Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Rumit
Di Apartemen, Hellen dan juga Cintia kini tengah menikmati sarapan mereka. Mereka berdua semakin lengket dan sangat sulit untuk dipisahkan. Bahkan saat menikmati sarapan saja keduanya saling menyuapi dan tidak berjarak sama sekali.
“Kemungkinan hari ini aku harus mengecek beberapa pekerjaan di Restoran, sayang!” ucap Hellen sambil menyuapi Cintia.
“Apa Axel begitu menyukai istri mudanya sampai tidak pergi bekerja hari ini?” tanya Cintia yang selalu merasa cemburu setiap Hellen membicarakan suaminya.
“Mungkin dia sedang berusaha untuk mengenal Anya lebih dekat lagi. Setidaknya, selepas Anya datang bulan, janin itu segera ada di dalam perutnya!” balas Hellen.
“Aku mulai terbiasa di butik bersamamu, Cinta! Aku pasti akan begitu merindukanmu selama bekerja hari ini!” balas Cintia dengan sendu.
“Ayolah, sayang! Aku akan tetap datang di jam makan siang dan membawakan makanan untukmu. Setelah itu aku akan mencari gaun yang pas untuk aku kenakan dalam acara nanti malam!” lanjut Hellen.
“Acara nanti malam?” Cintia mengerutkan dahinya untuk mengingat ada acara apa nanti malam!
“Ya Ampun!” Cintia langsung memekik dan menepuk jidatnya. “Aku baru ingat jika nanti malam ada acara puncak festival budaya dan aku benar-benar lupa memberitahukan hal ini kepada suamiku!”
“Haish! Sikap pelupamu memang tidak pernah berkurang! Hubungi saja dia untuk bersiap-siap hadir nanti malam!” balas Hellen.
Cintia langsung memutar bola matanya malas, “Huft! Aku tidak yakin dia bisa pergi atau tidak. Kau tahu kan jika ia lebih mementingkan pasien daripada aku! Bahkan akhir-akhir ini, dia lebih sering menginap di rumah sakit dari pada di rumah!”
“Coba saja dulu, sayang! Siapa tahu nanti dia bisa ikut hadir juga?” balas Hellen. “Aku juga akan mengajak Mas Axel karena kebetulan dia juga ikut andil dalam acara ini!”
“Baiklah! Aku akan mencoba mengajaknya pergi nanti malam. Kalau begitu, aku pulang dulu ya, Cinta! See at lunch time!” Cintia berpamitan sambil mencim kening Hellen.
“See you too!” balas Hellen yang masih meneruskan sarapannya.
Cintia pun bergegas menuju ke parkiran mobil dan masuk ke dalam mobilnya untuk pulang ke rumah. Jika Hellen tinggal di sebuah apartemen yang mewah, Cintia justru tinggal di komplek perumahan yang sebenarnya tidak begitu elit.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, Cintia pun tiba di rumahnya tepat saat suaminya juga baru saja pulang dari dinas malamnya.
“Ada jadwal jaga malam lagi, Mas?” tanya Cintia yang berpapasan dengan suaminya saat keluar dari mobil.
“Iya, kebetulan ada pasien yang baru saja pulih dari koma!” balas Firman, suami Cintia.
‘Aku yakin, pasien yang dimaksud adalah pria tua yang dibiayai oleh Hellen kemarin! Ternyata uang jaminan yang diserahkan Hellen tidak sia-sia!’ gumam Cintia dalam hati.
“Kamu juga baru pulang ya? Tidur dimana semalaman?” tanya Firman dengan nada yang terdengar begitu santai sambil masuk ke dalam rumahnya.
“Di butik!” jawab Cintia berbohong. “Banyak gaun yang harus selesai tepat waktu untuk digunakan dalam acara puncak festival budaya nanti malam!” jelas Cintia.
“Lalu kau akan ikut memeriahkannya?” tanya Firman yang langsung diangguki kepala oleh Cintia.
“Aku berharap kau bisa pergi bersamaku, Mas!” pinta Cintia sedikit menghiba.
“Oke, aku akan menemanimu, nanti malam!” balas Firman tanpa beban sedikit pun.
“Sekarang aku ingin istirahat dulu, Cintia! Oh iya, jangan lupa siapkan aku jas yang baik untuk aku kenakan nanti malam!”
“Tumben banget kamu bisa temenin aku datang ke suatu acara dan gak beralasan pasien lagi?” tanya Cintia.
“Apa sekarang dokter sudah ada hari liburnya?”
Pertanyaan Cintia kali ini membuat Firman menghela nafasnya panjang.
“Hubungan kita memang tidak sedang baik-baik saja akhir-akhir ini, Cintia. Dan aku benar-benar memahami itu. Aku sadar tidak bisa selalu ada di sampingmu, dan menjadi suami yang baik untukmu!”
“Tapi, malam ini, aku sengaja luangkan waktu untuk menemanimu untuk terakhir kalinya, Cintia!”
Cintia langsung mengerutkan dahinya.
“Apa maksudmu, Mas?” tanya Cintia.
“Tidak perlu aku jelaskan secara detail kan? Hubungan kita juga sudah tidak baik-baik saja! Jadi untuk apa dipertahankan dalam waktu yang lama.”
“Jadi, Mas Firman berniat mau menceraikan aku dan menyudahi hubungan kita?” tanya Cintia lagi yang ingin kepastian dari Firman, suaminya selama lima tahun ini.
Selama ini pernikahannya memang hanya sebagai tameng dirinya yang memiliki hubungan khusus dengan Hellencia. Ia menggunakan kedok ini agar teman-teman sekolahnya tidak curiga terhadapnya maupun terhadap Hellen.
“Benar, Cintia!” jawab Firman dengan tegas.
Cintia terdiam cukup lama. Tidak ada guratan kesedihan sedikit pun saat mendengar Firman ingin menceraikannya. Mimiknya sangat datar menerimanya. Bahkan Firman sendiri merasa aneh dengan sikap istrinya kali ini.
‘Aku memang sudah merasa sejak lama jika ia memang tidak memiliki perasaan cinta terhadapku meski hanya sedikit!’ gumam Firman dalam hati.
‘Bahkan tidak ada raut kesedihan yang terpancar sedikit pun darinya saat mendengar aku akan memutuskan hubungan pernikahan dengannya.’
“Baiklah kalau memang seperti itu! Kalau begitu nanti malam adalah untuk terakhir kalinya kita pergi bersama untuk berkencan sebagai suami istri!” ucap Cintia.
“Setidaknya aku ingin untuk yang terakhir kalinya, kita memiliki kenangan yang indah bukan?”
Kali ini Firman tidak paham kemana arah pembicaraan Cintia. “Maksudnya?”
“Aku hanya ingin nanti malam kita berdua memperlihatkan kemesraan kita di depan banyak orang, Mas! For the last time!” jawab Cintia. “Bagaimana?” tanya Cintia kemudian.
“Oke, aku tidak keberatan!” balas Firman dengan mantap.
“Baiklah, kalau begitu selamat istirahat, Mas! Aku akan berangkat ke butik terlebih dahulu!” uacap Cintia berpamitan.
“Oke, hati-hati, Cintia!”
Cintia pun mengangguk dan langsung berbalik meninggalkan Firman.
‘Aku tidak bisa membiarkan Mas Firman menceraikanku begitu saja!’ gumam Cintia dalam hati.
‘Aku akan membuat malam ini setidaknya menjadi sangat berkesan untuknya! Aku hanya berharap bisa mengandung anaknya sampai ia benar-benar tidak bisa menceraikan aku!’
‘Ya, aku harus benar-benar melakukan itu!’
Cintia pun kembali memasuki mobilnya dan merencanakan suatu hal untuk menjerat Firman tetap mempertahankan pernikahan mereka berdua.