Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.
Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Perawan?
Arumi dan Reno memaksakan diri untuk pulang karena takut kemalaman walaupun sedang gerimis.
Arumi terkejut saat melihat Reno membawa setangkai daun pisang, "Buat apa itu?"
"Buat jadikan payunglah!" jawabnya dengan santai, "Sini!" Dia menarik lengan Arumi agar mendekatkan jarak mereka dan berjalan bersama dengan beriringan.
"Tadi waktu kita belanja, gue gak sengaja dengar lu berteleponan dengan seseorang membicarakan hotel terus abangnya Pak Gibran, ada apa sih?"
"Mmm..." Reno menggaruk kepalanya sambil berpikir. Reno terpaksa menceritakan semuanya pada Arumi bla bla bla...
"Oh jadi waktu itu Pak Gibran tidak sengaja mergokin Pak Romi sedang berada di hotel?"
"Nah iya, makanya kita mau nyari bukti dia itu selingkuh apa nggak."
"Hmm... sebenarnya Ghea juga sudah curiga tentang itu, tapi masalah sebenarnya bukan itu saja sih, tapi Ghea memang sudah tidak ingin mempertahankan pernikahannya itu."
Reno membulatkan matanya saat mendengar itu, "Wah serius , Mi?"
"Iya, tadi waktu perjalanan pulang dari puncak, Ghea bercerita banyak ke gue. Siapa sih yang mau bertahan, selama tiga tahun gak dianggap sama sekali bahkan Pak Romi belum pernah menyentuh... " Ups! Arumi keceplosan.
Aihhh... kenapa gue harus cerita vulgar begini ke Reno. bisik hati Arumi
"Menyentuh apa maksudnya?" Tanya Reno penasaran, lalu dia membulatkan matanya, "Mereka belum pernah ML maksudnya?!"
Muka Arumi memerah karena menceritakan hal itu ke Reno, mana hujan sepi lagi. Dia mempercepat jalannya.
"E-eh Arumi, tunggu! Kenapa tuh anak!" Reno semakin mempercepat jalannya mengejar Arumi.
Arumi tak sengaja melihat Ghea dan Gibran berjalan dengan terpisah, Ghea berjalan di depan Gibran dengan terhalang jarak 3 meter.
"Ghea!" Dia memanggil nama temannya itu
Ghea langsung menoleh ke belakang, namun matanya malah tertuju ke Gibran yang jaraknya lebih dekat dengannnya. Membuat dia jadi salah tingkah.
Gibran hanya tersenyum saat tau Ghea sedang menatapnya.
"Kalian kenapa sih? Kok kaya' yang lagi marahan gitu?" tanya Reno begitu melihat mereka berjalan dengan menjaga jarak seperti itu.
"Oh kita gak apa-apa kok, " Gibran menarik lengan Ghea dan melingkari pundaknya "Iya kan kakak ipar?" dia menoleh ke Ghea membuat Ghea jadi gugup.
Gibran berbisik pada Ghea, "Bukannya kamu bilang kita harus bersikap biasa-biasa saja dan melupakan ciuman itu!"
Ghea memelototkan matanya saat mendengar bisikan dari Gibran itu, bagaimana kalau Reno dan Arumi mendengarnya?
Ghea melepaskan tangan Gibran yang sedang melingkari pundaknya. "Arumi kita pulang duluan yuk!"
Arumi menuruti saja ajakan sahabatnya itu. Reno dan Gibran mengikutinya dari belakang.
Malam ini adalah malam yang penuh kejutan yang tak terduga bagi Ghea, membuatnya tidak bisa tenang. Bagaimana bisa dia membiarkan Gibran membuat bibirnya tidak perawan lagi.
"Aish... " keluhnya , dia ingin mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia kecolongan seperti itu membiarkan ciuman pertamanya di renggut adik iparnya sendiri.
Sampai dia tidak sadar Arumi dari tadi terus memperhatikannya.
"Kamu kenapa sih Ghe? Dari tadi kelihatan bingung gitu?"
"Oh nggak kok."
"Wah terjadi sesuatu ya antara kamu sama Pak Gibran, ngaku hayoo!" Arumi malah menggodanya.
"E-enggak... " Ghea jadi salah tingkah.
"Dari tadi aku perhatiin dari tadi kamu megang bibir terus. Waaahhh... Jangan-jangan kalian ciuman ya!" Arumi jadi berseru!
"Sstt... Arumi jangan keras-keras dong! Nanti kalau kedengeran Gibran dan Reno gimana?"
"Wah ya ampun jadi benar ya." Arumi semakin berseru!
Wajah Ghea yang putih itu kini berubah menjadi merah, dia bingung apa dia harus jujur apa nggak pada sahabatnya itu.
"Apa jangan-jangan... kalian melakukannya lebih dari itu ya... " Arumi semakin ingin menggoda sahabatnya itu.
Ghea jadi sewot, "Gak mungkin lah!"
"Kenapa harus merasa tidak enak dan merasa bersalah? Siapa yang kamu khianati? Gak ada kan? Toh Pak Romi tidak pernah menganggap kamu ini dan tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai suami. Kamu beli sesuatu juga dari gaji kamu. Kamu gak pernah minta apa-apa sama dia. Pernikahan kamu itu hanya di atas kertas aja, Ghea."
Ghea hanya diam, dia tidak bisa berpikir jernih malam ini.
Sementara itu Gibran dan Reno yang sedang berjalan di belakang Arumi dan Ghea, mereka sengaja berjalan sedikit berjauhan dengan mereka karena ada hal penting yang ingin mereka bicarakan.
Reno memang seorang perokok, sedikit-dikit dia menghisap rokok yang dihimpit oleh kedua jarinya itu lalu mengeluarkan asap di mulutnya.
"Bagaimana? Apa teman lu melihat kak Romi ke hotel itu? " tanya Gibran, tidak sabar karena belum dapat hasil dan bukti yang jelas juga.
"Belum sih, sepertinya kalau memang dia selingkuh, dia gak akan mungkin datang ke hotel itu lagi, bro. Pastinya dia takut ketahuan sama lu lagi."
"Hmm... iya juga." Gibran berpikir sejenak, "No di depan mini market tempat lu kerja di pasang CCTV gak sih?"
"Mmm... ada sih. Cuma udah rusak dua bulan yang lalu,"
"Kita coba cek besok , gak apa-apa rekaman dua bulan yang terakhir juga. Siapa tau kak Romi sering datang kesana dari dulu."
"Wah pasti lama lah ngeceknya. Gue suruh si Erza dan Tian aja, mereka kan sudah di bayar sama lu."
"Hmm ya sudah. "
"Tadi Arumi banyak bercerita ke gue tentang Ghea," Reno mengatakan hal itu dengan ragu-ragu.
"Bercerita tentang apa?" Gibran jadi penasaran.
"Ghea selama menikah sama abang lu itu, abang lu gak pernah mengangap dia sebagai istrinya, bahkan dia gak pernah menyentuh Ghea, Bran."
Gibran terbelalak mendengarnya, entah merasa senang atau sedih, tidak munafik dia senang karena dia baru tau ternyata Ghea belum dijamah sama sekali oleh kakaknya itu, tapi ada rasa kesal juga dihatinya karena Romi tidak memperlakukan Ghea dengan baik.
"Padahal Ghea sudah berusaha jadi istri yang baik buat abang lu, tapi nyatanya selama tiga tahun ini terasa sangat sia-sia buat Ghea." Reno yang bukan siapa-siapa Ghea aja sangat gedeg dengan kelakuan Romi itu.
Gibran mengepalkan tangannya, menahan emosi. Seandainya dia ada di dekat Romi dia pasti sudah menghajarnya.
"Ghea ingin sekali cerai dengan abang lu itu, tapi abang lu gak mau melepaskannya."
Gibran menatap punggung Ghea yang sedang berjalan di depannya bersama Arumi.
Jadi selama ini kamu menderita, Ghea? Seandainya dulu aku datang mungkin ceritanya akan berbeda, karena aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik. Aku pasti akan membuatmu bahagia. Maafkan aku, ini semua gara-gara aku. Aku berjanji akan membuatmu lepas dari kak Romi dan aku akan memperjuangkan kamu walau aku tau kamu pasti akan menolakku berkali-kali, aku tidak peduli.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...