setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Amran bersama dengan pengacaranya masuk ke kantor polisi. Lelaki itu sudah membawa beberapa berkas penting untuk pengajuan laporan nya.
Saat ini Amran tidak sedang menyelesaikan perseteruan keluarga Malik dan keluarga Wijaya. Dia malah akan membuat laporan baru.
Laporan mengenai beberapa akun media yang sengaja memberikan informasi palsu dan terkesan memfitnah.
Amran berpikir jika dia menyelesaikan dari sini maka semua masalah akan terselesaikan.
" selamat siang pak Amran" ucap polisi dengan sigap. Mereka sudah mengetahui identitas pengunjung yang datang.
Mereka sudah berada di tempat khusus, Pengacara Amran menjelaskan semuanya dan Amran hanya memperhatikan dengan seksama.
" baik pak.. Kami akan segera memproses laporan anda" ucap polisi itu setelah semuanya urusan pelaporan sudah selesai.
" baiklah terima kasih atas kerjasamanya pak " ucap pengacara itu dengan menjabat tangan.
Saat keluar dari ruangan, Amran baru mengetahui jika saat ini mertuanya sudah keluar dari kantor polisi karena menunggu saksi dan bukti lain dari pihak pelapor.
Amran memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Dia perlu menunjukkan wajah pada mertua nya sebagai bentuk rasa simpati.
Namun sebelum itu, Amran akan mengunjungi seseorang terlebih dahulu. Seorang yang ahli dalam hal restorasi lukisan.
" tunggu disini" ucap Amran pada sopirnya saat akan membantu nya membawa barang -barang yang sudah tidak berbentuk sempurna.
Amran masuk dan segera disambut oleh pelayan. Dan di bawa ke sebuah ruangan. Saat ini lelaki itu duduk depan sebuah aquarium besar berisi ikan yang beragam dan cantik.
Sambil menunggu lelaki mengamati aquarium itu dengan pandangan kosong. Pikirannya melayang jauh dan terasa begitu penuh.
" tuan Amran.." seorang lelaki tua datang menghampiri dan mereka langsung bersalaman.
" silahkan duduk" Tuan Handoko mempersilahkan Amran untuk kembali duduk di kursi kayu yang estetik.
" saya membawa beberapa barang untuk di perbaiki, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. jadi silahkan anda lihat" Amran memberikan tas itu pada Tuan Handoko dengan penuh harap.
Tuan Handoko mengambil satu persatu benda dari dalam tas. Dia mengernyitkan beberapa kali setiap mengambil barang yang tidak sesuai dengan ekspektasi nya.
Karena tidak kuat menahan rasa penasaran nya. Tuan Handoko akhirnya bertanya dengan nada yang sopan. " maafkan saya tuan Amran. Semua barang -barang yang anda bawa ini sepertinya bukan karya seni mahal atau benda -benar antik lainnya. Untuk apa anda mengeluarkan banyak uang untuk barang -barang yang terlihat biasa ini?"
Amran menatap benda -benda dengan bentuk kurang sempurna itu dengan sedikit lama. lalu menjawab dengan suara sedih " bagiku semua itu adalah barang-barang berharga. Tuan Handoko, mau berapapun yang anda butuhkan untuk memperbaiki mereka, tentu akan saya berikan"
Tuan Handoko menarik nafas panjang, Saat ini Tuan Amran terlihat sedikit mengiba. Dan ini hal merupakan hal yang langka. Amran bukanlah sosok lelaki sentimentil yang mudah berbicara tentang perasaan.
Jadi Tuan Handoko menyimpulkan jika Amran tidak main -main dan menginginkan semua barang ini bisa kembali seperti semula.
" Pak Amran mungkin saya bisa memperbaiki surat-surat ini. Tetapi saya tidak bisa mengembalikan kalimat yang tertulis di sana. Benda ini akan tetap tidak bisa kembali seperti semula tuan"
Tuan Handoko merasa perlu Untuk menjelaskan nya. Takutnya Amran kecewa dengan hasilnya.
" ya aku tau" balas Amran cepat. Tak lupa dia memberikan cek awal sebesar 2 M untuk bayaran pembuka karena Tuan Handoko bersedia menerima pesanan nya.
Setelah beberapa saat Amran pamit dengan di antar oleh Tuan Handoko sampai di depan pintu. Saat mobil hitam itu melaju meninggalkan tempatnya Tuan Handoko berujar lirih " penyesalan seolah-olah mematikan harapan, padahal harapan yang tidak masuk akal datang nya dari sebuah penyesalan terbesar"
Sepanjang perjalanan Amran menatap jendela mobil dengan wajah datar. Kalimat Tuan Handoko entah kenapa masih terngiang dalam benaknya.
Meskipun secara fisik bentuk dari surat-surat itu akan kembali, namun tidak dengan isinya. Apa itu yang sedang Zahira rasakan.
Dia kembali ke sisinya sebagai nyonya Renaldi, namun rasa cintanya sudah menghilang jauh. Amran tidak terima jika sampai hal ini terjadi. Dia menampik segala fakta bahwa saat ini memang itulah yang sedang Zahira rasakan.
Langit malam semakin gelap tak kala Amran sampai di depan ruang inap Arfan. Lelakinya itu membukanya perlahan lalu masuk dengan tenang.
Didalam sana semua orang sedang beristirahat. Arfan dan juga Zahira. Amran tidak melihat kehadiran Rani disana. Kemungkinan wanita itu masih mengurusi masalah kepolisian bersama dengan pengacaranya.
Amran berjalan mendekati Zahira. Dia mengulurkan tangannya dan mengelus rambut hitam istrinya.
Zahira merasakan sebuah sentuhan yang mengganggu tidurnya. Amran segera menarik tangannya sehingga Zahira bisa kembali terlelap kembali.
Saat akan meninggalkan kamar, dia bertemu dengan Rani di ambang pintu. Wanita itu menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Wajahnya tegang sekaligus sedikit ada kekesalan.
" Bu.. Dari mana?" tanya Amran untuk mencairkan suasana.
Namun nampaknya usahanya tidak berhasil, wanita itu memiliki hal yang ingin dia bicarakan berdua dengan Amran.
Akhirnya mereka duduk di kursi tunggu depan lorong kamar Arfan. Amran tidak banyak berbicara dia hanya menunggu sampai Rani yang memulai.
" Zahira tidur sejak tadi sore, dalam tidurnya dia terkadang terisak. Ibu tidak tega jadi ibu keluar" Ujar Rani tanpa menatap Amran. Wanita itu malah menatap lurus pada dinding putih di depannya.
Amran teringat jika pagi ini istrinya mendengar kalimat yang menyakitkan darinya. Wanita itu pasti kecewa sampai sakit hatinya terbawa dalam alam bawah sadar.
" lalu lukamu di kepala mu itu. Apa kalian baru saja bertengkar?" lanjut Rani tanpa emosi sedikitpun.
" kami memiliki kesalahpahaman. Saat saya sedang ingin menjelaskan Zahira sudah terbawa emosi" balas Amran sopan.
Seperti biasanya, di depan seluruh keluarga besar Amran selalu terlihat sopan santun dan penuh dengan kharisma. Sangat berbeda saat dia bersama dengan Zahira. Amran berubah mencari lelaki cabul dan kasar.
Mudah sekali bagi Amran untuk mengganti persepsi setiap orang. Tidak di ragukan lagi semua ini juga karena jam terbangnya yang sangat tinggi dalam dunia bisnis.
" Ibu tau kamu mungkin tidak mencintai Zahira. Atau saat ini kamu kesal akan sikapnya yang memaksa mandiri. Tapi ibu harap kamu tidak memenangkan wanita lain saat kalian masih bersama. Sebenarnya ibu sangat ingin kalian bersama. Tapi Amran, Zahira adalah putri ibu. Mau bagaimana pun ibu tidak rela dia harus berbagi hati"
Rani sangat tenang dan panjang lebar mengungkapkan perasaan sebagai seorang ibu pada menantu lelakinya.
Amran mendengar semuanya dengan seksama. Rani sedang menjelaskan alasan kenapa dia sampai menemui Amel dan membuat masalah di antara keluarga Malik dan keluarga Wijaya.
" saya sudah mengurus laporan agar berita tidak benar ini segera hilang. Ibu jangan khawatir saya masih mencintai Zahira sebagai istri saya" Mulut Amran begitu lancar mengatakan nya. Padahal dia sendiri meragukan apa yang baru saja dia ucapkan. Apa dia terlalu menghayati sampai terbiasa berbicara tanpa berpikir.
Namun setidaknya hal ini membuat Rani lega, dia menatap Amran dengan senyum tipis. Setelah beberapa saat barulah dia kembali masuk ke kamar.
Tinggal Amran sendiri di lorong itu. Dia terdiam memikirkan perkataan nya tadi. Jika di pikir kembali baginya memang sangat beruntung memiliki Zahira sebagai istri.
Zahira wanita yang lembut, cantik serta dapat memuaskan nya. Dia terkadang penurut dan mudah di rayu. Untuk masalah bisnis Zahira termasuk bukan wanita awam. Sungguh selama ini Amran belum mengetahui apa kurangnya istrinya ini selain dia merasa tidak mencintai nya.
Ddrrttt drrtt
Ponselnya bergetar.
" pak Amran, kami sudah menemukan siapa pelaku yang menyebarkan foto anda" suara pengacara nya dari sebrang.
" siapa dia?"
" seseorang yang memiliki hubungan dengan keluarga Wijaya"
" baiklah"
Panggilan itu segera di tutup dan Amran berjalan menuju ke kamar lain di rumah sakit ini.