NovelToon NovelToon
Hancurnya Anak Pertama

Hancurnya Anak Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Little Fox_wdyrskwt

Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༺ ༻ BAB 5 ༺ ༻

...✧༺♥༻✧...

Pagi itu, suasana kelas terasa berbeda bagi RiRi. Teman-teman sekelasnya menjauhinya, menciptakan jarak dan kesunyian di sekitarnya. RiRi mencoba menghampiri Yanti, namun ia mendapati Yanti duduk bersama Ara, berbincang akrab tanpa menghiraukannya. RiRi merasa terasing dan sendirian.

Saat jam istirahat tiba, RiRi memberanikan diri untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain lompat tali karet dan colek-colekkan. Namun, niatnya itu pupus seketika. Saat ia ingin bergabung, salah satu temannya berkata,

"Ih, udah ah, udah ah… ada RiRi." Kata-kata itu menusuk hati RiRi.

Ia menyadari bahwa Ara telah terpengaruh oleh gosip jahat Yanti. Rasa sakit dan kesedihan kembali menyelimuti RiRi. Ia merasa dikucilkan dan dibenci tanpa alasan yang jelas.

RiRi berjalan sendirian menuju kelas, rasa sakit dan kesedihan memenuhi hatinya. Di dalam kelas yang sunyi, ia bergumam pelan, "Mereka… mengapa?… Apa sih salahku?… Ih, ngeselin banget!" Amarah mulai menggantikan kesedihannya.

Ia merasa diperlakukan tidak adil dan dibenci tanpa alasan yang jelas. RiRi membuat keputusan yang impulsif. "Yaudah deh, aku coba aja ngerjain barang mereka," gumamnya dalam hati.

Saat istirahat jam kedua, dengan penuh dendam, RiRi mulai melancarkan aksinya. Ia diam-diam mengacak-acak buku dan tempat pensil salah satu temannya yang menjadi dalang di balik perundungan yang ia alami. Ia merasa bahwa tindakan tersebut adalah pembalasan yang setimpal atas perlakuan buruk yang ia terima.

Bel masuk berdering, mengakhiri istirahat yang penuh ketegangan. Teman-teman RiRi kembali ke kelas, mereka menyadari bahwa buku dan tempat pensil mereka telah berantakan. Rasa bingung dan marah bercampur aduk.

Mereka saling bertanya-tanya siapa pelakunya, tetapi tak ada yang tahu. RiRi duduk di bangkunya, mencoba menyembunyikan rasa bersalah dan ketakutannya. Ia berharap agar tidak ada yang menyadari bahwa dialah pelakunya. Namun, perasaan bersalah mulai menggerogoti hatinya.

Di balik meja kelas, RiRi merasakan percampuran emosi yang rumit. Ia merasa bersalah atas perbuatannya, namun di saat bersamaan, amarah dan dendam masih membara di hatinya. Dalam hati, ia bergumam, "Ini pertama kalinya aku berbuat gini… Ah, bodo amat lah! Mereka lebih jahat!"

Ia berusaha membenarkan tindakannya dengan menganggap bahwa teman-temannya lebih jahat darinya. Namun, di balik pembenaran itu, RiRi menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Ia telah membalas kejahatan dengan kejahatan, sebuah siklus yang tak akan pernah berakhir.

...✧༺♥༻✧...

Hari-hari berlalu, namun bayang-bayang perbuatan RiRi masih menghantuinya. Suatu pagi, saat RiRi tiba di kelas, ia menyadari bahwa bukunya hilang. Buku itu biasanya ia simpan di bawah meja, bersama buku Lisa dan Yanti. Lisa dan Yanti juga menyadari bahwa buku mereka hilang.

"Kok buku aku ilang, ya?" kata Lisa dengan nada heran.

Yanti pun ikut bersuara, "Aku juga!" RiRi hanya bisa terdiam, merasakan jantungnya berdebar kencang.

Ia tahu bahwa hilangnya buku-buku mereka ada hubungannya dengan perbuatannya. Yanti, dengan nada curiga, mengatakan, "Kok bisa barengan gitu sih? Jangan bilang kamu yang acak-acak, trus bikin drama buku kamu ilang juga, RiRi!" Tuduhan Yanti menusuk hati RiRi. Ia merasa terpojok dan tak berdaya.

RiRi terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan nada defensif, "Kok kamu nuduh aku mulu sih? Aku aja nggak tahu!" Suaranya bergetar, menunjukkan rasa takut dan ketidakberdayaannya.

Ia berusaha mengelak dari tuduhan Yanti, namun raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu. Pernyataan RiRi justru semakin membuat Yanti curiga.

RiRi merasa frustrasi. Ia selalu dituduh tanpa alasan yang jelas, sedangkan ia sendiri tidak tahu apa-apa. Kejadian hilangnya buku-buku itu semakin memperparah keadaannya. Namun, sebuah penemuan mengejutkan terjadi. Buku-buku itu ditemukan di genteng rumah samping sekolah, ternyata disembunyikan oleh sekelompok anak laki-laki nakal yang iseng.

Anak-anak itu kemudian terlihat tertawa mengejek RiRi dan teman-temannya. Ian, salah satu anak nakal itu, dengan lancang berkata, "Lihat deh tuh muka mereka, jelek banget! Apalagi RiRi, hahaha!".

Perkataan Ian semakin menambah luka di hati RiRi. Ia merasa dipermalukan dan dianiaya tanpa alasan yang jelas.

Ian, dengan wajah congkak, menambahkan, "Oh… kalian nggak takut, ya? Aku anak guru, loh!" Ia memanfaatkan status ayahnya sebagai guru untuk mengintimidasi RiRi dan teman-temannya. Egi, teman Ian, ikut nimbrung dengan tawa mengejek,

"Tuh kan, mereka mah cewek lemah, hahaha!" Perkataan Ian dan Egi semakin menambah rasa sakit hati RiRi dan teman-temannya.

Mereka merasa diperlakukan tidak adil dan diintimidasi oleh anak-anak nakal yang merasa kebal hukum karena status orang tua mereka.

Yanti, yang tadinya merasa marah dan ingin membalas, ditahan oleh RiRi. "Awas, ya, kalian!" teriak Yanti, namun RiRi menarik tangannya.

"Jangan! Nanti kamu malah yang kena hukum," kata RiRi dengan suara tegas namun lembut. RiRi menyadari bahwa membalas dendam tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan memperburuk keadaan.

Ia memilih untuk menahan amarahnya dan mencari solusi yang lebih bijak. Sikap RiRi yang dewasa dan bijaksana ini menunjukkan perubahan signifikan dalam dirinya.

Hari-hari berlalu dengan cepat, menandai berakhirnya konflik dan pertengkaran. RiRi dan teman-temannya telah belajar dari pengalaman pahit yang mereka alami. Mereka telah belajar arti dari persahabatan sejati dan pentingnya menyelesaikan konflik dengan bijak. Dan hari ini… hari yang menentukan telah tiba.

...✧༺♥༻✧...

Hari Ujian Nasional kelas 6 SD. Suasana tegang dan penuh harap menyelimuti sekolah. RiRi dan teman-temannya bersiap menghadapi ujian yang akan menentukan masa depan mereka.

Di ruang ujian yang sunyi, RiRi duduk di bangkunya dengan perasaan campur aduk. Ketegangan ujian nasional bercampur dengan kenangan masa lalu. Ia mengingat pertengkaran dengan teman-temannya, rasa sakit hati yang ia alami, dan pelajaran berharga yang telah ia dapatkan.

Ia mengambil nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan fokus pada soal ujian. Di sampingnya, Yanti dan Ara tampak tegang juga. Mereka saling memberikan isyarat dukungan dan semangat. Meskipun sempat terjadi kesalahpahaman di antara mereka, ketiga sahabat itu telah saling memaafkan dan kembali bersatu.

Mereka menyadari bahwa persahabatan lebih berharga daripada sekedar menang atau kalah. Di tengah ketegangan ujian, mereka saling memberikan semangat dan dukungan. Sesekali, mereka saling bertukar pandang dan tersenyum, menciptakan suasana yang lebih nyaman dan mengurangi rasa tegang.

Di ruang ujian yang sunyi, hanya terdengar suara pena dan pensil menari di atas kertas ujian. RiRi mengerutkan kening, fokus pada soal matematika yang rumit. Setelah beberapa saat, ia menghela nafas lega, berhasil menyelesaikan soal tersebut. Ia melirik Yanti yang duduk di sebelahnya, terlihat sedang berjuang keras dengan soal Bahasa Indonesia.

RiRi Berbisik "Gimana Yan? Susah banget ya soal Bahasa Indonesianya?"

Yanti Berbisik. "Iya nih Ri, pusing banget! Tapi tenang aja, kita pasti bisa!"

Ara, yang duduk di depan mereka, menoleh ke belakang.

Ara Berbisik "Semangat ya kalian! Kita pasti bisa melewati ini semua bareng-bareng!"

RiRi tersenyum kecil pada Ara dan Yanti. Ketiga sahabat ini saling memberikan semangat dan kepercayaan satu sama lain. Meskipun suasana tegang, kehadiran teman-teman membuat mereka merasa lebih tenang dan nyaman.

Setelah ujian selesai, ketiga sahabat itu saling berpelukan dan mengucapkan selamat satu sama lain. Mereka merasa lega dan bangga telah berhasil melewati ujian nasional.

Yanti berkata "Akhirnya selesai juga! Rasanya lega banget"

Ara, "Iya, aku juga! Makasih ya, kalian udah selalu ada buat aku."

Riri "Sama-sama! Kita memang selalu bareng-bareng, kan? Kita belajar banyak hal dari semua kejadian ini."

Mereka bertiga tertawa kecil, mengingat semua pengalaman pahit dan manis yang telah mereka lalui bersama. Mereka telah belajar arti persahabatan, pentingnya saling memaafkan, dan kekuatan kebersamaan dalam menghadapi tantangan. Ujian nasional telah berakhir, namun pelajaran hidup yang mereka dapatkan akan tetap terkenang selamanya.

...✧༺♥༻✧...

...Bersambung......

1
Ytta
kejam banget
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyaa karna ini bukan hanya sekedar cerita tapi kisah nyata autor sendiri
total 1 replies
putribulan
aku mampir kak
Dhiyaandina
ayoo semangat lanjut update kak✨
Little Fox🦊_wdyrskwt: iyooo tunggu selanjutnya iya😍😍
total 1 replies
⚖️Teͥ🆁eͣsͫa🦐♚⃝҉𓆊
semangat berkarya
Little Fox🦊_wdyrskwt: terima kasih
total 1 replies
Little Fox🦊_wdyrskwt
ku sudah mampir juga
yanah~
Mampir kak 🤗 semangat untuk bab selanjutnya 💪
Little Fox🦊_wdyrskwt: okeey arigatoo/Scream/
total 1 replies
Tuan Ketiga 塔塔
selamat tahun Baru 🎉🥳🎉🥳🎉🥳
Little Fox🦊_wdyrskwt: selamat tahun baru juga🎉🎉🎉🎇
total 1 replies
Luka Menjadi Cerita
Aku komentar pertama ☝
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!