Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Siuman
Menjelang sore, Marsya sedang main bersama Arsy dan Ratu di ruangan tengah. Seperti biasa, King hanya memperhatikan ketiganya dari pantai dua. Tawa Arsy dan Ratu pecah kala melihat tingkah Marsya yang memperagakan tokoh dalam buku cerita yang dibacanya.
"Bu dokter lucu sekali," ucap Arsy dengan tawanya.
"Bu dokter, mau tidak ajak aku jalan-jalan? sudah lama banget aku tidak jalan-jalan keluar," pinta Ratu.
"Arsy juga mau Kak, Arsy ingin melihat dunia luar. Arsy ingin ke Mall, sepertinya asyik," timpal Arsy.
Marsya menghentikan kegiatannya dan berjongkok di hadapan Arsy dan Ratu, lalu dia memegang kedua pundak anak malang itu. "Serius kalian belum pernah keluar dari rumah ini?" tanya Marsya.
Keduanya menggelengkan kepala secara bersamaan. "Uncle King, tidak membiarkan kita keluar dari rumah ini bahkan dia juga tidak mau kita punya teman," sahut Ratu sedih.
"Iya, padahal Arsy ingin sekolah bareng teman-teman," sambung Arsy.
Marsya pun memeluk kedua anak itu. Marsya merasa iba melihat kedua anak itu karena tidak bisa seperti anak-anak yang lainnya. Padahal mereka punya segalanya, harta yang melimpah dan semua keinginan mereka bisa mereka dapatkan dengan sekejap namun sayang yang keduanya butuhkan adalah kebebasan bukannya harta yang melimpah.
"Sabar ya sayang, mungkin Tuan King tidak mau melihat kalian terluka kalau pergi keluar. Kalian kan anak orang kaya jadi mungkin terlalu bahaya jika kalian main diluar," sahut Marsya menenangkan keduanya.
Arsy dan Ratu melepaskan pelukan mereka. "Bagaimana kalau Bu dokter yang minta izin kepada Uncle untuk membawa kita jalan-jalan keluar sebentar, Ratu yakin Uncle akan mengizinkannya," pinta Ratu.
"Tidak bisa sayang, Bu dokter tidak berani minta izin kepada Tuan King. Lagipula, kalian pasti sudah tahu apa jawaban dari Tuan King," sahut Marsya.
Arsy dan Ratu tampak sedih, mereka berdua menundukkan kepalanya bahkan Marsya melihat jika Arsy sudah meneteskan air matanya. Marsya sangat bingung dengan keadaan ini, di satu sisi dia kasihan melihat kedua anak itu tapi di sisi lain dia sama sekali tidak berani bicara kepada King. Sementara itu, King yang dari tadi melihat interaksi ketiganya memilih pergi dan masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Jangan nangis, baiklah Bu dokter akan mencoba bicara kepada Tuan King. Tapi, jika Tuan King menolak dan tidak mengizinkan maka kalian harus nurut, oke," ucap Marsya.
"Oke, Bu dokter," sahut Arsy dan Ratu bersamaan.
Marsya bangkit dari duduknya, dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Marsya pun naik ke lantai dua dan berniat ingin menemui King. Pada saat Marsya menghampiri pintu kamar King, seorang anak buah King menghadang Marsya.
"Mau ke mana?" tanyanya.
"Maaf, aku mau bertemu dengan Tuan King," sahut Marsya.
"Ada keperluan apa?" tanyanya kembali lagi.
"Aku hanya ingin bertemu langsung dengan Tuan King dan anda tidak perlu tahu itu," sahut Marsya.
Pada saat anak buah King ingin menyeret Marsya, tiba-tiba King keluar dari ruangan kerjanya. "Ada apa ini?" tanya King dengan suara basnya.
"Dokter ini memaksa untuk masuk ke dalam kamar Tuan," sahut si anak buah.
"Mau apa kamu?" tanya King dengan menatap tajam ke arah Marsya.
"Ada yang perlu aku bicarakan dengan Tuan, bisakah kita bicara sebentar," ucap Marsya.
"Masalah Tessa?" tanya King.
"Bukan, ini masalah anak-anak," sahut Marsya.
"Masuk!" perintah King.
Marsya menghempaskan tangannya yang dari tadi di cengkram oleh anak buah King. "Lain kali jangan coba-coba menyentuhku," ucap Marsya dengan tatapan tajamnya.
Marsya pun berlari segera masuk ke dalam ruangan kerja King. Andrew segera menutup pintu ruangan kerja dan dia membiarkan King untuk berbicara dengan Marsya berdua saja. Marsya berdiri di hadapan King, dia memberanikan diri untuk menatap King.
"Apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya King dingin.
"Ini masalah anak-anak, Tuan. Tadi mereka bilang kalau mereka ingin sekolah umum seperti anak-anak yang lain, karena mereka merasa kesepian dan ingin bermain bersama anak-anak yang sebaya dengan Arsy dan Ratu," jelas Marsya.
"Arsy dan Ratu bukan anak-anak sembarangan, aku tidak mengizinkan mereka untuk keluar dari rumah ini dan mereka tidak butuh teman," tegas King.
"Menurut Tuan, mereka tidak butuh teman tapi pada kenyataannya mereka ingin bermain bersama teman-teman yang lainnya bahkan mereka juga ingin bisa keluar jalan-jalan dari rumah ini, kasihan seharusnya anak-anak seusia mereka itu dibiarkan menikmati masa bermain dan bersenang-senang bukannya di kekang seperti itu," ucap Marsya dengan memberanikan diri.
Bruakkkk....
King memukul meja membuat Marsya memejamkan matanya saking kagetnya. "Kamu berani mengaturku?" bentak King.
"Bukannya mengatur, tapi Tuan sebagai orang tua jangan egois hanya mementingkan diri sendiri. Kasihan mental mereka, Tuan mau mereka mengalami trauma dan anti sosial nantinya?" ucap Marsya mantap.
King mencengkram wajah Marsya namun entah kenapa Marsya tidak merasa takut sama sekali. "Tahu apa kamu dengan mereka? kamu baru beberapa hari di sini dan aku tahu apa yang terbaik untuk mereka," geram King.
"Kalau begitu biarkan aku pergi dari sini," ucap Marsya.
"Kamu-----"
Ucapan King terhenti kala mendengar pintu ruangannya di ketuk. "Tuan, Nyonya Tessa sudah siuman!" teriak Andrew.
King membelalakkan matanya, dia melepaskan Marsya dan segera berlari keluar. Sedangkan Marsya masih terdiam menetralkan jantungnya yang seakan mau loncat dari tempatnya. Marsya tidak memperdulikan lagi akan nyawanya, padahal jika dia berani melawan kepada King bisa saja dia langsung mati saat itu juga.
"Sayang, ini aku," ucap King dengan menggenggam tangan Tessa.
Perlahan Tessa mulai membuka matanya dan melirik ke arah King. Marsya pun baru saja masuk ke dalam kamar Tessa, dengan wajah yang masih terlihat pucat. Marsya memperhatikan interaksi antara King dan Tessa, terlihat sekali King begitu mencintai Tessa.
"Cepat kamu periksa Tessa, kenapa kamu malah diam saja!" bentak King.
"Ba--baik, Tuan."
Marsya bergegas mengambil alat-alat medisnya dan memeriksa keadaan Tessa. "Semuanya baik-baik saja, Tuan. Detak jantung dan denyut nadinya pun sudah kembali normal," ucap Marsya.
"Aku sangat merindukanmu, Tessa. Terima kasih kamu sudah bertahan dan kembali," ucap King.
"Ternyata Tuan King akan luluh hanya kepada Nyonya Tessa. Memang benar yang dikatakan orang-orang, pria itu akan lembut kepada wanita yang dia cintai saja," batin Marsya.
Ada perasaan lega di hati Marsya, melihat Tessa siuman karena itu artinya dia akan cepat keluar dari rumah yang bagaikan penjara itu. "Baguslah, aku akan segera keluar dari rumah ini," batin Marsya.