Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Emang Mas Mu Mau?
Kembali ke Villa, Sita dan Kai sudah melihat Bi surti dan Susi berada di ruang keluarga. Ruang keluarga di villa tersebut di design semi outdoor. Karena di sebelahnya terdapat kolam ikan dan taman kecil. Sungguh menyenangkan bila bisa terus berada di sini, pikir semua orang yang berada di situ.
Mereka pun berkumpul dan bercengkrama. Kai izin ke kamar terlebih dahulu karena ingin mengerjakan tugas sekolah. Sebenarnya itu hanyalah sebuah alasan karena Kai ingin mengerjakan pesanan dari Star Building dengan segera. Sita yang mengira Kai akan mengerjakan tugas sekolah pun hanya mengangguk.
It's time to work, gumam Kai.
Di ruang keluarga Sita, Bi Surti ,dan Susi sedang menikmati wedang uwuh yang diberikan Hardi dan Ayu tadi.
"Enak ya bu. Seger gitu." Ucap Sita.
"Iya neng, rempahnya berasa. Bibi baru tahu ada minuman seperti ini."
Sita mengangguk setuju begitu juga dengan Susi.
"Mbak Sus, bagaimana kabar ibu dan adik mbak susi."
"Alhamdulillah bu, ibu dan adik saya baik. Sebentar lagi adik saya mau sma. Dan ibu saya berjualan kecil-kecilan. Seperti menerima pesanan bikin kue."
"Alhamdulillah, semoga semuanya lancar."
"Mbak susi, apakah mbak susi masih punya keinginan untuk bersekolah lagi?"
"Maksud Bu Sita kuliah. Waduh bu saya tidak berani berpikir ke sana. Biar saja besok adik saya yang kuliah."
" Kenapa memang, mbak susi masih muda. Masih 20 tahun. Mau tidak kalau saya bantu mbak susi kuliah?'
"Tapi bu."
"Kamu masih takut dengan Mauren?. Gini aja kamu kuliah online dulu untuk sementara. Jadi kuliahnya bisa diakses di rumah dan malam hari. Sayang mbak, siapa tahu setelah lulus dapat pekerjaan yang lebih baik lagi. Mbak Susi masih muda. Sayang kalau terus jadi art. Dan nanti kalau mbak Susi sudah lulus saya bantu mencarikan pekerjaan di kantor."
"Iya nak, dicoba saja. Kamu masih muda masih banyak kesempatan."
"Baik bu, saya akan coba dan berusaha belajar sebaik mungkin."
"Bagus… jadi perempuan harus kuat dan mandiri mbak Sus. Agar bisa berdiri sendiri di kaki kita."
Susi mengangguk sedikit paham dengan melihat Sita yang single mom.
🍀🍀🍀
Hardi dan Ayu merasa sepi setelah perginya Kai dna Sita. Sore mereka termenung saja di teras sambil melihat ke ujung pintu gerbang berharap ada seseorang yang datang.
"Yah kok kita nelangsa begini ya." Ucap Ayu.
"Iya bu… haish… andaikan Rama sudah menikah pasti rumah kita alan ramai dengan cucu cucu kita ya." Balas Hardi.
"Haish anak itu. Yah. Minta mereka pulang sekarang ya. Suruh Rama menjemput Dewi terus suruh ke sini." Ide Ayu.
Hardi langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Rama.
"Assalamualaikum yah"
"Waalaikumsalam. Ram jemput adikmu dan langsung ke sini."
"Eh kenapa gitu tiba tiba yah."
"Nggak pa pa ibumu kangen katanya. Pengen ngumpul."
"Baik Yah."
Hardi menutup ponselnya dengan senyum untuk urusan meminta anak-anaknya pulang bukanlah hal yang sulit karena mereka akan langsung menurut.
Dua jam berlalu. Tampak sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Keluarlah seorang gadis dan seorang pria dari mobil tersebut. Gadis itu berlari lalu menghambur ke pelukan Ayu.
"Dewi kangen ibu." Ucap Gadis itu.
"Halah. Kangen opo. Kalau ndak di suruh ibu pulang kamu ndak pulang. Alasannya sibuk sama tugas kuliah." Jawab Ayu. Gadis muda yang bernama Dewi itupun hanya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Betul bu. Tadi aja tadinya ndak mau pulang kalau Rama ndak bilang disuruh sama Ayah." Rama menyalami ibu dan ayahnya.
"Ooo dasar bocah nakal." Ucap Hardi sambil menggetok kepala sang putri.
"Auch ayah sakit…"
Semua tertawa. Hardi dan Ayu sangat senang bila mereka berkumpul seperti sekarang ini. Rasanya hatinya lega dapat melihat anak-anaknya itu meskipun sangat jarang karena mereka sudah memiliki kesibukan masing masing.
"Ehmmm enak bu. Ibu tumben bikin brownis. Enak lagi." Ujar Dewi sesaat setelah memakan sepotong brownies. Ayu dan Hardi saling pandang.
"Beneran enak berarti yah." Ucap Ayu.
"Iya bu." Jawab Hardi.
Rama yang penasaran pun ikut memakan sepotong.
"Ehmmm enak. Ibu tumben bisa bikin seenak ini."
"Hahahah bukan ibu yang bikin. Itu tadi dikasih sama orang yang nyewa villa di depan." Jelas Ayu
"Iya, tuh di dalam masih ada pecel sama Ayam bakar bumbu rujak. Enak juga lho masakan ibu saja kalah." Imbuh Hardi.
Kedua kakak beradik itu pun penasaran seenak apa makanan yang dibilang ayah dan ibu mereka. Mereka Berdua langsung memasuki rumah dna mengambil makanan yang disebutkan.
"Eeh bener mas enak banget."
"Iya sih.. Tapi kok rasanya familiar ya."
Rama merasa pernah makan rasa makanan ini tapi entah dimana ia lupa.
"Gimana enak kan?" Tanya Ayu.
"Iya bu enak. Dewi jadi mau lagi. Minta lagi aja bu." Ujar Dewi.
"Hish sembarangan. Orang cuma dikasih kok." Ayu menoel hidung putri bungsunya.
"Cantik nggak bu yang ngasih makanan. Nikahin aja tuh sama mas. Lumayan kan bisa dimasakin tiap hari hahahahaha."
" Cantik, baik, pintar, mandiri lagi. Tapi emang mas mau mau. Katanya dia sudah punya pilihannya sendiri." Ujar Ayu sambil melirik sang putra.
"Bu… pilihanku juga cantik, baik, pintar, dan mandiri. Ayah sama ibu pasti suka kalau ketemu." Bela Rama. Haish… jangan lagi deh dikenal-kenalin. Mau ngejar Sitanya aja belum jadi-jadi karena urusan tikus yang meresahkan malah mau dikenalin sama orang nyewa villa, batin Rama.
"Sudah sudah ayo masuk udah magrib. Siap siap sholat magrib." Lerai Hardi yang menyaksikan keributan kecil iti. Semua menurut. Mereka menuju ke kamar masing masing membersihkan tubuh. Lalu menuju ke mushola kecil yang ada di bagian samping rumah. Sengaja Hardi membuat mushola itu di luar rumah untuk memfasilitasi para art nya shalat dna jika ada tamu datang tidak bingung jika harus melakukan ibadah sholat.
Di vila sebelah Sita dan orang juga tengah melaksanakan ibadah sholat magrib di kamar masing masing. Kai yang sudah selesai terlebih dulu pergi keruang keluarga membawa Al Quran. Ia ingin mengaji sebentar. Kai mengaji dengan lancar tanpa terbata. Sita yangendengar putranya mengaji begitu kagum dan bangga. Dalam hati ia berdoa agar Kai selalu dapat menjaga imannya dan senantiasa dilindungi oleh Allaah.
"Sudah sayang yang ngaji?"
"Sudah moms."
"Apakah Kai mau tidur."
"No mom, ini masih sore masa mau tidur. Bagaimana kalau kita main ke rumah eyang."
"Eh tapi ini sudah malam sayang. Tidak enak. Besok saja. Sambil membawakan makanan lagi."
"Baiklah mom." Kai tertunduk pasrah. Memang benar kata mommy nya ini sudha malma dan sangat tidak sopan jika datang malam-malam begini. Entah mengapa Kai merasa nyaman bersama eyang Hardi dan eyang Ayu. Mereka sangat baik dan menyenangkan.
Lagi lagi Sita heran, meskipun Kai anak yang ramah tapi dia tidak mudah dekat dengan orang. Dan ini lagi lagi Kai begitu mudah dekat dengan pak Hardi dan bu Ayu. Hal ini mengingatkannya kepada Rama. Kai juga sangat mudah dekat dengan Rama.
Haah… Sita membuang nafasnya kasar. Apa yang tengah terjadi dengan putraku itu, gumamnya lirih.
TBC
selamat membaca, dan jangan lupa tinggalkan jejak ya readers kesayangan...
Terimakasih, Matursuwun.