Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut Ngambek
Suasana rumah semakin ramai dengan kedatangan banyak orang yang melayat. Dilon terus menemani Vanessa, menggantikan perempuan itu juga menyambut para pelayat. Vanessa terlihat terus murung menangis, jadi Dilon tidak tega.
"Vanessa sebentar aku mau cari Olivia dulu," ucap Dilon setelah menyadari kekasihnya itu tidak ada di ruangan.
"Dilon jangan pergi, aku gak mau sendirian," rengek Vanessa sambil menahan tangannya.
"Aku gak akan pulang, cuman mau cari Olivia aja. Takut dia pulang duluan, aku gak dikasih tahu," kata Dilon berusaha membujuk.
"Ya sudah tapi jangan lama ya," ucap Vanessa. Sebenarnya kesal Dilon itu saat ini saja masih memikirkan Olivia, padahal dirinya lebih butuh pria itu.
Dilon mengangguk lalu beranjak pergi mencari pacarnya. Di sini cukup banyak orang, jadi Dilon pun agak kesusahan mencarinya. Saat di luar, Dilon memperhatikan halaman depan dengan teliti.
Senyumannya langsung terukir melihat seorang perempuan yang postur tubuhnya sangat Ia kenali sedang bersama seorang anak kecil, mengobrol di bangku panjang dekat air mancur. Dilon pun segera menghampiri nya.
"Gue kira lo pulang, lo dari tadi di sini?" tanya Dilon setelah berdiri di depannya.
Olivia mengangkat kepalanya, "Iya tadinya mau pulang, soalnya di sini bosen cuman diem aja," jawabnya ogah-ogahan.
Apalagi Dilon itu terus bersama dengan Vanessa, menempelinya membuat matanya sakit saja. Olivia lalu memutuskan keluar dari rumah karena tidak sanggup lagi melihat kedekatan dua orang itu.
Memang sih Olivia tahu sekarang Vanessa sedang butuh sandaran, tapi kan tidak usah sedekat itu juga dengan Dilon. Pria itu kan sudah punya pacar. Apalagi Vanessa terlihat tidak malu menempeli Dilon, padahal ada dirinya.
"Siapa anak kecil itu?" tanya Dilon melirik sekilas anak laki-laki yang sepertinya masih sepuluh tahunan.
"Namanya Rangga, dia katanya ikut Ayahnya ngelayat kesini. Dia juga dari tadi nungguin di sini, makanya aku temenin karena kita sama-sama lagi kebosenan," jawab Olivia.
Rangga lalu menepuk pelan tangan Olivia, "Kak Oliv itu siapa? Kakaknya Kak Olivia ya?" tanyanya polos.
Mendengar dianggap seperti itu, tentu saja membuat Dilon tidak terima, "Hei anak kecil, emangnya gak bisa lihat kita se cocok apa? Cantik dan ganteng," gerutunya.
"Oh jadi dia pacarnya Kak Olivia ya, tapi.."
"Tapi apa?!" sentak Dilon sambil berkacak pinggang, jangan bilang akan menganggap keduanya tidak cocok lagi.
Rangga langsung mengatupkan bibirnya mendapat sentakan itu, sambil bersikut mundur merasa sedikit takut dengan Dilon. Saat merasakan bahunya dirangkul Olivia, membuat Rangga langsung tersenyum.
"Sudah sana kamu masuk lagi, nanti dia nangis lagi nyariin kamu," usir Olivia menyindir nya.
"Sama lo, ayo," ajak Dilon sambil mengulurkan tangannya.
Tetapi Olivia malah menggeleng, "Aku mau pulang aja, lagian di sini juga gak dianggep," jawabnya ketus.
"Jangan gitu dong Oliv, gue bukan gak nganggep lo. Tapi sekarang Vanessa bener-bener butuh teman, Neneknya keluarga satu-satunya meninggal. Gue pengen lo ngerti," ucap Dilon dengan nada frustasinya.
"Ya sudah sana masuk lagi, aku gak papa bakalan pulang aja. Lagian kamu gak akan pulang kan? Kalau aku ikut nginep, aku gak mau," ujar Olivia merendahkan hatinya.
Rangga yang melihat pertikaian pada dua orang dewasa itu hanya diam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak terlalu mengerti masalahnya, tapi di matanya terlihat rumit dan serius. Ternyata jadi orang dewasa tidak menyenangkan.
"Kalau gitu gue anterin lo pulang dulu," ucap Dilon memutuskan. Tidak tega juga membiarkan Olivia pulang sendirian, apalagi ini sudah magrib.
"Gak usah, aku sudah pesan taxi online dari tadi. Sebentar lagi juga paling sampai, mending kamu pergi aja," tolak Olivia tanpa menatap.
"Tapi--"
"Nah kayanya itu taxi online nya, aku mau pulang sekarang," sela Olivia melihat ciri-ciri mobil taxi yang di pesannya.
Tidak lupa sebelum pergi, Olivia berpamitan pada Rangga. Melihat anak kecil itu, jadi mengingatkannya pada adiknya di rumah. Tetapi Olivia tidak kangen pada Kai, adiknya itu kan sangat menyebalkan.
Ternyata Dilon mengikutinya sampai ke depan gerbang. Mau tidak mau, Olivia pun harus berpamitan juga pada pria itu. Olivia membuka pintu bagian belakang, tapi Dilon menahan tangannya.
"Ada apa lagi?" tanya Olivia sambil menghela nafas berat, merasa lelah kalau harus cekcok lagi.
"Lo gak marahkan sama gue?" tanya Dilon menatapnya dalam. Ingin sekali bisa membaca isi pikiran pacarnya itu.
Olivia malah tersenyum kecut, "Aku gak tahu, rasanya campur aduk. Aku pengen ngertiin kamu, tapi kayanya aku terlalu cemburuan sampai gak mau mengerti keadaan saat ini," jawabnya jujur.
Dilon menggeleng lalu merangkum wajah cantik itu, "Gue yang minta maaf kalau ada salah, tapi gue juga coba untuk sesuain keadaan sekarang."
Mereka saling bertatapan, membuat detak jantung itu tanpa bisa ditahan menjadi cepat. Perasaan kesal dan sesak di dada Olivia pun perlahan menguap mendengar pria itu meminta maaf duluan. Ternyata Dilon tidak meninggikan egonya.
"Jangan marah ya, gue gak bisa kalau lo ngambek. Lo mau apa? Nanti gue beliin," tanya Dilon masih membujuk.
"Apasih Dilon?" tanya Olivia berusaha menahan senyuman nya, tahu jika Dilon hanya tidak mau Ia beneran ngambek. Memang katanya perempuan itu susah sekali di tebak isi hatinya.
"Ayo bilang aja, nanti gue pasti beliin," desak Dilon belum menyerah.
Olivia mengusap dagunya, seperti seseorang yang sedang berpikir keras. Kebetulan Ia memang sedang menginginkan sesuatu, hanya saja yang ini ada harganya. Entahlah apa Dilon akan membelikan atau tidak.
"Aku mau Apple AirPods, soalnya yang aku punya sudah dari lama dan pengen yang baru," ucap Olivia sambil tersenyum-senyum.
Dilon mengusap puncak kepala pacarnya itu, "Terus apalagi?"
"Hah? Enggak, cuman itu aja sih. Ya kalau kamu mau beliin, tapi enggak juga gak masalah, aku bisa beli sen--"
"Ck pasti gue beliin kok, hei Nona pacar lo orang kaya. Lo mau beli HP nya juga bisa," sela Dilon merasa kesal di ragukan.
"Hahaha gak usah deh makasih, masih bagus kalau ponselnya," tolak Olivia sambil terkekeh kecil.
Cukup lama juga ternyata mereka mengobrol, Dilon yang terus membujuk pacarnya itu agar tidak marah lagi. Dan ternyata bujukannya itu lumayan berhasil, walau dengan imbalan sesuatu.
Olivia lalu masuk ke dalam mobil benar-benar pergi. Ia tidak tahu apakah Dilon itu serius akan membelikannya airpods keinginannya itu atau tidak, tapi Olivia tentu sangat berharap. Kalau dibelikan kan lumayan tabungannya tidak akan terkuras, harga airpods juga kan lumayan.
"Kita langsung ke alamat tujuan Kak?" tanya si supir itu.
"Iya Pak," angguk Olivia di belakang.