Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jahat Raja Alistair
Raja Alistair dari Kerajaan Eldoria duduk di singgasana megahnya, wajahnya dihiasi senyum dingin yang penuh perhitungan. Aula besar istana dipenuhi dengan cahaya lilin yang gemerlap, tetapi suasana di dalam ruangan terasa tegang. Para penasihatnya berdiri dalam barisan rapi, menunggu titah dari sang raja.
Lord Malgrave, penasihat senior kerajaan, maju dengan langkah hati-hati. Ia membawa laporan terbaru tentang Rivendale, sebuah kota yang dulunya berada di ambang kehancuran tetapi kini bangkit menjadi pusat perdagangan dan pertanian yang makmur.
“Yang Mulia,” katanya sambil membuka gulungan peta yang menampilkan wilayah Rivendale. “Kami telah menerima laporan terbaru. Rivendale kini telah menjadi ancaman nyata bagi dominasi ekonomi dan politik Eldoria.”
Mata Raja Alistair menyipit. Ia meraih peta itu dan menelusuri lokasi Rivendale dengan jarinya. “Rivendale,” gumamnya dengan nada penuh penghinaan. “Mereka bangkit terlalu cepat dari kehancuran yang kita rancang. Kota itu tidak hanya menjadi pesaing dalam perdagangan gandum, tetapi juga mulai menarik perhatian dari kota-kota lain. Jika dibiarkan, mereka bisa mengancam posisi kita sebagai penguasa wilayah ini.”
Lord Malgrave mengangguk pelan, melanjutkan dengan nada hati-hati. “Bukan hanya itu, Yang Mulia. Dengan hubungan dagang yang mereka bangun bersama Silverhorn dan kota-kota lain, Rivendale mulai menciptakan aliansi yang berpotensi berbahaya. Jika kota itu semakin maju, ada kemungkinan mereka akan melibatkan diri dalam urusan politik yang dapat memengaruhi stabilitas Eldoria.”
“Lalu bagaimana dengan bayi itu?” Raja Alistair menatap tajam ke arah Malgrave. “Bayi yang diambil dari keluarga Lord Adric. Apakah mereka sudah tahu?”
Lord Malgrave menundukkan kepala. “Belum ada indikasi bahwa mereka menyadari hal itu, Yang Mulia. Namun, jika Rivendale terus maju, mereka mungkin akan menemukan keberadaan anak itu. Jika itu terjadi, mereka akan menuntut kembali anak tersebut dan menggoyahkan keabsahan kekuasaan Eldoria.”
Raja Alistair mengepalkan tinjunya. Bayi yang dimaksud adalah putra Lord Adric dan Lady Eleanor, yang secara paksa diambil oleh Eldoria bertahun-tahun yang lalu. Anak itu menjadi bagian dari eksperimen kerajaan yang dirancang untuk menciptakan generasi baru prajurit yang lebih kuat. Namun, rahasia ini dijaga ketat, karena jika terungkap, hal itu bisa menjadi skandal yang menghancurkan reputasi kerajaan.
“Kita tidak bisa membiarkan mereka menemukan anak itu,” kata Raja Alistair dengan suara penuh amarah. “Jika Rivendale mendapatkan kekuatan politik, mereka tidak hanya akan menuntut hak atas anak itu, tetapi juga memengaruhi kota-kota lain untuk melawan kita.”
Lord Malgrave maju selangkah, nada suaranya lebih tegas. “Yang Mulia, ada cara untuk menghentikan mereka tanpa melibatkan perang terbuka.”
Raja Alistair menatap penasihatnya, tertarik. “Bicaralah.”
“Rivendale sangat bergantung pada gandum dan perdagangan hasil pertanian mereka. Kita bisa menyusupkan penyakit melalui daging ternak yang terkontaminasi. Jamur tertentu, yang tumbuh di gandum terinfeksi, dapat menyebabkan keracunan parah pada manusia dan hewan. Jika gandum mereka rusak, ekonomi mereka akan runtuh, dan kita bisa mengamankan kembali dominasi Eldoria.”
Raja Alistair tersenyum dingin, penuh kepuasan. “Bagus, sangat bagus. Hancurkan mereka dari dalam. Pastikan tidak ada jejak yang mengarah ke Eldoria.”
“Segera, Yang Mulia,” jawab Lord Malgrave, memberikan hormat sebelum meninggalkan aula.
Setelah pertemuan strategis dengan para penasihatnya, Raja Alistair memutuskan untuk melancarkan serangan rahasia terhadap Rivendale. Ia tahu bahwa kota yang pernah hancur itu telah bangkit menjadi kekuatan ekonomi baru, dengan hasil gandum dan tanaman obat yang menjadi andalan utama. Keberhasilan Rivendale tidak hanya mengancam dominasi Eldoria di wilayah itu, tetapi juga menimbulkan kecemasan bahwa mereka dapat menuntut kembali anak yang diambil oleh Eldoria bertahun-tahun lalu.
Raja Alistair memerintahkan para alkemis terbaik di Eldoria untuk menciptakan jamur beracun yang dirancang khusus untuk merusak gandum. Laboratorium kerajaan, yang tersembunyi di bawah benteng Eldoria, dipenuhi dengan aroma kimia dan cahaya hijau dari cairan di tabung-tabung kaca. Para alkemis bekerja tanpa henti, mencampur berbagai bahan hingga menemukan formula yang sempurna.
Jamur ini tidak hanya dapat menginfeksi gandum, tetapi juga mencemari tanah dan air, membuatnya hampir mustahil untuk menanam kembali di area yang terkena dampak. Dalam waktu kurang dari sebulan, mereka berhasil menciptakan spora jamur mematikan yang terlihat seperti abu biasa, tetapi mampu menyebar dengan cepat melalui udara dan air.
“Ini adalah senjata yang sempurna,” ujar salah satu alkemis, sambil menyerahkan sekantong spora kepada Garrett, agen rahasia yang dipercaya untuk melaksanakan rencana ini.
Garrett, seorang pria dengan wajah yang tidak mencolok tetapi kecerdasan yang luar biasa, ditugaskan untuk menyusup ke Rivendale. Ia diberikan identitas palsu sebagai pedagang dari kota jauh, lengkap dengan gerobak penuh daging ternak dan karung-karung bahan pangan. Di antara barang-barangnya, tersembunyi kantong spora jamur beracun yang akan ia gunakan untuk mencemari Rivendale.
Sebelum berangkat, Raja Alistair memanggilnya secara pribadi. “Garrett,” katanya dengan suara dingin, “tugasmu bukan hanya untuk mencemari gandum mereka, tetapi juga untuk menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap pemimpin mereka. Sebarkan desas-desus bahwa wabah ini terjadi karena kelalaian Lord Adric. Pastikan mereka mulai meragukan kepemimpinannya.”
Garrett menundukkan kepala. “Akan saya laksanakan, Yang Mulia. Rivendale akan runtuh dari dalam.”
Garrett berangkat dari Eldoria pada dini hari, mengenakan pakaian sederhana yang memungkinkannya menyatu dengan para pedagang biasa. Sebuah gerobak kayu ditarik oleh dua ekor kuda cokelat tua, dipenuhi dengan karung-karung daging dan barang-barang lainnya. Di antara barang-barang tersebut, tersembunyi kantong kecil berisi spora jamur beracun yang dikemas dalam botol kaca.
Ia telah menghabiskan beberapa hari untuk mempelajari rute perjalanan menuju Rivendale, memastikan bahwa dirinya tidak menarik perhatian. Sepanjang perjalanan, Garrett berhenti di beberapa desa kecil, berpura-pura menjual barang dagangannya untuk membangun kepercayaan sebagai seorang pedagang keliling.
Setiap kali ia bertemu dengan orang asing, ia memasang senyum ramah dan berbicara dengan nada yang bersahabat. “Daging segar dari Eldoria! Dijamin kualitas terbaik!” katanya kepada seorang petani di salah satu desa. Ia memastikan bahwa tidak ada yang mencurigai niat sebenarnya.
Di malam hari, ketika berhenti di penginapan sederhana, Garrett memeriksa persediaan spora dan memastikan semuanya dalam kondisi baik. Ia menyusun rencana dengan hati-hati, memikirkan setiap langkah yang harus diambil begitu ia tiba di Rivendale. “Tidak boleh ada jejak,” gumamnya sambil menyimpan botol spora di bawah tumpukan barang dagangannya.
Garrett tiba di gerbang Rivendale pada pagi yang cerah. Matahari baru saja naik, dan jalanan mulai dipenuhi dengan aktivitas warga. Pasar utama yang terletak di dekat alun-alun kota tampak sibuk dengan pedagang yang menjajakan barang-barang mereka. Garrett memperhatikan suasana sekitarnya dengan saksama, mencoba mengenali pola kehidupan kota ini.
Ia mendekati penjaga gerbang dengan senyum ramah. “Selamat pagi, Tuan. Saya pedagang dari utara. Saya membawa daging segar dan barang-barang lainnya untuk dijual di pasar kalian.”
Penjaga itu mengangguk, memeriksa barang dagangan Garrett dengan cepat sebelum mengizinkannya masuk. “Selamat datang di Rivendale. Pastikan kau mengikuti aturan pasar.”
“Terima kasih, Tuan,” jawab Garrett dengan nada sopan, lalu melanjutkan perjalanannya ke pasar.
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih