, saling bersaing dengan ekspresi serius. Sementara itu, Mikha duduk di sofa dekat jendela, tenggelam dalam dunia novelnya.
Namun, suasana yang semula penuh canda tawa berubah ketika Edward tiba-tiba membuka suara.
“Calvin…” panggil Edward.
Calvin yang sedang serius memainkan joysticknya berhenti sejenak, menoleh. “Iya, Pi?”
“Soal pernikahan kamu…”
Seketika itu, Calvin meletakkan joysticknya dan berbalik sepenuhnya ke arah Edward. Fokusnya kini teralih sepenuhnya dari permainan.
“Kemarin Papi bertemu dengan ayah kamu,” lanjut Edward.
Calvin segera menyela, “Om Samto,” ralatnya dingin, menegaskan jarak emosional yang selama ini ia jaga dengan pria itu.
Edward hanya mengangguk pelan, lalu menghela napas berat. “Dia bilang, pernikahan itu tidak bisa dibatalkan.”
Ruangan tiba-tiba terasa sunyi. Bahkan suara dari permainan Keynan seolah menjadi latar yang jauh. Mikha, yang semula asyik dengan bukunya, kini mengangkat kepala.
“Apa urusannya dengan dia?” tanya Calvin dengan nada datar, tapi ada nada ketegangan yang tersirat di dalamnya.
“Jika Flora tidak bisa,” lanjut Edward, “maka dia menyuruh kamu untuk menikah dengan Shera.”
Deg!
Bukan hanya Calvin yang terkejut mendengar nama itu, tetapi Mikha langsung menutup bukunya dengan keras, ekspresinya berubah drastis.
“Kak Calvin menikah sama Shera? Big no!” serunya lantang. “Mikha gak mau! Gak ridho, Mikha gak sudi punya ipar maut kaya dia! No way!”
Edward memandang putrinya dengan tajam, mencoba meredam keributan. “Mikha!” tegurnya dengan nada tegas.
“Tapi kenapa harus dia, Pi?” tanya Calvin, suaranya lirih tapi penuh tekanan. “Dan kenapa dia harus ikut campur? Ini masalah pribadi Calvin.”
Mikha yang masih penuh emosi menyela lagi, “Shera itu musuh bebuyutan Mikha di sekolah, Pi! Dia nyebelin, licik, dan suka cari gara-gara. Masa Kak Calvin mau nikah sama dia? Itu sama aja neraka dunia buat Mikha!”
“Mikha, cukup,” potong Edward. “Ini urusan kakak kamu, bukan kamu!"
“Tapi Pi—”
“Sssh,” Edward mengangkat tangan, memberi isyarat agar Mikha berhenti bicara.
Calvin, yang biasanya tenang dan jarang melawan keputusan keluarga, akhirnya bersuara. “Papi tahu kan, hubungan Calvin dengan dia gak pernah baik. Kenapa dia harus mencampuri kehidupan Calvin sekarang?”
Edward menghela napas panjang. “Dia tetap ayah kandungmu, Calvin. Dan meskipun kalian jarang bertemu, dia merasa punya hak untuk menentukan keputusan iini"
Calvin menggelengkan kepala, berusaha menenangkan dirinya. Ia menatap adiknya yang masih memelototi Edward dengan penuh protes. “Jadi, ini sudah diputuskan?”
“Belum,” jawab Edward, suaranya lebih lembut. “Tapi Papi rasa kamu harus memikirkannya dengan serius.”
“Memikirkannya?” Calvin mengulang kata itu dengan getir.
Mikha memutar bola matanya dengan ekspresi yang tidak bisa ditahan. “Mikir apa, Kak? Kalau Mikha jadi Kakak, Mikha bakal bilang ‘no’ sekarang juga!”
“Mikha!” tegur Edward lagi, kini dengan nada lebih keras.
Namun, Calvin hanya tersenyum tipis. Ia mengusap kepala adiknya yang sedang kesal itu.
"Jika di haruskan menikah, daripada dengan Shera. lebih baik Calvin menikah dengan Mikha!"
"Nah itu bagus!" ucap Mikha spontan, namun hanya beberapa detik tiba tiba ia tersadar, "Hah, bentar kok jadi Mikha?"
...~To be continue... ...
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh