Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 10 Mau Cerai
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (10)
Maksud dokter, istri saya sedang hamil dan mengalami keguguran?," Rama memastikan bahwa yang ia dengar tidak salah.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Rama menatap Salma dengan nanar. Perkataan dokter Amanda terus terngiang-ngiang di telinga Rama. Tentang istrinya yang hamil dan keguguran.
Melihat wajah pucat sang istri, dengan penyangga di lehernya juga kaki kanannya yang di gips, membuat Rama sedih.
" Maaf. Maafkan aku..." Rama terus menggenggam tangan Salma. Ia tidak ingin beranjak sedikitpun dari samping istrinya itu.
Rama merasa sangat bersalah karena meninggalkan Salma seorang diri di rumah. Seandainya ia tetap menunggui Salma, mungkin ini tidak akan terjadi. Salma celaka dan keguguran.
Tidak lama kemudian, Salma tersadar. Dia melihat ke samping dengan perlahan saat merasakan seseorang menggenggam tangannya. Adanya penyangga leher membuat geraknya terbatas.
Bisa ia lihat, Rama yang menggenggam tangannya. Matanya mulai melihat ke arah kakinya yang di gips.
Salma melihat ke langit-langit kamar. Ia mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Hingga ia sadar apa yang menyebabkannya berakhir di rumah sakit.
Salma ingat semuanya. Ia langsung menarik tangan yang di genggam Rama. Amarah menguasai hatinya.
" Sayang, kamu sudah sadar?," tanya Rama yang terbangun karena pergerakan tangan Salma.
Salma diam tidak menjawab. Ia hanya menatap Rama dengan tajam.
Rama segera menekan tombol Call Nurse dan memberitahukan bahwa pasien sudah sadar.
Pintu ruangan terbuka dimana seorang dokter dan perawat datang setelah mendapatkan kabar bahwa Salma sudah sadar.
Mereka melakukan tes pada Salma.
" Alhamdulillah Bu Salma tidak apa-apa. Tidak ada gegar otak seperti yang di takutkan." Dokter Amanda tersenyum.
" Bagaimana dengan kandungan saya, dok?,"
Deg
Rama yang saat itu sedang memperhatikan penjelasan dokter Amanda langsung melihat ke arah istrinya.
Mendengar pertanyaan sang istri, Rama yakin istrinya itu sudah mengetahui perihal kehamilannya.
Untuk sesaat dokter Amanda dan Rama saling melirik satu sama lain. Melihat dokter dan suaminya saling pandang, Salma kembali bertanya.
" Bagaimana dok?, Apa saya keguguran? Sebelum jatuh, saya merasakan sakit di perut saya dan ada bercak darah juga?,"
" Saya mohon maaf, saya tidak bisa menyelamatkan janin anda. Karena Bu Salma sudah keguguran sebelum sampai ke rumah sakit. Bu Salma yang sabar ya."
Deg
Salma terdiam untuk beberapa saat. Bahkan saat dokter dan perawat keluar dari ruangannya saja ia tidak menyadarinya.
Hingga akhirnya, air mata itu pun tumpah. Ia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada janinnya. Namun, kenyataan ini tetap melukainya.
" Hiks... Hiks .. Hiks .."
" Sayang..'" panggil Rama. Ia mencoba menggenggam tangan Salma,namun Salma menepisnya.
Rama hanya bisa menghela nafas. Ia tahu, istrinya pasti marah dan kecewa padanya.
Lama sudah Rama menunggu sampai tangis Salma sedikit mereda. Selama itu pula ia tidak bisa berbuat banyak karena Salma yang terlihat enggan ia sentuh.
Hingga akhirnya, Salma tertidur. Di saat itulah Rama baru berani menyentuh tangan Salma dan kembali menggenggamnya seperti sebelumnya.
" Maaf .." Rama merasa sakit melihat tangisan Salma sementara ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Rama mengusap kepala Salma dengan sayang. Kini ia yakin akan keputusannya. Salma sudah menempati hatinya tanpa ia sadari.
Perlahan-lahan ibu jari Rama menghapus sisa air mata Salma.
Keesokan paginya, Salma sudah terbangun, dia menatap ruangan kamarnya yang kosong.
Salma tersenyum getir. Apa yang aku harapkan dari seseorang yang memang tidak mencintaiku. Batinnya.
Pintu ruangan terbuka. Rama masuk dengan pakaian yang sudah ia ganti. Bahkan ia tampak lebih segar. Rama memang pulang ke rumahnya sebentar untuk mengganti pakaian dan membawa kebutuhan Salma juga.
" Sayang, kamu sudah bangun?," tanya Rama meletakkan tas yang ia bawa dan menghampiri Salma.
Salma diam.
"Kamu haus?," tanya Rama perhatian. Ia tak patah semangat sekalipun sang istri mendiamkannya.
Salma hanya mengangguk. Rama segera mengambil air minum dan membantu Salma minum dengan sedotan.
" Terimakasih"
" Sama-sama."
" Kamu mau sesuatu yang lainnya?," tawar Rama.
" Aku mau kita pisah, Mas."
Deg
Rama melihat ke arah istrinya. Ia sangat terkejut dengan kata-kata Salma barusan.
" Sayang, apa aku tidak salah dengar?," Rama berharap ia salah dengar. Namun, entah hatinya mengatakan ia tidak salah dengar.
" Kamu tidak salah dengar. Aku mau cerai, Mas." Salma mengganti katanya dengan maksud yang sama.
Rama menarik nafas. Dadanya terasa sesak. Permintaan istrinya di luar perkiraannya. Ia pikir Salma hanya marah saja. Namun, ternyata dugaannya salah.
" Kenapa?," Akhirnya Rama cukup tenang. Mungkin Salma kecewa sehingga terlontar keinginan itu. " Aku minta maaf kalau kamu kecewa dan marah padaku. Aku juga sama sepertimu. Aku sangat sedih karena harus kehilangan buah cinta kita."
Salma tersenyum sinis.
" Buah cinta kita?," tanya Salma tidak percaya.
" Tentu saja."
" Sudahlah, Mas. Kamu tidak perlu bersandiwara lagi. Aku sudah tahu semuanya. Selama ini kamu tidak pernah mencintaiku. Kamu hanya mencintai mantan istrimu. Karena itu, mari kita berpisah dan meraih kebahagiaan kita masing-masing."
" Sayang ..." Rama mencoba meraih tangan Salma.
" Berhenti memanggilku sayang!!," teriak Salma. Kekecewaannya sudah menumpuk sehingga ia melupakan sopan santun untuk tidak meninggalkan suaranya di hadapan suaminya.
Rama sampai melotot tidak percaya bahwa istrinya yang lemah lembut bahkan tak pernah marah sekalipun meninggikan suaranya kepadanya.
" Aku mendengar semuanya. Aku mendengar saat kamu bilang masih mencintai Dewi dan belum bisa mencintaiku sekalipun kita sudah satu tahun lebih menikah...." Salma mengatakannya di sertai tangisan.
Rama mematung. Ia terdiam.
" Aku juga mendengar saat kamu bilang menikahiku hanya demi Ical. Demi kebahagiaan Ical. Dan dengan egoisnya kamu mengorbankan kebahagiaan aku, Mas. Hiks. Hiks.."
" Sayang,..."
" Sudah aku bilang jangan panggil aku seperti itu lagi. Aku tidak suka." Lagi-lagi Salma berteriak. Bahkan selang infusnya tercabut yang mana membuat Rama panik dan langsung menekan tombol untuk memanggil suster tanpa mengatakan apapun.
"Kenapa kamu terus bersandiwara?. Hiks..."
" Maaf..."
" Padahal aku sudah memutuskan untuk meminta cerai darimu saat tahu kehamilanku lemah. Aku juga ingin egois demi keselamatan janinku. Tapi, belum sempat rencanaku aku jalankan, Allah sudah menjalankan rencananya. Hiks .. Hiks .."
Rama hanya bisa diam. Hatinya juga sakit saat mendengar semua keluh kesah istrinya. Ia akui ia memang egois.
" Aku mencintaimu..."
" Bohong. Kamu hanya berbohong. Kamu tidak ingin bercerai hanya demi Faisal. Tapi,di belakangku kamu pergi dengan Dewi. Kamu egois Mas .. Karena kalian juga aku harus kehilangan janinku. Aku tidak rela kehilangannya karena kalian berdua. .."
Pintu terbuka dokter Amanda datang dengan suster yang menemaninya.
" Aku lebih rela kehilangan kamu daripada janinku...Hiks..Hiks.."
Dokter Amanda langsung menyuntikkan sesuatu hingga akhirnya Salma mulai tidak sadarkan diri.
Rama hanya bisa menyaksikan semua itu dengan hati yang teriris.
" Saya memberinya obat penenang. Untuk beberapa saat Bu Salma akan tertidur. Kalau sudah sadar dan ternyata masih histeris, cepat hubungi kami"
"Terimakasih dok" Rama mengangguk-anggukkan kepalanya.
Rama menatap Salma. Tidak ia sangka Salma telah mengetahui semuanya.
Ceklek
TBC