Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.
Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.
Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.
Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.
"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.
Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.
"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"
Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.
"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.
"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Mengurus urusan
Aura melengos setelah memberikan tatapan tajam pada Rayyan yang membuat pria itu kebingungan ditempat.
Sekali lagi Rayyan berpikir apa Aura marah padanya? Bukankah selama ini Aura juga tak mempermasalahkan apapun yang ia lakukan serta pernah mengatakan membebaskannya?
Rayyan membuka coat yang tadi sempat ia kenakan. Ia berjalan pelan menghampiri letak kamar Aura sebab wanita itu sudah masuk kesana lagi tanpa sepatah katapun padanya.
Tok ... tok ... tok ...
"Ra? Aku pergi, ya?"
Seperti yang sudah Rayyan duga, istrinya itu tidak menyahut. Rayyan jadi semakin mengira jika ada yang tidak beres.
"Aura, buka pintunya dulu. Aku mau bicara sama kamu sebelum aku berangkat."
Rayyan terus memanggil Aura dibarengi dengan suara ketukan pintu yang berasal karena perbuatannya.
"Ya udah, kalau kamu gak mau bicara sama aku. Aku pergi ya, kamu jaga diri baik-baik, nanti aku telepon kamu."
Baru saja Rayyan berbalik, pintu kamar Aura terbuka lalu menampilkan wajah wanita itu yang tengah cemberut.
"Ra?" Rayyan tentu saja menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka.
"Bagus kalau emang kamu mau pergi. Aku harap kamu gak usah kembali ke sini lagi. Ngerti!" Aura menekankan kata-katanya, kemudian kembali menutup pintu dengan keras sampai membuat Rayyan sedikit tersentak.
Rayyan menarik nafas dalam. Untungnya stok kesabarannya untuk Aura masih tersisa banyak.
Setelah mengenakan coat-nya kembali, Rayyan benar-benar keluar dari unit apartmen yang selama sebulan ini ia tinggali bersama Aura.
Aura sendiri menahan kesal di kamarnya. Bukan hanya kesal, tapi juga marah dan kecewa.
Hah, kenapa juga ia harus kecewa pada Rayyan?
Apa karena pria itu tidak mengabarinya dari jauh hari soal kepergian hari ini?
Apa Aura berharap Rayyan mengabarinya? Tentu saja tidak, tapi setidaknya pria itu mengatakan kemana tujuannya pada Aura, kan?
Walau bagaimanapun mereka adalah ...
Tidak, tidak, apa Aura sudah mulai gi la? Bagaimana mungkin Aura merasa kecewa? Memang sebaiknya mereka tidak pernah dekat sejak awal.
...***...
Rayyan terpaksa harus kembali ke Indonesia demi mengurusi urusannya. Tepatnya mengurusi Tante Inggrid yang kembali berulah.
Padahal, sebelum Rayyan terbang ke Jerman waktu itu, ia sudah menyelesaikan mengenai Tante Inggrid dan wanita itu sudah membuat kesepakatan untuk tidak serakah. Nyatanya hari ini Rayyan mendapat laporan jika Tante Inggrid melarikan diri dengan membawa sertifikat tanah peternakan yang mereka punya.
Rayyan sudah tau Tante nya tidak bisa dipercaya, itu sebabnya ia sudah bergerak lebih awal sebelum Tante Inggrid melakukan aksinya.
Jadi, kepulangan Rayyan kali ini bukan semata-mata untuk mengurusi Tante Inggrid yang kabur membawa semua sertifikat itu, melainkan untuk memutus hubungan keluarga dengan wanita itu sebab itulah kesepakatan mereka jika Tante Inggrid kembali membuat ulah.
"Jadi, kita tidak perlu melacak keberadaan Bu Inggrid, Pak?" Pak Deri menanyai Rayyan dan pria itu hanya tersenyum samar sambil menatap sang Nenek yang tampak menciut karena bisa-bisanya anak perempuannya itu kabur membawa harta tanpa mengajaknya ikut.
"Tidak usah mencarinya. Biarkan dia pergi sejauh yang dia bisa," ucap Rayyan dingin dan itu jelas-jelas didengar oleh kedua telinga Nenek.
Nenek tersenyum masam, ia tidak pernah tau jika Rayyan memiliki kekayaan lain. Yang Nenek tau--cucu yang tak diinginkannya sejak awal ini--hanyalah kaya karena warisan peninggalan yaitu dari hasil peternakan dan sekarang semua sertifikat itu sudah dibawa kabur oleh Inggrid dan bahkan hewan ternak juga sudah banyak yang dijual serabutan di pasar lokal sebelum Inggrid memutuskan pergi.
"Jadi, nenek mau tetap tinggal disini?" Rayyan memberi opsi pada wanita tua itu. Neneknya masih tampak sehat diusia yang tentunya tidak muda. Tapi keegoisan masih melingkupi orangtua itu.
"Tentu saja, sertifikat tanah beserta rumah ini ada ditangan Inggrid, kan? Dia tidak mungkin mengusirku yang notabene nya adalah ibunya sendiri."
Rayyan tersenyum getir. "Ya, tapi jika sertifikat itu dijual Tante Inggrid pada Bank, maka nenek akan terusir. Mau atau tidak mau," paparnya.
Nenek langsung menciut namun enggan menurunkan harga diri dengan meminta bantuan Rayyan.
"Baiklah, karena nenek tetap kekeuh untuk tetap tinggal disini saya tidak akan memaksa. Saya juga tidak tega mengusir nenek. Semoga nanti Tante Inggrid bisa berbaik hati dan mengajak Nenek untuk ikut bersamanya."
Nenek masih bergeming dalam posisinya. Dia cukup takut dengan ucapan Rayyan tapi dia juga yakin jika Inggrid--anak perempuannya--tak akan menelantarkannya.
"Sesuai kesepakatan, Saya akan memutus hubungan keluarga dengan Tante Inggrid karena dia sudah berulah lagi. Jadi, jika terjadi sesuatu hal dikedepan hari kepadanya, itu tidak ada urusannya lagi dengan Saya," ucap Rayyan tegas.
"Kau berucap seakan kau memiliki segalanya, Rayyan! Ingat semuanya sudah dibawa oleh Inggrid."
Rayyan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu memang benar," ucapnya mengakui. "... jadi, apa keputusan Nenek?" tanyanya kemudian.
Sebenarnya, dalam hati Rayyan berharap sang Nenek mau mengakui kesalahan dan setidaknya memberi ruang dihatinya untuk menganggap Rayyan sebagai cucunya, dengan begitu, mungkin Rayyan masih mau mempertimbangkan kehidupan neneknya di kedepan hari.
Akan tetapi, sepertinya Nenek masih sama seperti dulu, dia juga mengira Rayyan sudah jatuh miskin seiring dengan harta yang telah dilarikan oleh Inggrid, maka Nenek merasa hidup bergantung pada Rayyan pun percuma. Yang dia butuhkan saat ini adalah Inggrid yang kembali datang dan mengajaknya pergi dan hidup bersama-sama seperti biasa.
"Keputusanku tetap menunggu Inggrid kembali sekalipun kau sudah memutuskan ikatan keluarga dengannya. Inggrid tetap putriku!" tegas wanita itu itu.
Rayyan tersenyum getir. Neneknya tak bergeming dengan opsi yang dia berikan. Andai neneknya memilih hidup dengan Rayyan ketimbang Tante Inggrid yang jelas-jelas selalu melakukan kesalahan, nyatanya Neneknya memang tidak mau menerima darah dalam tubuh Rayyan dimana ada campuran gen dari mendiang ibunya yang dibenci oleh Nenek.
"Baiklah, Nek. Saya menghargai keputusan Nenek. Tunggulah sampai Tante Inggrid kembali dan Saya akan segera mengurus surat pemutusan hubungan keluarga dengannya dan tidak boleh ada hubungan apapun lagi dikedepan hari meski Saya kaya atau susah sekalipun, begitu juga sebaliknya."
Nenek tersenyum meremehkan. "Ya, terserahmu saja. Aku yakin Inggrid tidak akan menelantarkan ibunya sendiri."
"Ya, Nenek tunggu saja dikedepan hari, sebab Saya tidak akan menunggunya lagi," Rayyan menghela nafasnya dalam-dalam. Karena mengurusi Tante Inggrid, ia harus meninggalkan hal berharganya di negara lain. Semoga Aura tidak melakukan hal aneh disana, pikirnya.
Dan hari itu, Rayyan meminta Pak Deri mengurus permasalahan keluarganya dengan segera agar hubungan itu benar-benar terputus. Rayyan memang tegas dan terkesan kejam akan hal ini tapi ini berdasarkan kesepakatan yang disepakati pula oleh Tante Inggrid. Awalnya Rayyan hanya berniat membuat Tante Inggrid takut, tetapi nyatanya wanita itu tak berubah jadi Rayyan harus mengambil tindakan yang sebenarnya.
Bukan sekali dua kali Rayyan memberi kesempatan, tapi Tantenya selalu begitu. Bukan Rayyan tak tau jika Inggrid kecanduan menghabiskan uang di meja judi. Jadi, mengenai Neneknya pun Rayyan tak yakin Inggrid akan kembali untuk menjemput Nenek.
"Bagaimana dengan sertifikatnya, Pak?" Pak Deri mengingatkan Rayyan pada sertifikat yang dibawa kabur oleh Tante Inggrid saat mobil mereka sudah keluar dari area peternakan.
"Itu sertifikat palsu, yang asli tidak mungkin saya biarkan tercecer di rumah itu begitu saja."
Pak Deri tersenyum miring dengan kecerdasan anak mantan majikannya yang telah meninggal itu. Rayyan benar-benar cerdik memanipulasi sertifikatnya dan membuat Inggrid kalap untuk kesekian kalinya saat mendapatkan sertifikat yang ternyata palsu itu. Rayyan selalu lebih unggul dua langkah dari perkiraan Inggrid yang bukan apa-apa, bahkan tak mampu mengimbangi cara pikirnya.
"Soal pemutusan hubungan keluarga bagaimana, Pak?"
"Tetap dibuat, karena saya tidak mau berhubungan dengan Tante Inggrid lagi," kata Rayyan tak acuh. Rayyan benar-benar muak dengan tingkah Tantenya.
"Baiklah. Lalu apa yang harus saya lakukan dengan nenek anda?"
"Saya tau dia akan tetap bersikeras untuk tinggal di peternakan itu. Biarkan saja dan pantau kesehatannya."
"Baik, Pak."
Meski neneknya selalu bersikap tak peduli padanya, Rayyan tetap menghormati ibu dari ayahnya tersebut, walaupun sejak Rayyan kecil ia terlalu sering mendengar ucapan kasar dari keluarga Ayahnya tidak terkecuali neneknya lah yang telah menanamkan bibit kebencian pada seluruh keluarga terhadap Rayyan dan ibu kandungnya.
"Mumpung saya sudah telanjur di Indonesia, sekarang saya mau mengurus pekerjaaan saya dulu di Bank J."
"Baik, Pak."
Rayyan memang perlu memantau pekerjaannya dari dekat sesekali, meski biasanya dia bisa diwakilkan oleh bawahannya disana saat dia tak di Indonesia, tapi dia sudah cukup lama tidak terjun langsung. Memantau lewat email terkadang tidak efektif. Begitupun meeting tanpa bertatap langsung.
Rayyan berharap, semoga suatu saat Aura mau ia ajak kembali ke Indonesia dan tinggal disana agar urusan pekerjaannya lebih mudah, sekaligus ia bisa bertanggung jawab dengan baik untuk istri tercintanya.
...Bersambung ......
(Hayooo kita buat Rayyan lama pulangnya gak nih? Biar ada yang nyariin?)
Berikan dukungannya ya, guys... 🤗✅