Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. Tugas penting
Dian, Sherina, dan Natasha berdiri di pintu belakang Vallkyrie Club menunggu kedatangan Leon dan Billy. Seorang sopir Mansion Wijaya juga berdiri tidak jauh dari mereka bertiga.
Chandra yang dinas ke Australia mengetahui malam ini Dian dan Sherina ke Vallkyrie Club berkumpul dengan teman lainnya sehingga yakin mereka semua pasti minum anggur merah.
Chandra meminta Pak Lesmana mengirim satu orang sopir Mansion Wijaya untuk menunggu di Vallkyrie Club. Sopir itu yang bertugas mengantar mereka pulang.
"Dian!"
Stefan sudah berdiri di belakang ketiga gadis muda itu beberapa saat yang lalu dan baru saja memberanikan diri untuk memanggil Dian.
Dian, Sherina, dan Natasha menoleh ke belakang bersamaan. Senyuman di sudut bibir Dian menghilang seketika. Gadis muda itu memberikan tatapan dingin dan waspada, sedangkan Sherina dan Natasha mengernyitkan kening mereka masing-masing.
Mereka berdua bersiap menghajar Stefan bersama-sama jika pria muda itu mempunyai itikad tidak baik terhadap Dian.
Stefan tertegun sejenak dengan sikap tubuh Dian yang terlihat jelas menjaga jarak dengannya sehingga dirinya terdiam seribu bahasa.
"Ada apa CEO Stefan?" tanya Dian.
"Dian. Kejadian di restoran waktu itu adalah kesalahan Sia. Aku akan menyuruh Sia meminta maaf padamu," jawab Stefan.
Sebenarnya Stefan selalu berusaha mencari waktu yang tepat untuk mengklarifikasi hubungannya dengan Gisel ke Dian, tetapi ada Sherina dan Natasha di sana membuat Stefan hanya bisa menceritakan tentang Anastasia.
"Tidak perlu! Sia tidak mungkin tulus meminta maaf. Semoga tata krama yang dipelajari Sia di keluarga Bramasta lebih baik agar tidak menyinggung orang lagi," kata Dian.
Stefan mengerti makna halus yang tersembunyi dalam perkataan Dian. Stefan yakin Dian akan membalas Sia jika adik manjanya masih mencari masalah dengan Dian di kemudian hari.
"Dian! Ayo kita pulang sekarang. Leon dan Billy sudah datang," ucap Sherina.
Sherina dan Natasha menggandeng lengan Dian di sisi yang berlainan. Mereka menghampiri Leon dan Billy.
"Leon. Sopir mansion yang akan menyetir," kata Dian.
"Aku ikut sopir ambil mobilnya," ucap Leon.
"Oke," jawab Dian.
Mereka bertiga menoleh ke arah Billy yang setia menatap intens Dian, tanpa memedulikan sosok Stefan yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Biily. Tadi kamu minum banyak anggur. Panggil sopir keluargamu datang untuk mengantarmu pulang," kata Dian.
"Tenang saja princess. Aku memang datang diantar sopir tadi," jawab Billy sambil tersenyum lebar karena Dian peduli dengan keselamatannya.
Billy melepaskan jaket kulitnya dan memasangnya di pundak Dian. "Pakailah. Angin malam sangat dingin," kata Billy.
"Terima kasih Billy. Oh iya, aku ada tugas penting untukmu," ucap Dian.
"Apa pun tugasnya, aku akan mengerjakannya dengan perfect!" jawab Billy dengan yakin.
Dian mendekatkan wajahnya ke Billy dan berbisik di telinga pria muda itu. Senyum samar menghias di sudut bibir Billy disertai anggukkan kepala.
Stefan yang melihat kedekatan Dian dengan Billy, memalingkan wajahnya ke arah lain. Kedua tangannya mengepal erat.
***
Beberapa saat kemudian mobil porsche putih berhenti di depan mereka semua. Leon yang duduk di samping sopir, menurunkan kaca mobil.
"Kak Rina, Princess, Tasha. Ayo naik!" panggil Leon.
Ketiga gadis muda itu segera masuk ke dalam mobil satu persatu. Dian yang berada di urutan terakhir, melepaskan jaket dan mengembalikannya ke Billy.
"Jangan lupa tugas penting itu," pesan Dian ke Billy.
"Siap laksanakan, princess. Tetapi ada bayarannya," canda Billy sambil tertawa kecil.
"Apa bayarannya?" tanya Dian.
"Temanin aku dinner. Hanya kamu dan aku berdua saja," jawab Billy dengan serius.
"Baiklah. Atur saja jadwalnya," kata Dian dan masuk ke dalam mobil.
Billy menatap kepergian mobil porsche hingga menghilang dari pandangannya, lalu menoleh ke arah Stefan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya saat ini.
Sebuah mobil porsche warna hitam berhenti di depan Billy. Sopir turun dari bagian kemudi dan membukakan pintu mobil bagian penumpang.
"Tuan Billy," sapa Sopir.
"Tunggu sebentar," jawab Billy.
Billy memakaikan kembali jaket kulitnya dan mengambil dua handphone dari kantong jaket.
Satu handphone diserahkan ke Stefan, sedangkan handphone miliknya sendiri di genggam dengan erat.
Stefan mengenali handphone yang diberikan oleh Billy adalah handphone milik Rizky sehingga menyimpannya ke dalam saku celana, lalu menatap tajam ke Billy.
"Ada apa?" tanya Billy tanpa basa-basi.
"Kamu kenal Dian berapa lama?" tanya Stefan.
"Sebelas tahun!" jawab Billy.
"Begitu lama? Pantas saja hubungan mereka sangat dekat," batin Stefan.
Pernikahan sebelas bulan dengan Dian tidak bisa dibandingkan dengan sebelas tahun hubungan Dian dan Billy. Apa lagi selama sebelas bulan ini dirinya mengacuhkan Dian.
"Kamu menyukai Dian?" Entah mengapa pertanyaan ini spontan keluar dari mulut Stefan. Stefan sangat penasaran dengan hubungan Billy dan Dian saat ini.
Walaupun sebelumnya Stefan sempat mencurigai Leon mempunyai hubungan spesial dengan Dian, tetapi malam ini Stefan melihat jelas hubungan mereka tidaklah mencerminkan hubungan pasangan. Billy lah yang terlihat jelas sangat perhatian kepada Dian.
"Aku menyukainya," jawab Billy dengan jujur.
Stefan tertegun mendengar perkataan Billy. Aura dingin memancar dari tubuhnya dan bisa dirasakan oleh Billy.
"Aku berterima kasih padamu karena tidak menghargai Dian sehingga aku memiliki kesempatan untuk mendapatkannya saat ini," lanjut Billy.
"Aku…" Stefan tidak bisa melanjutkan perkataannya karena terdengar teriakan dan umpatan kasar dari dalam Vallkyrie Club.
"Psikopat!"
"Orang gila!"
"Tidak tahu malu!"
Rizky berlari keluar dari pintu belakang Vallkyrie Club dengan tubuh polos dan kedua tangannya menutupi tubuh bagian bawah.
"Fan!" teriak Rizky kegirangan melihat Stefan yang bagaikan dewa penyelamatnya.
Tiga lampu flash handphone menyala dan menerpa tubuh Rizky. Rizky terkejut dan menoleh ke sumber nya. Begitu pun juga dengan Stefan.
Billy tertawa kecil sambil melihat foto di layar handphone nya.
"Tidak kusangka Rizky sangat fotogenik," ujar Billy.
"Kamu…dasar gila! Cepat hapus fotoku!" teriak Rizky sambil berusaha merebut handphone Billy. Billy menghindar dengan gesit.
"Psikopat!"
"Psikopat!"
"Panggil polisi!"
Terdengar teriakan riuh dan umpatan kasar dari beberapa orang yang berada di sekitar mereka.
"Sialan!" pekik Rizky sambil menutup kembali tubuh bagian bawahnya dengan kedua tangannya.
"Jika berani ganggu Dian lagi, foto ini akan menyebar di seluruh dunia!" ancam Billy.
Billy berjalan dengan santai menuju mobilnya. Sopir menutup pintu mobil dan ikut masuk ke bagian pengemudi. Dalam sekejap mobil porsche hitam itu menghilang dari pandangan Rizky dan Stefan.
Stefan melepaskan jaket dan melemparkannya ke Billy.
"Cepat pakai! Kamu mau ditangkap polisi?" ujar Stefan.
Billy segera melilit jaket Stefan dibagian pinggangnya sehingga menutup tubuh bagian bawahnya, lalu mengikuti Stefan dari belakang menuju tempat parkiran mobil.
***
Selamat malam readers tercinta. He he he.Nasib malang Rizky nih, sudah jatuh ketimpa tangga lagi🤣🤣🤣
Jangan lupa baca kelanjutan ceritanya besok ya.
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE