S2 Selir Modern
Nessa yang berniat mencari hiburan, justru bertemu dengan seorang pria.
"Kenapa kau selalu mengikuti ku? Aku sudah menolong mu, pergilah!"
"Nona, izinkan aku untuk mengabdi padamu. Aku bisa bela diri ataupun menjadi pelayan mu nona!"
Bagaimanakah kisah cinta mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat
Tatapan mata itu belum lepas dari sosok cantik itu. Bibirnya bergumam kecil menyebutkan nama yang tidak pernah hilang dari hatinya. Nama dari sosok yang menjadi belahan jiwa nya, nama dari sosok yang menemani hari-hari nya, mengarungi suka duka bersama.
'Apa jantung nya sakit? Dan kenapa dengan jantung ku juga?' Tutur Nessa menatap sosok pria itu.
"Bagaimana keadaan nya dokter?" Tanya Nessa kembali, setelah dokter memeriksa keadaan pria yang tertabrak mobil nya.
"Begini nona, dia mendapatkan luka di bagian bahu nya. Saya sudah memberikan jahitan di sana, dan selebihnya hanya goresan saja. Tidak ada luka yang serius lagi di tubuhnya." Jelas dokter yang membuat Nessa merasa lega.
"Kapan dia bisa pulang dokter?"
"Sebenarnya sudah bisa Nona, tapi untuk memastikan keadaan nya, sepertinya dirawat beberapa hari lagi. Atau jika nona sudah merasa pasien membaik, sudah bisa dibawa pulang." Nessa tampak memikirkan nya, dia tidak ingin mengambil resiko nantinya.
"Ya sudah dokter, sebaiknya tambahkan dua hari lagi." Ucap Nessa yang diangguki oleh dokter.
"Kalau begitu saya permisi nona."
Setelah kepergian dokter, Nessa mendekati ranjang rumah sakit, dimana pria itu disana. "Kau tinggal dimana? Atau ada nomor keluarga mu?" Tanya Nessa, pria itu masih tampak diam. Dan tidak mengalihkan pandangannya dari Nessa.
'Apa dia bisu?'
"Halo! Kau dengar aku!" Ucap Nessa sambil menjentikkan jarinya di depan wajah pria itu.
"Iya, aku dengar."
"Katakan, berapa nomor telepon keluarga mu? Biar aku hubungi."
"Aku tidak punya keluarga." Nessa terdiam dengan pikirannya yang berkelana.
'Astaga.... Ini semakin merepotkan.'
"Kau tinggal dimana?" Tanya Nessa kembali.
"Tidak tau." Nessa membuka rahang nya, wajah itu jadi terkejut dengan ucapan pria itu.
"Tidak tau? Apa kau...." Nessa memindai sosok yang bicara dengan nya saat ini. Jika dilihat, pria ini bukan gelandangan. Terlihat terurus, maniknya yang bewarna hijau begitu menenangkan. Dan jangan lupa postur tubuh yang cukup berotot itu.
Nessa menggelengkan kepalanya, dia mulai berpikir macam-macam sekarang. "Jadi kau tinggal dimana?"
"Aku melarikan diri dari rumah. Tidak, bukan rumah. Mereka ingin menjual ku." Nessa kembali memperhatikan wajah pria itu, terlihat bukan orang China asli. Terutama manik nya.
'Apa dia perdagangan manusia?'
"Nama mu?" Tanya Nessa.
'Apa aku sebut Zhang? Dia tampak tidak mengenal ku....'
"Zhang." Ucapnya.
"Zhang?" Respon Nessa membuat nya tampak berharap lebih, jika istrinya ingat.
"Iya, apa...."
"Baiklah, aku Nessa. Kau akan dirawat beberapa hari lagi disini, dan setelah itu tugas ku selesai, aku tidak lagi bertanggung jawab padamu. OK?" Nessa berlalu meninggalkan Andre, tatapan Andre tak lepas darinya.
"Dia tidak mengingat ku. Persis seperti untaian kata-kata itu." Pikiran Zhang melalang buana, kembali ke zaman kerajaan. Selepas kepergian istrinya, Zhang langsung mengebiri dirinya sendiri. Hal itu menjadi pencipta pemberontakan karena mereka merasa Kaisar melakukan hal yang salah. Terbentuk beberapa kelompok dari tindakan Zhang.
"Kaisar, apa yang anda lakukan?"
"Kaisar, ini hal yang salah."
"Aku tau apa yang aku lakukan! Kalian tidak berhak mencampuri tindakan ku!"
"Yang mulia.... Kami hanya khawatir, tindakan yang Yang mulia lakukan berdampak besar. Jika terjadi sesuatu dengan kedua pangeran, bagaimana dengan penerus tahta....."
"Kau bicara seolah kedua putra ku dalam bahaya! Atau memang ada konspirasi untuk itu?"
"Tidak Yang mulia..." Ucapnya dengan takut.
"Kalau begitu tidak ada lagi pembahasan tentang ini! Jika ada yang memberontak, pedang ku siap menebasnya!" Perperangan tetap terjadi, duka yang masih mendalam dirasakan Zhang, membuat dia tidak pandang bulu di Medan pertempuran. Kekejaman nya langsung menjadi buah bibir dan ketakutan bagi orang-orang.
"Apa ini Zhao?" Tanya Zhang pada putra sulungnya.
"Aku temukan di meja rias ibu. Aku tidak bisa buka, karena itu ku berikan pada ayah." Ucapnya, Zhang menatap peti yang terkunci itu. Dia belum pernah melihatnya, dan lambat saja dia membukanya.
Terlihat sebuah buku dari lembaran-lembaran serat murbei dan kayu itu. Zhang membukanya, terlihat tulisan-tulisan yang ditulis istrinya.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🥰 🥰
bukan maksa tapi mohon /Chuckle/
ayo Zain semangat, mereka bukan keturunan matre tapi berprinsip jadi sentuh hati keluarganya dengan kesungguhan dan keteguhan hati mu
daku padamu Thor /Drool/