Memilik cinta yang begitu besar tak menjamin akan bertakdir. Itulah yang terjadi pada Rayyan Rajendra. Mencintai Alanna Aizza dengan begitu dalam, tapi kenyataan pahit yang harus dia telan. Di mana bukan nama Alanna yang dia sebut di dalam ijab kabul, melainkan adiknya, Anthea Amabel menggantikan kakaknya yang pergi di malam sebelum akad nikah.
Rayyan ingin menolak dan membatalkan pernikahan itu, tapi sang baba menginginkan pernikahan itu tetap dilangsungkan karena dia ingin melihat sang cucu menikah sebelum dia menutup mata.
Akankah Rayyan menerima takdir Tuhan ini? Atau dia akan terus menyalahkan takdir karena sudah tidak adil?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Hati Yang Panas
Anthea meraih lengan Rayyan ketika lelaki itu lebih dulu masuk ke rumah. Langkah Rayyan pun terhenti. Menoleh ke arah Anthea yang berada di belakang.
"Kalau kamu marah, ungkapin. Jangan lukai diri kamu seperti kemarin lagi."
Nyes!
Hati Rayyan seketika tersentuh mendengar ucapan Anthea. Terlihat raut penuh rasa bersalah di wajah istrinya.
Sedikit banyak Anthea tahu kebiasaan buruk Rayyan dari sang ibu mertua. Mami Sasa selalu memberitahukan sikap serta kebiasaan buruk sang putra. Wanita yang sudah tak muda itu malah tak pernah menyanjung Rayyan. Biarlah kebaikan Rayyan diketahui sendiri oleh Anthea. Untuk sikap buruknya lebih baik diberitahu dari awal supaya tidak kaget ketika Anthea melihat dengan mata kepalanya.
"Maaf, aku--"
"Istirahatlah! Lu pasti capek banget kan."
"Ray--"
Kini, gantian Rayyan yang menggenggam lengan Anthea. Membawanya menuju kamar yang ditempati sang istri.
"Jangan lupa diminum obatnya."
Anthea hanya menatap wajah Rayyan tanpa ada jawaban.
"Apa mau dibuatin makanan?" Anthea pun menggeleng.
"Good night."
Kalimat akhir sebelum Rayyan meninggalkan Anthea di kamarnya. Lalu, masuk ke dalam kamar yang berada di samping kamar Anthea. Mendudukkan tubuhnya dengan begitu kasar ke atas sofa panjang. Lagi dan lagi hembusan napas kasar keluar.
"Kenapa harus lu, Varo?"
Jika, Rayyan memiliki sifat seperti Erzan sudah pasti Alvaro akan dia hantam habis-habisan. Namun, Rayyan tak sekejam itu.
Rayyan tidak bisa tidur. Memikirkan cara untuk memberitahukan kenyataan bahwasannya perempuan yang digeber Alvaro adalah istrinya.
Jam dua malam Rayyan keluar dari kamar. Dia menuju dapur untuk mencari minuman yang selalu dia konsumsi ketika sedang pusing seperti ini. Akan tetapi, minuman penghilang pusing itu tidak ada di lemari pendingin.
"Kok gak ada? Bukannya stok minuman itu masih banyak, ya?" Rayyan bingung sendiri.
Terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. Rayyan segera menoleh dan ternyata Anthea yang membawa gelas panjang.
"Kamu belum tidur?" tanya Anthea dengan mata yang merah khas bangun tidur.
"Minuman gua di mana?"
Anthea yang sedang mengisi air di gelasnya menjawab, "minuman apa?"
"Minuman kaleng yang ada gambar bintangnya."
"Aku buang," jawab Anthea begitu santai.
Mata Rayyan melebar mendengar jawaban Anthea. Dia menghampiri Anthea dan hendak marah. Namun, melihat wajah Anthea membuat niat itu pergi.
"Anthea, harusnya lu gak ngelanggar poin perjanjian kita," tekannya.
"Melanggar untuk kesehatan serta kebaikan, apa gak boleh?"
Rayyan pun terdiam. Anthea meletakkan gelasnya di atas meja makan. Menatap wajah Rayyan dengan begitu dalam.
"Jangan rusak tubuh kamu, Ray," larang Anthea dengan begitu lembut.
"Sekarang, bukan hanya aku yang harus patuh sama kamu. Kamu juga harus patuh sama aku. Aku inu istri kamu, Paham?"
Rayyan malah tertawa mendengar ucapan Anthea. Matanya begitu dalam menatap manik indah sang istri. Mereka berdua saling pandang untuk waktu yang cukup lama.
Perlahan Rayyan mulai mendekat ke arah Anthea. Jantung Anthea berdegup tak karuhan tatkala jarak mereka sangat dekat. Bahkan, tangan Rayyan mengunci tubuh Anthea di mana kedua tangannya dia letakkan di atas meja.
"Apa boleh gua bertanya sesuatu?" Anthea pun mengangguk.
Kini, mereka berada di ruang tamu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi.
"Apa Alvaro sering ngobrol sama lu?"
"Alvaro?" tanya Anthea sedikit bingung.
"Lelaki yang tadi ngenalin lu ke gua."
"Kak Alva?"
Rayyan tak menjawab. Namun, raut wajahnya mengatakan ketidaksukaannya. Apalagi Anthea memanggil Alvaro dengan embel-embel kakak. Tak mendapat respon dari Rayyan membuat Anthea merubah posisi duduknya. Di mana sekarang dia sudah bersila di atas sofa.
"Mau dengar jawabannya gak?"
Hembusan napas berat terdengar. Rayyan pun melakukan hal yang sama. Kini mereka saling berhadapan.
"Kak Alva emang sering datang ke kafe. Tapi, aku jarang berbincang dengannya."
"Kenapa?" Rayyan mulai penasaran.
"Soft spoken-nya membuat aku gak nyaman."
Dahi Rayyan mengkerut mendengar jawaban Anthea. Hampir seluruh wanita menyukai lelaki yang bertutur kata lembut. Tapi, Anthea?
"Aku sudah kenyang berhadapan dengan manusia berbicara lembut, tapi berhati busuk."
"Tidak semua begitu, Anthea," balas Rayyan.
"Aku tahu. Tapi, aku berhak menghindari kan? Aku gak mau masuk ke dalam jurang yang sama." Rayyan mengangguk mengerti.
Dia menyudahi interogasi karena dengan jawaban itu dia sudah tahu isi hati Anthea sebenarnya seperti apa. Dia juga masih teringat akan curhatan Alvaro di mana perempuan yang dia sukai sulit sekali untuk didekati.
.
Alvaro menghampiri Rayyan ketika sang bos baru saja masuk ruangan. Lelaki itu nampak frustasi sambil mencurahkan hati.
"Kok gua curiga gebetan gua udah punya pacar. Soalnya gak biasanya dia megang hape terus pas lagi kerja."
Senyum teramat tipis terukir di wajah Rayyan. Dalam hati dia mengatai Alvaro bodoh.
"Gua dan dia lagi chatan."
Seketika rasa senangnya pudar tatkala Alvaro mengatakan jika dia ingin mengutarakan isi hatinya kepada Anthea. Tangannya mengepal dengan sangat keras. Dia pun berencana untuk pergi ke tempat romantis di momen pernyataan cintanya.
"Enggak! Enggak boleh terjadi pokoknya. Anthea istri gua."
"Lu kapan kenalin istri lu? Penasaran banget gua."
Alvaro menatap Rayyan. Dia menunggu jawaban dari sang sahabat yang terlihat tengah melamun.
"Belum waktunya."
.
Sudah tiga malam Rayyan mengintai di depan kafe Kenangan mantan. Dia kepikiran akan ucapan Alvaro tentang pernyataan cinta kepada Anthea.
Mobil yang dia kenali mulai memasuki area parkir kafe. Rayyan segera turun, tentunya dengan penampilan serta tertutup. Memakai Hoodie, topi juga masker. Segera turun dari mobil dan masuk ke kafe tersebut.
Hatinya mulai panas ketika dia melihat Alvaro menghampiri Anthea. Apalagi, tangan Alvaro sudah berada di lengan Anthea. Segera Rayyan mengambil ponsel. Menghubungi Anthea. Caranya berhasil membuat Anthea menjauh dari Alvaro
Rayyan benar-benar tak membiarkan Alvaro mendekati Anthea. Namun, Alvaro tak lantas menyerah. Dia terus berusaha. Alhasil, Rayyan melihat dua insan itu pergi bersama.
"SIYALAN!" erangnya.
Mengikuti ke mana mobil Alvaro pergi. Rahangnya mengeras ketika dia tahu tempat apa itu.
"An Jing!!"
-
Anthea sedikit bingung dengan tempat terbuka, tapi dipenuhi bunga yang indah. Alvaro menatap Anthea dengan begitu dalam dengan senyum yang mengembang.
"Bel," panggil Alvaro. Sontak Anthea pun menoleh.
Alvaro dan Anthea kini saling berhadapan. Jantung Alvaro sudah berdegup tak karuhan karena perasaan yang selama setahun ini dia pendam akan dia ungkapkan.
"Aku ajak kamu ke sini karena ada yang mau ungkapin," tuturnya sedikit gugup.
Alvaro membuang napas sebelum melanjutkan ucapannya. Menenangkan hatinya sesaat.
"Sebenarnya--"
Ponsel Anthea bergetar dan nama sang mama mertualah yang ada di sana. Segera dia jawab.
"Iya, Mi--"
Anthea menjauhi Alvaro dah membuat tatapan sedikit kecewa terpancar.
"Tak biasanya kamu sibuk dengan ponselmu, Bel."
Kurang dari lima menit, Anthea kembali menghampiri Alvaro. Dia tak berbasa-basi.
"Maaf ya, Kak. Mami nyuruh aku segera pulang."
Dugaan Alvaro benar. Semuanya gagal.
"Biar aku antar."
"Enggak usah, Kak. Aku udah dijemput."
Alvaro melihat ada sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari mobilnya. Anthea pun pamit dan kembali meminta maaf. Sedangkan di dalam mobil yang menjemput Anthea, seulas senyum penuh kemenangan terukir jelas. Tangannya dengan lincah mengetikkan sesuatu.
"Makasih atas bantuannya, Mami."
...*** BERSAMBUNG ***...
Udah double up, ya. Masih gak mau komen?
mau hidup enak , tapi hasil jerih payah org lain
sehat selalu kak n semangat, aku sellau nggu up nya
biar tau rasa..
ksih plajaran aja ibu yg jahat itu Rayyan....
lanjut trus Thor
semangat