6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 13 - Istri Sah
Sejak dulu bagi Adrian, Ansara memiliki tepat tersendiri di dalam hatinya ... Lebih dari sekedar teman.
Sampai saat kembali ke Indonesia yang pertama kali Adrian ingat adalah Ansara. Tapi saat pertama kali kembali, Adrian masih dihadapkan dengan tanggungjawabnya yang baru menggantikan posisi sang ayah sebagai CEO.
Kesibukan seperti rantai yang menjerat kedua kaki, hingga butuh waktu 1 tahun untuk Adrian bisa bertemu dengan Ansara melalui reuni yang diadakan.
Di cafe itulah Adrian akhirnya melihat Ansara, namun gadis yang dulu selalu menatapnya dengan ceria malam itu terus menunduk seperti tak ingin menatap.
Adrian yang tidak tahu bagaimana cara memulai komunikasi akhirnya memberikan tawaran pekerjaan, sampai kini mereka berada di meja makan yang sama untuk menikmati sarapan.
Tapi celetukan Naura dan jawaban Ansara membuat Adrian merasa kesal. Cepat sekali bagi Ansara untuk menolak permintaan sang adik.
Entah tak suka karena jawaban Ansara membuat Naura sedih, atau berpikir mungkinkah perasaan Ansara padanya telah habis?
Karena dulu saat SMA, Ansara terang-terangan sekali menunjukkan perasaan suka padanya.
Sekarang pernikahan ataupun hubungan asmara memang bukan prioritas Adrian, masih ingin menunjukkan pada sang ayah bahwa dia mampu memimpin perusahaan dengan baik.
Tapi penolakan Ansara benar-benar membuatnya merasa tak nyaman. Hatinya terasa seperti tercubit.
Selesai sarapan meraka semua pergi ke perusahaan. Naura ikut sang kakak sampai jam istirahat siang nanti, sebab saat siang Juan akan kembali mengantarnya pulang.
Ibu Aruni sudah memberi pesan bahwa Naura harus pulang di jam itu, tidak boleh terlalu sering mengganggu sang kakak.
Masuk ke perusahaan Naura menolak saat hendak digendong oleh Adrian, Naura pilih berjalan dengan menggandeng sang cekletalic kakaknya.
Tapi langkah kaki Ansara dan Naura lelet sekali, berulang kali Adrian sampai berhenti demi menunggu kedua wanita itu.
"Kenapa langkah kalian lambat sekali?" tanya Adrian.
"Kaki Naula dan kaki Tante Angca kan pendek Pa," jawab Naura.
"Tuan duluan saja, nanti kami juga tiba di atas," jawab Ansara sedikit terdengar acuh. Dia bukan marah pada Naura, tapi pada Adrian yang menempatkannya pada posisi ini.
Ansara sangat bingung, pertama Adrian yang seolah selalu memberinya perhatian, lalu Naura yang dengan santainya meminta dia jadi mama.
Seolah ayah dan anak ini kompakan ingin membuatnya jadi pelakor.
"Baiklah, tapi langsung menuju ke ruanganku, jangan kemana-mana," titah Adrian.
"Ih Papa, kok tumben cih malah-malah," balas Naura.
"Bukan marah Naura, tapi papa masih banyak pekerjaan."
"Ya udah cana duluan, Naula main cama Tante Angca."
"Kamu mau menjaga Naura?" tanya Adrian, pandangannya berpindah pada Ansara.
Pertanyaan yang bagi Ansara begitu penuh dengan perhatian, padahal Adrian bisa saja langsung memerintahkannya untuk menjaga Naura, tak perlu bertanya dulu.
Tapi apa ini? kenapa Adrian seolah begitu peduli dengan pendapatnya, dengan perasaannya.
"Jika tidak bisa aku akan meminta Juan untuk menemani Naura," timpal Adrian.
"Naula bocen cama om Juan telus, Naula maunya cama Tante Angca atau papa."
"Saya tidak keberatan Tuan, saya akan menjaga Naura," balas Ansara dengan cepat.
"Tuh kan, Tante Angca mau."
"Jika lelah langsung bawa ke kantor, ya?" balas Adrian, tatapannya masih tertuju pada Ansara.
Entahlah di telinga Ansara semua kata-kata yang keluar dari mulut pria itu selalu terdengar spesial.
'Ya Tuhan,' lirih Ansara.
"Baik, Tuan," jawab Ansara, dia yang lebih dulu memutus tatapan mereka.
Adrian segera pergi meninggalkan kedua gadis tersebut. Ansara dan Naura pilih untuk duduk di tempat tunggu yang ada di lobby.
"Tante, Papa Naula ganteng kan?" tanya Naura, dia menyerahkan boneka Barbie yang dibawanya pada sang Tante.
Naura ingin memainkan boneka ini berdua dengan Tante Angcala.
"Iya Naura, ganteng," jawab Ansara sekenanya.
"Lalu kenapa Tante tidak mau jadi Mama Balu Naula?"
"Naura, tidak boleh bicara seperti itu ya ... Ibu Naura pasti sangat sedih jika mendengarnya."
"Kenapa ibu cedih?"
Ansara menghela nafas, tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. "Kita main boneka ini saja ya?" tawar Ansara mengalihkan pembicaraan.
"Oke," jawab Naura antusias.
Mereka terus bermain bersama sampai Juan datang menjemput, Juan mendapatkan perintah untuk menggantikan Ansara sebab ada beberapa hal yang ingin Adrian bicarakan dengan sekretaris pribadinya.
Sekitar jam 10 Ansara mendatangi ruangan sang CEO.
"Apa Naura merepotkan mu?" tanya Adrian setelah Ansara berdiri tepat di hadapannya.
"Tidak, Tuan."
"Benarkah?"
"Iya."
"Duduklah."
Ansara menurut dan akhirnya mereka berdua benar-benar membicarakan tentang pekerjaan. Ansara menjelaskan beberapa jadwal dan keuntungan yang akan Adrian peroleh jika menghadiri undangan tersebut.
Ansara bisa memahami ini semua karena dia pun banyak berkomunikasi dengan asisten Juan, Ansara juga mempelajari beberapa dokumen perusahaan dengan baik.
Jika sedang mode kerja Ansara jadi berubah sangat serius, pemikiran Adrian juga semakin terbuka saat bicara dengan Ansara. Seolah Adrian jadi memiliki sudut pandang baru.
Tapi di akhir-akhir pembicaraan mereka Adrian jadi tidak fokus, bukannya mendengarkan secara rinci penjelasan Ansara, Adrian justru lebih banyak menatap bibir Ansara yang terus bicara.
"Saya akan menyampaikan perubahan ini pada sekretaris Jessi juga, perbaikannya akan langsung saya serahkan pada asisten Juan. Jika asisten Juan sudah fix baru anda lihat bla bla bla bla bla ..."
Ansara terus menurunkan pandangan saat menjelaskan, entah hanya perasaannya saja atau bagaimana tapi bagi Ansara, Adrian terus menatapnya lekat.
Membuatnya gugup.
"Apa ada yang ingin Anda tambahkan, Tuan?" tanya Ansara, mengakhiri semua penjelasan.
"Tidak, semuanya sudah pas."
"Kalau begitu saya permisi keluar sekarang."
"Hem, jam istirahat nanti kita keluar. Setelah makan kita antar Naura pulang."
"Haruskah saya ikut Tuan?" tanya Ansara, yang tadi berdebar kini jadi mendadak takut. Tak kuasa untuk bertemu dengan istri sah.