Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Teman
Jingga duduk sendirian dan tidak ikut bergabung dengan pembahasan mereka, semua tampak sangat menikmati pesta ulang tahun malam itu kecuali Jingga.
Arkana sendiri terlihat bersenang-senang dengan teman-temannya, dia tidak peduli pada Jingga yang sekarang membutuhkan waktu untuk istirahat.
“ Hai, kamu Jingga kan.” Suara itu membuat Jingga menoleh.
“ Iya, benar.” Jawab Jingga lirih dan menatapnya sayu.
“ Mau ngobrol bareng nggak?” Ajak Qania.
“ Boleh.”
“ Tapi bukan disini, gimana kalau kita keluar.?”
Jingga kemudian menganggukan kepalanya dengan pelan, sesaat setelah Qania izin membawa Jingga pada teman-temannya mereka pun meninggalkan tempat itu. Aksi mereka sempat di lihat oleh Arkana, dia bahkan di buat terkejut melihat keduanya berjalan bersama.
**
Jingga dan Qania sekarang sudah berada di atap kafe, disana tidak ada pelanggan lain sehingga mereka bisa mengobrol dengan bebas. Keduanya belum membahas apapun sampai saat ini, Jingga terlihat diam menunduk sedangkan Qania sibuk menatap langit malam yang di penuhi oleh kemintang.
“ Namaku Qania Putri Utami, aku dokter bedah toraks di rumah sakit yang sama dengan Arkana. Kami berdua adalah teman satu kampus, maaf ya waktu itu aku nggak bisa hadir di pernikahan kalian soalnya aku ada kegiatan relawan di Papua.” Jelas Qania.
“ Namaku Jingga, senang berkenalan dengan kamu.” Balas Jingga lirih.
“ Aku dengar dari teman-teman di rumah sakit, setelah Arkana menikah dia terlihat lebih fresh dan memancarkan aura positif yang membuat semua orang semakin senang berada di dekatnya.” Ungkap Jingga.
“ Benarkah?” Ucap Jingga tampak tidak niat.
“ Hmm, dia baik sama kamu kan.?” Tanya Qania menatap Jingga penuh arti.
“ Dia baik kok, mas Arka sangat baik sama aku.” Balas Jingga meskipun beberapa saat yang lalu dia sedikit diam memikirkan kata-kata yang tepat.
“ Syukurlah kalau dia baik sama kamu.” Kata Qania sambil menunduk.
“ Maaf, kalau aku boleh tahu. Tadi aku nggak sengaja dengar dari salah satu teman di meja kita tadi, dia bilang kalau kamu itu mantannya Arka, apa itu benar.?” Tanya Jingga seketika membuat ekspresi terkejut dari Qania terlihat.
Qania kemudian menepuk jidatnya pelan, “ Ya ampun, kamu pasti sudah mendengar omongan random dari mereka.”
“ Aku hanya penasaran, bagaimana hubungan kamu sama mas Arka, itu aja.” Kata Jingga merasa tidak enak.
“ Hmmm, aku sama Arkana nggak pernah pacaran. Mereka mungkin berpikir kalau aku sama Arkana punya hubungan spesial karena sejak SMA kami selalu bersama sampai saat ini. “
“ Jadi kalian berdua bukan mantan kekasih.?”
“ Nggak lah, aku nggak pernah menganggap Arkana lebih dari teman.”
Pernyataan Qania barusan membuat Jingga penasaran, dia melihat tidak ada kebohongan saat Qania menjelaskannya. Dan dari apa yang dia lihat, sepertinya hanya Arkana yang menyukai Qania dan mungkin saja kalau semua ini adalah cinta sepihak Arkana.
“ Menurut kamu mas Arka itu seperti apa.?” Tanya Jingga tiba-tiba.
“ Kok kamu tanya aku? Kamu kan istrinya, seharusnya kamu lebih tahu soal itu.” balas Qania.
“ Aku sama mas Arka belum lama menikah, tapi kami belum begitu dekat dan kamu tahu sendiri kalau mas Arka itu sibuk banget. Jadi aku mau tahu aja persepsi kamu tentang mas Arka itu kaya gimana.?”
“ Menurutku Arkana itu anak yang asik, tapi dia nggak bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Terkadang dia bisa berubah sifat dalam waktu yang singkat, sejauh ini Arkana adalah laki-laki baik yang aku kenal.” Jelas Qania.
Jingga tidak menunjukkan ekspresi apapun saat mendengarnya, mungkin selama ini Qania memang tidak pernah melihat sikap kasar Arkana.
“ Kok wajah kamu kaya gitu? Aku salah ngomong ya?”
“ Nggak kok, aku senang mendengarnya. Ternyata mas Arka emang sebaik itu.”
“ Aku benar-benar senang mendengar Arkana sudah menikah, dan mengetahui kalau kamu yang menjadi istrinya semakin buat aku senang.” Lanjut Qania terlihat begitu puas.
Jingga tidak mengerti kenapa Qania mengatakan hal tersebut, untuk seseorang yang pernah menjalin hubungan dengan suaminya bukankah itu terdengar sangat aneh.
“ Soal tadi sore, aku minta maaf ya. Pasti kamu udah salah paham karena aku jalan bareng suami kamu.” Kata Qania melirik Jingga.
“ Nggak apa-apa kok, aku nggak masalah soal itu.” Balas Jingga.
“ Kita sekarang teman ya, kapan pun kamu butuh teman curhat kamu boleh hubungin aku.” Qania kemudian memberikan nomornya kepada Jingga hingga mereka kini sudah saling berteman.
**
Pesta pun berakhir, semua orang bergegas meninggalkan kafe. Termasuk Jingga dan Arkana yang pamit undur diri di hadapan mereka semua, saat itu Arkana merangkul pundak Jingga di depan semua orang yang membuat mereka yang single merasa cemburu.
“ Lain kali kita piknik bareng ya, ajak istri kamu juga.” Sahut Yohan.
“ Di lihat nanti, soalnya aku kan sibuk di rumah sakit dan Jingga juga sibuk di butiknya.” Kata Arkana membuat Jingga menoleh ke arahnya.
“ Oh iya, aku lupa kalau istri kamu ini seorang desainer. Kapan-kapan aku mau dong pesan baju di kamu.” Sambung Yuli.
Jingga hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, kemudian Arkana menarik lengannya meninggalkan semua orang. Setelah mereka berdua keluar, Arkana pun melepaskan tangan itu dan kembali dingin seperti sebelumnya.
“ Kamu ngomong apa sama Qania di atap.?” Tanya Arkana ketika mereka sudah ada di dalam mobil.
“ Aku Cuma ngobrol sedikit sama dia.” Balas Jingga lirih.
“ Kamu jelek-jelekin aku ke dia kan.?” Tuduh Arkana.
“ Nggak mas, jsutru aku selalu puji kamu di depan dia.”
“ Awas kalau kamu sampai bilang yang nggak-nggak ke dia.”
Arkana kemudian melajukan mobilnya dengan kasar, bahkan Jingga saat itu belum siap namun dia tidak memperdulikannya.
**
Jingga baru saja selesai mandi, dia keluar dari kamar mandinya dengan balutan handuk yang menutupi tubuhnya. Kemudian dia berjalan menuju lemari pakaian, dari beberapa pakaian yang dia miliki hanya ada beberapa saja yang bisa menutupi memar di tubuhnya.
Hari ini Arkana akan mengajaknya ke rumah mama Widya, dan dia di minta untuk menggunakan pakaian yang lebih tertutup dari sebelumnya. Rasanya sangat melelahkan namun Jingga tidak bisa menolak, dia tidak berdaya dalam melawan Arkana.
“ Kamu kenapa sih lama banget.?” Suara Arkana yang masuk tanpa mengetuk pintu membuat Jingga sangat terkejut lantaran dia hanya mengenakan pakaian dalam saat itu.
“ Aku nggak tahu, maaf.” Arkana langsung menoleh dengan cepat, wajahnya memerah menahan malu meskipun Jingga adalah istrinya.
Setelah Arkana keluar dari kamarnya, Jingga terlihat terkejut mendengar kata maaf yang terlontar dari mulutnya. Entah itu atas kesadarannya atau dia tidak sengaja mengatakan maaf, meskipun terdengar simple namun sangat berkesan untuknya.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.