Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Dilema • Revisi
'Astaga, bagaimana ini?' batin Juwita sejenak.
Sekarang, jantungnya serasa ingin copot. Sebab sesuatu yang tak diinginkan akhirnya terjadi juga. Padahal dia berharap Chester dan Calvin tidak akan bertemu. Namun, takdir berkata lain. Meskipun begitu, untuk saat ini dia bersyukur karena Chester mengenakan topeng. Jadi, Calvin tidak akan melihat rupa Chester, yang mirip dengan suaminya itu.
Saat ini, Juwita tengah memutar otak. Ketika mendapat ide di kepala. Juwita bergegas menghampiri Chester sebelum anaknya itu memanggilnya dengan sebutan 'mama'.
Dan benar saja, dalam jarak yang sangat dekat Chester tiba-tiba menggerakkan lidah.
"Ma—hm!"Namun, Juwita dengan sigap mengambil alih Chester dari tangan Calvin dan langsung membekap mulut Chester.
Chester langsung mendongakkan wajah. Matanya mungilnya tampak berkedip-kedip. Dia tengah kebingungan sekarang.
"Apa yang kamu lakukan, Juwita?!" Calvin tampak terkejut. Sorot matanya mulai terlihat tajam. Aura di sekitar pun mendadak dingin dan terasa mencekam.
"Ada hubungan apa kamu dengan anak ini?" lanjut Calvin kembali, masih dengan sorot mata tajam, setajam elang.
Calvin ingat sekali bahwa wanita yang di perusahaan tadi adalah mama Chester. Jadi ada hubungan apa Juwita dan Chester? Sehingga Juwita dengan berani mengambil alih Chester darinya tiba-tiba barusan.
Pertanyaan yang dilayangkan Calvin membuat Juwita membeku di tempat. Dia mulai gugup sekarang. Meskipun begitu dia berusaha untuk tetap tenang.
"Maafkan aku Pak, dia adalah anak temanku dan tidak ada hubungan apa-apa di antara aku dan Chester," kata Juwita sembari menarik napas dalam-dalam.
"Lalu kenapa tadi kamu membekap mulutnya?!" Kilatan api di bola mata Calvin masih menyala. Calvin tampak tak puas dengan jawaban Juwita.
Juwita mengulas senyum terpaksa sejenak, demi mengatasi rasa gugup yang kian melandanya.
"Tadi aku reflek mengambil Chester. Sepertinya minusku makin bertambah, penglihatanku agak buram dan aku mengira Bapak orang jahat, kebetulan aku dan Tina teman satu kuliahku dulu, tadi kami bersama-sama ke sini. Ngomong-ngomong, mengapa Bapak bisa bersama Chester?" balas Juwita kemudian, hendak mengalihkan pembicaraan.
Calvin tak serta-merta langsung menjawab, malah memandangi Juwita dengan tatapan menyelidik.
"Tadi Chester menabrakku di toilet, aku penasaran mengapa teman itu berani memperbolehkan Chester sendirian pergi ke toilet, di mana Tina sekarang, aku ingin bertemu dengannya. Dia orang tua yang tidak becus!" ucap Calvin dengan nada tegas dan terdengar tajam di telinga Juwita.
Juwita meneguk ludah sejenak. "Maaf Pak, Tina sudah pergi 15 menit yang lalu, dia ada urusan sebentar, jadi aku disuruh Tina untuk menemani Chester berbelanja dan kebetulan rumah kami berdekatan."
Calvin tersenyum sinis. "Benar-benar orang tua yang tidak becus!" ujarnya dengan penuh penekanan membuat detak jantung Juwita semakin cepat.
"Iya benar katamu Calvin, karyawanmu yang satu itu memang tidak becus, sama seperti karyawan di depanmu ini," timpal Putri kemudian melirik sinis Juwita. Sejak tadi dia diam-diam mendengarkan perbincangan ketiga orang tersebut.
Calvin tak menggubris ucapan Putri.
"Katakan pada temanmu itu untuk selalu menemani anaknya! Apa kamu tidak tahu kejahatan bisa terjadi di mana saja?! Walaupun di mall ada penjaga tapi tetap saja kita harus berhati-hati," lanjut Calvin kembali dengan napas memburu.
"Baik Pak, akan aku sampaikan sama Tina nanti.'
Melihat reaksi Calvin, Juwita mengerutkan dahi sedikit. Entah apa yang terjadi hingga membuat Calvin tampak marah dan kesal.
Apakah ini yang dinamakan ikatan batin antara ayah dan anak? Entahlah. Meskipun begitu, Juwita tak mau Calvin sampai tahu keberadaan Chester. Dia takut Calvin akan mengambil Chester darinya. Terlebih, suami yang dia cintai secara diam-diam ini mempunyai pacar. Juwita heran, hubungan apa yang sedang jalani saat ini.
Rasanya Juwita ingin bercerai, tapi saat teringat janjinya pada mendiang ayahnya. Juwita dilanda dilema.
"Kalau begitu, aku permisi dulu Pak. Ayo, Chester ikut Tante pulang ya, nanti mamamu marah sama Tante." Juwita dengan cepat menurunkan tangan dari mulut Chester lalu berbisik pelan di telinga Chester. Memintanya untuk memanggilnya dengan sebutan 'tante' saat ini.
Chester tak membalas, malah menatap seksama Juwita dengan kening berkerut kuat.
"Oke, kita nggak jadi beli buku sama mainan?" Pada akhirnya Chester menanggapi, meski wajahnya terlihat kebingungan sekarang.
Namun, belum juga Juwita membuka suara. Calvin terlebih dahulu berbicara.
"Kamu mau beli buku?" tanya Calvin sambil melirik Chester.
"Iya. Kenapa Paman tanya-tanya?" Chester balik bertanya dengan sangat ketus. Melihat mamanya dibentak barusan, menimbulkan rasa tidak sukanya terhadap Calvin.
"Iya, kebetulan buku di kamarku sudah semua aku baca. Ayo, belilah denganku!" Calvin melangkah maju tiba-tiba kemudian menarik paksa tangan Chester dari Juwita. Setelah itu melangkah cepat menuju eskalator.
Juwita terpaku di tempat.
"Calvin, tunggu aku!" Putri pun tampak terkejut lantas dengan cepat-cepat menyusul Calvin.
"Apa-apaan dia?" Detik selanjutnya, Juwita membalikkan badan kemudian mengejar Calvin, Chester dan Putri yang saat ini berada di eskalator. Ketiga orang tersebut seperti keluarga kecil yang sedang menikmati waktu bersama di pusat perbelanjaan.
Melihat pemandangan di depan, hati Juwita terasa perih, dadanya seperti ditusuk ribuan pedang. Dengan raut wajah masam, Juwita pun melangkah menuju eskalator.
Sesampainya di atas, Juwita tiba-tiba mengambil paksa tangan Chester dari Calvin.
"Maaf jika aku lancang Pak, Tina menitipkan Chester padaku, apa tidak aneh Bapak tiba-tiba memberi perhatian pada Chester, apa kata orang-orang di kantor jika tahu Calvin bersama Chester, mereka pasti berpikir yang tidak-tidak tentang Anda dan Tina," ucap Juwita kemudian dengan menggebu-gebu.
Calvin mengerutkan dahi sejenak. "Maksudmu?"
Juwita membuang napas kasar lalu melirik Putri. "Putri, kamu dan Calvin kan berpacaran, apa kamu tidak marah, pacarmu berdekatan dengan anak dari wanita lain?"
Mendengar hal itu, Putri terdiam beberapa detik. Dia baru sadar dengan perkataan Juwita. Wajahnya mendadak merah. "Sayang, benar juga yang dikatakan—"
Calvin langsung menyela dengan mengambil alih lagi tangan Chester dari Juwita. "Cukup! Jangan berpikir yang tidak-tidak, kedekatanku dengan Chester bukanlah karena perhatian semata, melihat Chester aku jadi teringat dengan adik angkatku di UK, kamu tenang saja Juwita! Jika Tina marah, aku akan membuat perhitungan dengannya!"
Juwita merengut hendak mengambil lagi Chester. Namun, tatapan dingin Calvin membuatnya hanya mampu menahan kesal.
Juwita takut jika Calvin melihat wajah Chester nanti. Meskipun begitu, Juwita tidak pantang menyerah. Dia pun mengalihkan pandangan kepada Chester.
"Chester sama Tante saja ya, kasihan Paman, dia lagi sibuk sama pacarnya sekarang," ujar Juwita kemudian mengambil alih Chester dari tangan Calvin.
"Hehe, benar sekali, Chester sama Tante Juwita saja." Karena situasi yang sangat tidak menguntungkan, Putri terpaksa menyetujui pendapat Juwita.
Chester mendongak ke atas. "Iya, Chestel mau sama Tante saja!" jawabnya sedikit ketus.
Mendengar perkataan Chester, Juwita tersenyum lebar.
"Baiklah, tapi Paman akan mengikuti kalian dari belakang," kata Calvin. Membuat senyuman Juwita memudar dengan cepat.
Chester tak menggubris Calvin, melainkan menatap kembali Juwita. "Ayo Tante, kita beli buku dan mainan!" sahutnya dengan raut muka berseri-seri.
Melihat reaksi Chester, Juwita tersenyum sumringah.
"Paman ikut ya?" Calvin hendak bernegosiasi. Entah mengapa anak ini sangat menarik perhatiannya sekarang.
"Terserah Paman saja! Ayo Tante!" sahut Chester lalu menarik tangan Juwita.
"Iya, ayo kita beli buku." Juwita memaksakan diri untuk tersenyum kemudian bergegas menuntun Chester ke toko buku.
Sambil berjalan, Juwita tengah berencana untuk kabur dari Calvin.
Di belakang, Calvin dan Putri berjalan berdampingan sambil berbincang-bincang kecil. Membuat hati Juwita terasa perih kembali.
"Sayang, kenapa kita membeli buku sih, aku kan habis ini mau makan sushi, beli bukunya nanti saja ya,"ucap Putri sambil mengalungkan tangan di tangan Calvin.
Calvin mendengus. "Nanti saja, setelah selesai membeli buku, kamu boleh makan sepuasnya," balasnya lalu menurunkan tangan Putri dengan cepat. Setelah itu, melangkah cepat ke depan.
Putri tampak cemberut, karena sang kekasih tidak menuruti perkataannya. Dengan terpaksa dia pun mengikuti Calvin.
Sepuluh menit kemudian, Chester dan Calvin sudah mendapatkan buku yang mereka inginkan. Sesampainya di kasir, Juwita buru-buru membayar. Dia ingin kabur dari Calvin yang saat ini sedang sibuk berbicara dengan Putri di belakang.
"Chester, habis keluar dari toko, jalannya sedikit cepat ya, Mama mau beli bahan-bahan untuk pesanan orang, jadi kita harus pulang cepat sekarang." Juwita berbisik pelan di telinga Chester.
"Tapi Ma, mainannya belum dibeli?" ucap Chester dengan raut wajah sedih.
"Nanti mama pasti belikan, sekarang kita harus cepat pulang ya, nanti pesanan Mama nggak jadi diambil orang loh." Juwita tengah berusaha merayu Chester.
"Tapi Mama janji kan belikan Chester mainan?" Wajah Chester masih terlihat nelangsa.
"Ya Sayang, mama janji." Juwita merasa bersalah karena harus menyudahi kegiatannya bersama Chester saat ini.
Chester pun mengangguk lemah.
Setelah selesai membayar, saat ada celah, Juwita menggiring Chester keluar dari toko lalu berjalan tergesa-gesa menuju lift.
Sementara Calvin masih sibuk berbincang bersama Putri. Sampai pada akhirnya Calvin melirik ke arah kasir. Di mana tidak terlihat lagi Juwita dan Chester.
"Di mana mereka?" gumam Calvin pelan dengan kening berkerut kuat.
"Habis ini kita makan ya Calvin, aku lapar banget nemenin kamu mutar-mutar tadi," ujar Putri.
Namun, Calvin mengacuhkan Putri. Lelaki berperawakan tinggi itu malah melangkah keluar toko.
"Calvin!" Manik Putri lantas membola. Dengan cepat dia mengejar Calvin.
Saat sampai di luar, Calvin celingak-celinguk ke sembarang arah, mencari keberadaan Juwita dan Chester, hingga bola mata itu terhenti pada sebuah lift di ujung sana. Tanpa pikir panjang Calvin pun berlari ke arah lift.
"Calvin, tunggu aku!" Putri tampak kesal. Namun, tetap juga mengikuti Calvin.
Di lantai satu, tepatnya di gerbang utama. Calvin berlari kencang sambil memanggil nama Juwita sejak tadi. Karena Juwita juga tengah berlari sambil menggendong Chester.
"Berhenti Juwita!" pekik Calvin, menggundang perhatian penggunjung mall di sekitar.
"Juwita!"
"Aw!"
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang