NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:387.8k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belang Budi

Makin hari hubungan Nina dan Budi makin dekat. Nina merasakan kenyamanan berada di dekat Budi.

Namun, dia masih ragu untuk melangkah menuju ke jenjang yang lebih serius. Dulu dia pernah berjanji pada dirinya sendiri tak akan menikah lagi.

Dia hanya ingin bersama suaminya yaitu ayahnya Rima baik di dunia dan di akhirat kelak.

Nina merutuki dirinya sendiri yang kini tanpa sadar bahkan mendambakan kehidupan rumah tangga baru.

"Kenapa melamun Bu?" tegur Lastri pada bosnya.

"Ishh, kamu ngagetin aja Las! Udah sepi ya Las?" tanya Nina sambil melihat pengunjung tokonya.

"Kalau udah jam segini kan emang agak senggang Bu, yang lain malah udah bebenah," jelas Lastri.

Nina kembali merenung, selama ini dia tak pernah memiliki teman dekat untuk berbagi cerita.

Kepada Bu Wingsih juga sekedarnya saja. Nina lebih senang memendam perasaannya sendiri.

"Bu emang copet kemarin ibu kenal?" tanya Lastri membuyarkan lamunan Nina.

Nina mendengus, dia tau jika Dita kini mendekam di penjara dan dia tak mau tau kabar adik tirinya itu.

"Dia itu adik tiriku, udah ah jangan bahas dia, ngga penting juga!" Nina memilih mengalihkan pembicaraan mengenai Dita.

"Ibu makin hari makin dekat sama Mas Budi. Cie ... Cie di tunggu undangannya Bu," goda Lastri yang membuat pipi Nina merona.

"Apaan sih Las, kami baru aja kenal, masa iya langsung pengen serius," elaknya.

Sorenya Nina pulang dengan perasaan senang, sebab malam nanti Budi berencana mengajaknya serta anak dan bapaknya untuk makan malam di luar.

"Loh makanan abis Rim?" tanya Nina saat melihat meja makannya tampak kosong.

Nina sebenarnya tak mempermasalahkan jika makanan di rumah mereka habis. Namun dia merasa aneh saja, sebab di rumah hanya ada anak dan bapaknya saja.

"Kamu ini Nin, kalau makanan habis ya ngga usah di tanyain lagi," sela Dibyo yang mendekati dapur.

Padahal Nina hanya bertanya, tapi sepertinya sang bapak yang justru tersinggung.

Nina lalu menatap Rima yang memilih menunduk. "Ya udah kamu mandi dah sore. Oh iya Rim, om Budi mau ajak kita makan di luar, mau kan?"

Nina selalu berusaha menjadi orang tua yang terbuka untuk anaknya. Terlebih lagi psycholog Rima juga mengatakan supaya Nina selalu menanyakan pendapat Rima tentang apa pun.

"Mau ke mana emang Bu?" tanya Rima. Dia sebenarnya agak malas keluar malam ini, sebagai siswa akhir, banyak sekali tugas yang harus di kerjakannya.

"Kenapa? Kok ngga semangat gitu?" Nina memperhatikan raut wajah putrinya yang tak semangat.

"Rima banyak tugas Bu ..." lirihnya.

Nina tersenyum, dia hampir takut karena penolakan Rima karena enggan pergi bersama Budi, tapi ternyata itu karena tugasnya yang menumpuk.

"Ya udah perginya kan malam nanti, kamu belajar aja dulu. Ibu buatkan camilan, mau?" tawar Nina.

Rima mengangguk "buatkan roti Maryam Bu, terus terang Rima masih lapar, soalnya tadi cuma makan mie goreng aja," jelasnya kelepasan.

Mendengar putrinya justru makan mie, membuat Nina bingung, pasalnya dia sudah memasak banyak lauk sebelum ke toko.

"Loh, kan ibu udah masak banyak tadi? Emang kamu ngga makan?"

Rima menggeleng, Dibyo ketakutan karena Rima justru mengatakan yang sebenarnya pada Nina.

"Terus makanan ke mana?" herannya.

Nina lalu menatap bapaknya yang tadi membuang muka. Dibyo hendak kabur dari cecaran putrinya, tapi tak jadi karena Nina menghentikan aksinya.

"Pak ..." panggil Nina.

"Udahlah Nin, toh kita ngga kekurangan makanan. Bapak tadi kasih tetangga, abis kamu masak banyak banget, bapak pikir Rima pulang sore kaya biasanya" elak Dibyo.

Nina menghela napas, "kan Nina udah kasih tau bapak, hari ini Rima pulang seperti biasa karena ngga ada pelajaran tambahan. Ya udahlah, kenapa bapak ngga bilang dari tadi kalau kasih tetangga."

.

.

Malamnya, seperti janji Budi, lelaki itu mengajak Nina dan keluarganya untuk makan di luar.

Dibyo senang dengan perhatian Budi, yang dia yakin lelaki ini mempunyai maksud pada putrinya.

Emm ... Apa sebaiknya aku memanfaatkan dia. Aku yakin dia akan mendekatiku agar memuluskan niatnya.

"Pak kok ngelamun, ayo!" tegur Nina heran saat melihat bapaknya senyam-senyum sendiri.

"Mau makan ke mana Rima?" tawar Budi saat mereka semua sudah di dalam mobil.

Nina duduk di depan bersama Budi, sedangkan Rima di belakang bersama Dibyo.

"Bu, aku ingin makan steik yang waktu itu, boleh?" pinta Rima penuh harap.

Belum sempat Nina menjawab, Budi sudah menyelanya.

"Eh, dari pada steik mending makan seafood, om janji deh makanan di sana enak-enak loh."

Di lihat raut wajah putrinya itu menunduk lesu, padahal waktu mengajak tadi Budi janji akan membawa ke mana pun Rima mau.

Namun ternyata saat tau restoran yang di inginkan putrinya itu lumayan mahal, Budi seolah menghindar.

"Ya udah, sekarang kita makan seafood dulu ya sayang. Nanti ibu ajak kamu makan steik, ok?" ujar Nina memberi pengertian pada putrinya.

Rima hanya mengangguk malas, dia lalu menatap ke arah jendela mobil

Lagi-lagi Nina terkejut karena ternyata Budi mengajaknya makan di pinggir jalan, dia pikir lelaki manis itu akan mengajaknya makan di restoran.

Terlebih lagi tempat itu lumayan kumuh meski ramai pengunjung.

Nina menghela napas, kalau tau begini dia tak akan berdandan dengan heboh.

"Kenapa? Kok kaya ngga senang? Jangan khawatir, makanan di sini enak-enak kok, ngga usah di perhatiin tempatnya ya."

"Bu ..." keluh Rima lirih. Dia tau sang putri kecewa dengan pilihan tempat makan yang Budi tawarkan.

Bukan Nina dan Rima alergi makan di pinggir jalan, bukan, tapi setidaknya dia berharap Budi akan mengajak mereka ke tempat makan yang bersih.

"Ayo duduk! Malah diam aja, nih om udah dapat tempatnya. Kalau enggak buru-buru nanti di rebut orang," sergah Budi.

Terpaksa Nina tetap meminta Rima untuk duduk demi menghormati Budi.

Nina lalu mendorong kursi ayahnya. Nina juga bingung bagaimana mengangkat tubuh ayahnya sebab makan di sana lesehan.

Budi seperti tak peduli dengan tetap bermain ponsel. Padahal Budi sangat tau kondisi Dibyo.

Merasa kelakuan Budi sudah sangat keterlaluan, Nina lantas berbicara dengan tegas.

"Maaf mas, sebaiknya kita pulang saja, lagi pula Rima ingin makan di restoran steik," ucapnya datar.

Budi lantas menengadah, dia mendekati Nina dan menatap sekeliling. Dia merasa sangat malu.

"Aduh Nin, maaf kalau makan di restoran steik mas Budi ngga mampu, kemarin baru belanja keperluan toko soalnya," jelasnya lemah.

Budi merasa malu, dia pikir Nina yang berasal dari perkampungan berbeda dengannya yang tinggal di kota terbiasa makan-makanan di tempat seperti ini, ternyata dugaannya salah, justru mereka tau restoran daging enak di kotanya.

Huh, orang kampung aja sok-sokan makan di restoran.

Nina menghela napas, "harusnya mas bilang, ya udah aku aja yang traktir gimana?" tawarnya.

Mata Budi seketika membulat. Namun setelah itu dia berusaha menangkan hatinya yang bersorak riang.

Kenapa ngga dari tadi, pikirnya menggerutu.

"Tapi Nin, mas enggak enak, masa mas yang ajak tapi kamu yang bayarin?" jawab Budi sedih.

"Sudahlah mas ngga papa, sekali-kali aku bayarin mas, lagian Rima belum makan, dia maunya steik, yuk!" ajaknya.

Dengan perasaan riang Budi mengambil alih kursi roda Dibyo dan mendorongnya.

Di pikiran Rima, dia yakin Budi bukan laki-laki yang baik. Gadis itu yakin ada yang Budi sembunyikan, sedangkan Dibyo sendiri berpikir bagaimana caranya memanfaatkan Budi, karena justru Budi yang tak malu di traktir makan putrinya.

.

.

.

Tbc

1
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
Muji Lestari Tari
Yanto gila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!