Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
"Stop! Don't touch!!!" Rafdelia berang. Memang dasar laki-laki ya... Entah memang karena khawatir atau ada unsur kemesuman disana ckckck...
"UPS sorry.." Zein sadar tindakannya salah.
""Maaf Adel, aku tadinya cuma mau nolongin kamu, beneran. Tadi itu spontan aja mana yang dapatya itu yang kepegang. Jangan marah dong..." bujuk Zein.
"Udah jangan dibahas, aku malu tau!!!" Rafdelia berlalu dari hadapan Zein dengan hati kesal dan wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
"Eh mau kemana? Tunggu Adel.." Zein mengikuti langkah cepat Rafdelia, ternyata gadis itu malah masuk ke kamar pria itu.
"Hmmmm.. Kok malah masuk kamar aku? ayooo kamu mau ngajakin aku ngapain...???" Zein pasang wajah nakal menggoda.
Rafdelia yang cemberut.
"Apasih mas! Aku mau nyiapin air mandi kamu. Biar kamu mandi sekalian mandiin otak kamu yang ngeres itu!" Rafdelia masuk ke kamar mandi.
"Huuuf.. Gitu ya?" Zein mengelus dadanya yang sudah berdetak sangat kencang dari tadi. Ia pun menjambak rambutnya sendiri karena sempat berpikiran kotor.
Rafdelia keluar dari kamar mandi masih dengan wajah cemberut, ia bahkan tidak mau menatap Zein sama sekali.
"Airnya udah siap. Mandi sana, aku mau nyiapin makan malam dulu!" Rafdelia keluar kamar, sempat Zein dengar ia berjalan sambil menghentak hentakan kakinya.
"Dia benar-benar marah.." Zein menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Gawat ni kalau dia beneran marah, gimana car membujuk nya ya? Tapi, kok gemas kali wajahnya kalau marah gitu. Mana bibirnya manyun lagi... wkwkwk" Zein akhirnya tertawa tertawa terbahak-bahak setelah sedari tadi memang berusaha menahan tawa melihat tingkah Rafdelia yang terlihat bukannya menakutkan tapi malah lucu saat sedang marah. Tiba-tiba wajah Zein ikut memerah ketika terlintas ingatan kejadian barusan saat ia memegang salah satu aset berharga milik Rafdelia tadi...
Zrrrtt... Seketika tubuh Zein seperti sedang dialiri sengatan listrik yang membuat tegangan tinggi pada bagian intinya. Ia bergegas mandi karena otaknya sudah mulai berkelana dan tubuhnya terasa panas dingin. Bagaimanapun juga Zein adalah seorang laki-laki normal, tentu kejadian tadi mengganggu gejolak kejantanannya. Hihihi...
********
Suasana hening, yang terdengar hanya denting sendok dan piring sedang beradu, di meja makan, Zein dan Rafdelia sedang menikmati makan malam mereka. Tidak ada percakapan apapun antara keduanya. Rafdelia makan dalam diam tanpa sedikitpun melihat kearah Zein yang duduk berseberangan dengannya. Sedangkan Zein sesekali mencuri pandang kearah Rafdelia. Perasaannya serba salah ingin membuka obrolan tapi takut Rafdelia tidak merespon namun jika saling diam begini, sungguh membuat suasana menjadi canggung.
Rafdelia berdiri membawa piringnya menuju ke wastafel karena sudah selesai makan. Zein yang melihat itu, pun ikut membawa piringnya ke tempat Rafdelia berada.
"Aku bantu cuci piring ya.." ucap Zein lembut.
"Gak usah mas. Sini, piring kamu sekalian aku cuci." jawab Rafdelia mengambil piring ditangan Zein tanpa menoleh ke arah pria itu.
"Makasih ya..." Zein basa basi karena ia pun bingung mau bicara apa.
Pukul 19.30 wib Rafdelia sedang duduk di ruang tengah menonton tv sambil mengunyah potato chips di tangannya.
"Hai, nonton apa?" Zein tiba-tiba duduk disamping Rafdelia mengambil potato chips ditangan gadis itu dan memasukkan nya ke mulutnya.
"Liat sendiri aja." Rafdelia masih ketus.
"Del... Jangan ngambek lagi dong... Aku kan udah minta maaf, lagian itu murni sebuah kecelakaan. Sumpah loh, aku gak niat sama sekali melecehkan kamu..." Zein menatap Rafdelia lekat dari matanya, terlihat kesungguhannya meminta maaf.
"Aku kesal aja mas.... Malu juga aku tuh.... Mau di tarok dimana muka ku huuuuu." Rafdelia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Iya iya... Aku paham perasaan kamu. Tapi jangan terlalu dipikirkan lagi ya..." bujuk Zein mengelus lembut rambut Rafdelia.
"Tapi kamu janji bakal ngelupain yang udah terjadi tadi kan? Kamu gak bakal ingat-ingat sama apa yang udah kamu pegang tadi? Anggap ini memang pure kecelakaan ya mas..." rengek Rafdelia.
"iyaa... Aku janji, aku bakal lupain rasanya... Percayalah.." Zein tersenyum geli.
"Janji kelingking dulu!" Rafdelia mengulurkan kelingkingnya.
"Janji..." Zein menurut dan menautkan kelingkingnya pada kelingking gadis lucu itu.