TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP DUA PULUH ENAM
Rega sangat marah pada tindakan Vanessa yang menjebaknya untuk menikah, terlebih pada ibu gadis itu. Dan seperti motonya selama ini, bahwa tak ada satupun tersangka yang boleh lari dari hukumannya.
Namun, entah kenapa, setiap kali Vanessa diam dan memasang raut kecewa, rasanya seperti ada balok es yang menempel di bilahan hatinya; cukup menyengat cemeosnya hingga ke palung terdalamnya.
Tepat di atas sofa klasik Rega menopang dagu dengan dua kepalan tangan kekar. Rega gelisah hingga tanpa sadar kakinya terus bergoyang dengan ritme cepat.
Setelah dua hari terakhir tidur bersama Vanessa, malam ini Rega harus merasakan kesepian. Kamar miliknya sunyi, hening, tak berwarna seperti kemarin.
Rambut dia acak-acak, desah terus keluar melingkupi udara kamarnya. Untuk sesekali lelaki itu mengerang pelan demi menyudahi rasa gundah gulana-nya.
Ingatannya terus berputar-putar pada satu momen. Di mana dia dan Vanessa pulang dari acara pernikahan teman SMA-nya.
Vanessa yang berwajah muram membuka satu persatu sepatu heelsnya, membuka anting, lantas gelang, berikutnya kalung, dan kemudian cincin mahal darinya untuk segera dimasukkan ke dalam satu paper bag.
Belum usai keheranan Rega, Vanessa juga menurunkan gaun hitam elegannya hingga lepas dari tubuhnya. Hal yang tentu membuat Rega semakin bersungut.
"Kau tahu kan, di mobil ini tidak hanya ada suami mu, Vanessa!" bentaknya. Ada Antoni dan Sofie di jok depan, dan dengan percaya dirinya Vanessa mengganti pakaian di mobil.
"Tahu."
"Lantas?"
Vanessa tampak berdecih pelan. "Barusan Om memamerkan punggung Anes di depan orang banyak kan?"
Tepat disaat mobil berhenti di depan lampu merah. Gadis itu juga membuka pintu setelah kembali rapi dengan seragam SMA-nya.
"Mau ke mana?" Rega bertanya dengan nada yang cukup tinggi. Vanessa seperti tak takut pada apa pun lagi, gadis itu menatapnya dari ambang pintu yang belum sempat tertutup.
"Sekarang lapor polisi saja terserah. Anes mau pulang ke rumah Papa."
"Vanessa!" Rega memanggil sementara gadis itu tetap melanjutkan langkah larinya. Lantas naik ke salah satu motor yang agaknya ojek.
Gengsi membuat Rega membiarkan ulah istrinya sore tadi. Rega tetap pulang ke mansion milik keluarga Rain, dan sekarang dia merana tak ada teman berdebat.
Rega sudah memiliki istri seksi, tentu saja tak mau tidur sendiri. Lelaki itu keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar milik Antoni.
Di bawah selimut yang bergoyang-goyang, Rega tahu asistennya tengah melakukan telepon mesum dengan sopir cantiknya.
Dia singkap selimut tebal itu dan Antoni terkaget hingga menarik celananya yang turun. "Bos!" sentaknya membelalak.
"Menjijikan!" umpat Rega. "Temani aku ke rumah Arjuna!" titahnya kemudian.
Antoni berdecak. "Malam begini?" Baru saja juniornya mulai on, dilayukan kembali dengan suruhan sang Tuan muda.
"Grandpa pasti nyariin Vanessa nanti pagi. Makanya demi Grandpa, bangun dan temani aku ke rumah Arjuna!"
"Demi Tuan besar atau demi anu Bos yang kesepian..." Antoni menyengir saat Rega melayangkan tatapan slay-nya.
Ditemani Antoni, Rega menyusul istrinya ke rumah sang mertua. Beruntung tak ada macet atau pun kendala lainnya hingga Rega dan asisten sampai di pukul tiga dini hari.
Antoni yang sudah mengantuk, pria itu memilih tidur di mobil. Sedang Rega turun dan memencet bel dengan sopannya.
Tak mendapat sambutan. Rega segera menelepon nomor Arjuna yang akhirnya mengangkat setelah sepuluh kali di tolak.
📞 "Ngapain malam begini telepon? Kamu kurang kerjaan?"
"Bukakan pintu! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau menatapku dari layar cctv mu?" Rega tak melihatnya, tapi dia yakin Arjuna belum tidur.
Terlebih, penjaga di depan pasti sudah memberi tahukan kedatangannya. Dan cctv media paling nyaman untuk mengintai tamu.
📞 "Kau yang bilang akan memberi waktu khusus untuk ku. Sekarang mau apa kau menyusul Anes?" Tebakan Rega benar kan, Arjuna mengawasinya dari cctv.
"Buka atau aku dobrak?" ancam Rega. Dan tak lama pintu terbuka. Arjuna menyambut tidak ramah tentunya, bahkan hanya dengan ujung bibir yang naik sebelah.
Rega mengikuti langkah mertua yang pantasnya menjadi besan. Di ruang TV Rega melihat istrinya sudah tertidur nyenyak di sofa putih berukuran lebar.
"Kau biarkan istri ku tidur di sofa?"
"Kami menonton film barusan." Arjuna duduk di sisi bantal Vanessa. Sedari tadi putrinya meminta diusap kepalanya dan dia lakukan kembali.
Rega duduk di sofa lainnya. Matanya tak mengalihkan pandangan dari wajah lelap Vanessa yang tak pernah kehilangan imutnya.
Cukup terobati gelisah yang menggelegak di dada Rega. Sekarang, wajah cantik istrinya juga sudah menjadi pereda kekesalannya.
"Aku dengar kau mengajak Anes ke pesta pernikahan Reymond." Arjuna bertanya santai.
Rega menghela napas. Dia merebahkan punggungnya di permukaan empuk sandaran sofa. Dia bahkan sempat membuat Vanessa marah karena pesta malam tadi.
"Hilda yang memberitahu ku."
Rega beralih menatap mertuanya. Jadi Hilda dan Arjuna sempat bertemu. "Kalian balikan?"
Pertanyaan yang membuat Arjuna terkekeh samar. "Kau saja yang kembali sana. Asalkan lepaskan putri ku. Aku ikhlas."
"Kau gila?" sergah Rega. Bahkan, agama melarang keras hubungan antara dia dan Hilda sekarang.
"Vanessa tidak mencintai mu. Untuk apa kau lanjutkan? Apa kau tidak takut kalau suatu saat nanti Vanessa selingkuh? Dia masih sangat muda," ujar Arjuna dan Rega tertegun.
"Bisa saja Vanessa mengalami perubahan sikap saat dia melewati pubertas ke dua, juga merasa bosan setelah menjalani pernikahan dari masih sangat muda."
"Aku tidak peduli." Bahkan Rega memutuskan untuk tetap menikahi Vanessa hingga legal di catatan negeri saat gadis itu sudah sembilan belas tahun.
"Kau tahu Rega... Begitu Anes lahir, Hilda tidak menyusuinya. Ibunya pergi begitu saja, dan sekarang, kau menggunakannya untuk membalas dendam?"
"Negatif terus. Lama-lama putrimu yang aku buat positif," gerutu Rega.
Arjuna tergelak tak percaya. "Jadi Kau mau bilang kau sudah bisa mencintai Anes hanya dalam hitungan hari, begitu?" tanyanya.
"Anggap saja begitu, Papa ... Juna."
"Papa?" Arjuna berdecih. "Menjijikan."
Rega yang sudah kerap menguap, dia celingukan untuk menyisir pandang ke penjuru rumah dua lantai yang cukup sederhana ini. "Tunjukkan di mana kamar Vanessa. Aku sudah mau tidur."
"Kau mau menginap?" Arjuna ternganga kesal, Rega benar-benar tidak tahu malu. Kemarin, dia bahkan tak dibiarkan menginap meski sangat merindukan putrinya.
"Aku bisa mencarinya sendiri kalau kau tak mau menunjukkannya!" Bukan Rega jika tidak memaksa. Lelaki itu meraih tubuh Vanessa untuk digendongnya.
Arjuna menghela napas. Semoga dia masih memiliki stok kesabaran untuk menghadapi menantu kurang akhlaknya.
"Kau perlu menikah. Supaya tidak menyuruh ku menceraikan Vanessa terus. Percayalah, menikahi gadis muda lebih baik."
Arjuna terpaku kesal, bisa bisanya mantan bujang lapuk menasehatinya. Ingin rasanya melayangkan vas bunga pada kepala Rega.