Karena takut dipenjara dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kaisar Mahaputra terpaksa menikahi seorang gadis belia yang menjadi buta karena ulahnya.
Sabia Raysha ialah gadis yang percaya pada cerita-cerita Disney dan yakin bila pangeran negeri dongeng akan datang untuk mempersuntingnya, dia sangat bahagia saat mengetahui bila yang menabraknya adalah lelaki tampan dan calon CEO di perusahaan properti Mahaputra Group.
Menikah dengan gadis ababil yang asing sementara ia sudah memiliki kekasih seorang supermodel membuat Kaisar tersiksa. Dia mengacuhkan Sabia dan membuat hidup gadis itu seperti di neraka. Namun siapa sangka, perhatian dari adik iparnya membuat Sabia semakin betah tinggal bersama keluarga Mahaputra.
“Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!” -Kaisar-
“Ternyata kamu bukanlah pangeran negeri dongeng yang selama ini aku impikan, kamu hanyalah penyihir jahat yang tidak bisa menghargai cinta dan ketulusan.” -Sabia-
**********
Hai, Bestie! Jangan lupa klik ❤️ dan like agar author semakin semangat update dan berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Mood
Seharian ini mood Kaisar memburuk, ia bahkan tak bisa mengendalikan amarahnya sendiri. Sejak bangun tadi pagi, perasaannya sudah kacau balau. Menyadari ia terbangun di kamar lamanya membuat Kaisar geram, bagaimana mungkin malah dia yang terusir dari kamar utama?!
"Pak, Mr. Tori menyampaikan permintaan maaf apabila tadi beliau membuat kesalahan saat bernegosiasi tentang desain itu." Diki berdiri di samping Kaisar dengan tatapan waspada.
Kaisar meliriknya sinis, dadanya masih bergemuruh. Bagaimana bisa Mr. Tori menunjukkan desain yang tak sesuai dengan permintaan Kaisar! Bahkan fasad dan model bangunannya jauh dari kesan mewah, terlalu minimalis dan murahan!
"Suruh revisinya selesai sebelum matahari tenggelam. Bila tidak, aku akan mencari arsitek yang lebih berkompeten meski harus menyewanya dari luar planet sekalipun!!"
Diki terhenyak, apakah Bos-nya sedang bercanda? Merevisi desain hanya dalam waktu kurang dari 3 jam? Mr. Tori tidak sedang mendesain candi untuk Roro Jonggrang, bukan? Mengapa harus terburu-buru?
Terlebih honor Mr. Tori tidak main-main, dia adalah arsitek senior di Biro Konsultan elit di Jepang.
"Pak, sepertinya Mr. Tori butuh lebih banyak waktu. Bagaimana kalau kita beri tenggat waktu hingga besok lusa?"
"Jangan membantahku, Bia! Aku tidak suka dibantah!"
Deg. Kaisar menoleh pada Diki yang juga sedang menatapnya kaget.
"B-Bia?"
"Aakhh, bisa gila aku lama-lama! Keluar dari ruanganku, Diki. Aku butuh waktu untuk sendiri." Kaisar membalas tatapan penasaran Diki dengan dingin.
"B-baik!" pungkas Diki sebelum kemudian berbalik dan berjalan keluar dari ruangan Kaisar dengan terbirit-birit. Sedikit banyak ia mulai paham, akar permasalahan dari berubahnya mood profesionalitas seorang Kaisar Mahaputra ternyata adalah perempuan.
Setelah Diki menghilang di balik pintu, Kaisar menghembuskan napasnya berat. Kurang tidur, kurang terlampiaskan dan ditambah perang dingin dengan Sabia membuat Kaisar kehilangan kontrol akan dirinya sendiri.
Masih dengan dada bergemuruh marah, Kaisar meraih ponselnya yang teronggok di meja. Ia menekan angka 1 cukup lama. Panggilan ke nomor Patricia tersambung.
"Halo," sapa suara Patricia di ujung sana.
"Kamu di mana?"
"Masih pemotretan. Ada apa, Beb?"
"Aku butuh kamu. Aku meluncur ke apartemenmu sekarang! Cepat pulang!"
Tit.
Kaisar bangkit dan meraih suit hitam yang tadi ia lemparkan ke sandaran sofa. Ia butuh pelampiasan. Mungkin emosinya bisa sedikit mereda bila menyalurkannya benih haramnya pada Patricia.
..
..
"Apa yang membuatmu sangat bersemangat hari ini, Kai?" Patricia mengusap bulu halus di dada Kaisar sambil bersandar manja di lengan kokohnya.
Kaisar menarik napasnya berat dan dalam. "Entahlah. Seharian ini moodku memburuk di kantor."
Pat mengernyit dan mengangkat kepalanya, menatap manik mata Kaisar yang tajam. "Apa kamu berantem sama adikmu lagi?"
Kaisar menggeleng cepat. "Tidak. Gelora emosiku hari ini lebih parah dari sekedar berselisih dengan Hari," keluhnya.
"Atau mungkin karena gadis itu? Apa dia kembali membuat ulah?"
Sedikit gugup, Kaisar melirik Pat yang memandangnya penuh selidik. "Dia mengetahui hubungan kita, Pat."
Patricia tertegun sejenak, namun kemudian tawanya pecah mendengar perkataan Kaisar.
"Bukankah itu bagus? Jadi dengan begitu dia bisa enyah dari circle kita, Kai."
"Tidak semudah itu. Kami baru bisa bercerai setelah dia dioperasi dan bisa melihat lagi."
"Apa??!" Patricia bangkit dari rebahannya dan menatap Kaisar kaget. Tubuhnya yang mulus tanpa sehelai benangpun membuat hormon testosteron Kaisar kembali bangkit.
"Tenanglah, Pat. Jangan emosi dulu."
"Tidak, Kai. Segera bercerai darinya! Tidak ada yang bisa menjamin kalo kamu akan tetap benci padanya. Selama kalian masih bersama, segala kemungkinan bisa terjadi!"
Kaisar tersenyum kecut. "Tidak mungkin, Pat. Aku masih normal. Melihat Sabia telanjang tidak akan membuatku bernafsu padanya. Dia bahkan seperti adikku sendiri! 19 tahun, Pat."
"Dia tetaplah seorang gadis meskipun masih berusia 19 tahun, Kai. Please, segera ceraikan dia."
Kaisar menghembuskan napasnya berat. Ia mengusap wajahnya penuh rasa frustasi. Belum juga beres urusan dengan Sabia, kini muncul tuntutan baru dari Patricia! Betapa sial hidupnya.
"Baiklah. Aku akan mendesak Dokter Alex untuk segera mencari donor kornea untuknya," lirih Kaisar seraya meraih tangan Patricia dan menariknya untuk duduk di atas tubuhnya. "Jangan membahas gadis itu lagi. Aku ingin menikmati waktu berdua denganmu sampai besok pagi."
Patrcia tersenyum manja, ia membungkukkan tubuhnya untuk mencium Kaisar. Mengulumm bibir dan lidahnya hingga keduanya kembali basah. Menghabiskan malam dengan bercumbu hingga esok pagi.
"Kai, besok aku ada syuting pagi. Stop it," rengek Patricia saat Kaisar kembali memeluk tubuhnya setelah mereka beristirahat untuk beberapa saat.
"Once more, Baby. Please ..."
"Kaiiii, sudah jam 2 dinihari!"
"Sekali lagi, Pat. Aku janji setelah itu aku akan tidur."
Patricia berbalik, ia menatap wajah tampan dan maskulin itu dengan penuh cinta. Dialah yang sudah mengajari Kaisar tentang nikmatnya bercumbuu, jadi dia pun harus bertanggung jawab atas hal itu.
"Baiklah, giliranmu yang sekarang memuaskanku!" pinta Patricia seraya merenggangkan kedua kakinya dengan lebar, membiarkan seringai Kaisar tersungging licik dan menghilang di antara kedua pahanya.
"Uuuh, yes, Baby!"
*********************
Bestie, ayolah dukung author dengan kasi jempol dan like-nya 🥹🥹.
Serius loh, author sedih banyak yang baca tapi likenya segitu doang 🥲
berasa kerja tapi nggak dihargai 😩😩 sakit tapi nggak berdarah 💔❤️🩹
Yuk, belajar menghargai sebuah karya dengan kasi feedback ke penulisnya, agar author tahu kalian menikmati cerita ini juga.
Untuk kalian yang selama ini sudah mendukung author sejak dari Bab pertama, terima kasih banyak ❤️ sayang banget sama kalian semua Bestie-Bestiekuuu ❤️
coba klo ga sakit apa mau di puk puk
cuma taunya marah kan bang koi bang koi pulang" mlh sakit 🤣🤣🤣
Kai ini cari mslh aja ada yg halal
tp cinta mo lawan kah😍