NovelToon NovelToon
Babysitter-ku Maduku

Babysitter-ku Maduku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Aysha Siti Akmal Ali

Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.

Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.


🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...

❤ Terima kasih ❤

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

"Aw! Kenapa Mas mendorongku?" pekik Anissa sembari meringis menahan sakit karena Dodi mendorongnya dengan cukup keras.

"Bukankah aku sudah sering melakukan itu kepadamu dan kamu juga menyukainya, 'kan? Tapi, kenapa sekarang kamu malah menolak? Tidak usah munafik begitu lah, Mas!" sahut Anissa sambil tersenyum lebar menatap Dodi.

"Ayolah, Anissa! Lupakanlah aku dan lanjutkan hidupmu. Kamu masih muda, cantik dan aku yakin akan banyak laki-laki yang mengantri untuk mendapatkan cintamu. Lagi pula, saat itu aku hanya main-main denganmu karena cintaku hanya untuk Istriku. Maafkan aku," tutur Dodi sambil memohon kepada wanita itu.

Bibir Anissa bergetar dan matanya terlihat berkaca-kaca setelah Dodi mengatakan hal itu. "Kamu memang tega ya, Mas! Jika benar kamu memang mencintai Mbak Arini, kenapa kamu bermain api denganku di belakang Istrimu, ha? Ya, kamu benar! Aku bisa saja mendapatkan suami yang lebih baik dan lebih segala-galanya darimu. Tapi, ada yang kamu ketahui, Mas ...."

***

Beberapa menit kemudian.

"Sudah selesai! Tinggal panggil Mas Dodi, Anissa sama Ibu. Ehm, Bi Surti yang panggil Ibu, ya. Biar Arini yang panggil Mas Dodi," ucap Arini kepada Bi Surti.

"Baik, Non." Bi Surti mengangguk tanda setuju kemudian segera pergi menuju kamar Bu Nining, sementara Arini kembali ke kamarnya.

"Tumben Mas Dodi terlambat? Biasanya jam segini dia sudah menyusulku ke dapur," gumam Arini sembari melangkah menuju kamarnya. "Apa Mas Dodi tidur lagi ketika aku bangunkan tadi? Ah, mana mungkin Mas Dodi seperti itu. Lagi pula semua pakaian serta perlengkapannya sudah aku persiapkan."

Setibanya di depan pintu kamarnya. Arini melihat pintu kamarnya masih tertutup rapat. Ia membuka pintu kamarnya dan ternyata Dodi masih berada di dalam ruangan itu.

"Loh, Mas. Kenapa tidak menyusulku ke dapur?" tanya Arini sembari menghampiri suaminya yang sedang mengenakan sepatunya sambil duduk di tepian tempat tidur. Arini ikut duduk di samping Dodi sambil memeluk dan menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

"Maaf, Mas terlambat. Ini Mas baru saja selesai berpakaian," sahut Dodi.

"Tadi Mas tidur lagi ya, setelah Arini bangunin?" Arini kembali bertanya dan kini matanya tertuju pada wajah kusut Dodi. Tiba-tiba saja Arini menautkan kedua alisnya heran, karena ada yang berbeda dari wajah suaminya pagi itu. Bahkan mata lelaki itu terlihat sembab, seperti orang yang baru saja menangis.

"Mas? Mas kenapa? Mas habis nangis, ya?!" pekik Arini sambil memeriksa wajah Dodi.

Dodi terkekeh pelan kemudian meraih tangan Arini yang kini berada di wajahnya. Ia tersenyum kemudian menjawab pertanyaan dari istrinya itu. "Menangis apaan, sih? Mana ada sejarahnya Mas Dodi-mu ini menangis? Dasar kamu ini," sahut Dodi sambil mengacak pelan puncak kepala Arini.

Arini pun tersenyum dan ia sedikit lebih lega setelah mendengar jawaban dari lelaki itu. Tepat di saat itu Arini teringat akan bayi mungilnya, Azkia. Ia menoleh ke belakang dan ternyata bayinya sudah tidak ada di sana.

"Loh, di mana Azkia?" pekik Arini sembari bangkit dari posisi duduknya kemudian mencari-cari keberadaan si kecil itu.

"Anissa membawanya, Tadi Azkia bangun dan langsung menangis. Aku segera meminta bantuan Anissa karena kebetulan aku sibuk berpakaian," jawab Dodi.

"Oh. Ya, sudah lah. Sebaiknya kita ke dapur karena sarapan sudah siap," ajak Arini yang kembali memeluk lengan kekar Dodi.

"Yuk, lah!" Pasangan itu pun segera keluar dari kamar mereka. Namun, ketika melewati pintu kamar Anissa, Arini kembali berucap kepada Dodi.

"Mas duluan aja, ya. Aku ingin memanggil Anissa dulu biar dia ikut sarapan bersama kita. Soalnya pagi ini dia akan pergi ke kos-kosan temannya untuk mengambil kembali barang-barang yang ia titipkan kepada sahabatnya itu," tutur Arini.

"Ya, baiklah. Aku tunggu di dapur ya, Sayang."

"Ya."

Setelah Dodi pergi, Arini segera mengetuk pintu tersebut sembari memanggil namanya. "Anissa, kamu di dalam?" tanya Arini.

"Ya, Mbak. Masuklah, pintunya tidak di kunci, kok."

Setelah mendengar jawaban dari wanita itu, Arini pun segera membuka pintu tersebut. "Nis, kita sarapan dulu, yuk!" ajak Arini yang hanya berdiri di ambang pintu.

"Baik, Mbak." Anissa yang sedang menggendong Azkia segera menghampiri Arini.

"Sini, biar Azkia ikut bersamaku. Kamu sarapan aja dulu," ucap Arini seraya meraih si kecil Azkia dari pelukan Anissa dan tak sengaja ia melihat mata Anissa yang terlihat sembab. Seperti orang habis menangis, sama seperti Dodi.

"Loh, Nis, matamu kenapa? Sepertinya kamu habis menangis, benarkah itu?"

Arini memperhatikan wajah Anissa dengan seksama dan entah kenapa ia jadi berpikir bahwa itu ada hubungannya dengan Dodi. Sebab Dodi pun sama, lelaki itu matanya terlihat sembab seperti habis menangis.

"Bukan, Mbak. Tadi sebelum menjemput Azkia, mataku kelilipan sesuatu. Karena perih, aku kucek terus dan akhirnya jadi seperti ini," jawabnya sambil tersenyum kecut.

Arini tersenyum dan mencoba percaya saja. Walaupun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia tahu jawaban Anissa saat itu tidak masuk akal. Tidak mungkin hanya karena kelilipan sesuatu, kedua belah mata Anissa sampai sembab seperti itu.

...***...

1
Putra Perdana
Luar biasa
Khay le
Semangat arini..
Lilijani Martini
betul ibu Yen Margaret, seharusnya laki2 yg berkhianat kena tulah , tp kenyataan nya malah kebalikan , merasa dirinya hebat ,
🔵❤️⃟Wᵃf‌🇸‌‌🇦‌‌🇷‌‌🇦‌‌🇸‌①
baru sadar Doni yang mandul BKN arini
Ira
Dulu pas pembagian otak dimana ya suci kok bodoh..
Erina Munir
takdir ...meureeuun
Dewi Dama
lanjutttt....semangat...
Dewi Dama
sedih bangat..kasian Arini...lebih bsik di ceraikan sy thoorrr...
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
iyaa.. thoorrr...bagus...jln cerita nya juga bagus kok...
Dewi Dama
semangat thorrr...
Nina Pudjiastuti
diawal cerita aja udah Bombay.
penasaran nih kita /Grin//Grin/
Nur Lailaljk00 Khamarudin
hendra sama suci aja.
£rvina
kena juga tuh c ikan asin/Yawn/
£rvina
dimata hendra kamu kaya ikan asin, yg mau biasanya kucing liar n kucing kampung. klo kucing2 mahal gak mau ikan asin /Facepalm//Tongue/
£rvina
Luar biasa
£rvina
gemes deh sama bumer satu ini, pengen tak cubit ginjalnya/Cleaver//Hammer/
Ahsin
drpd sakit hati trs knp gak berpisah sj arini
Viaa
*tersungging
Dyah Oktina
hendra kasih yg gadis dong thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!