NovelToon NovelToon
Alvaro'S Diary

Alvaro'S Diary

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:955
Nilai: 5
Nama Author: Wèizhī

Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.

Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Sekolah SMA Bangsa I. Saat ini tengah waktunya istirahat, banyak murid yang ada di kantin dan banyak juga yang menghabiskan waktu di lapangan. Termasuk Alvaro yang kini dia tengah berada di kantin, memesan sebuah makanan dan minuman untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Bi, bakso sama es teh nya" ucap Alvaro memesan kepada bibi kantin.

"Siap, den. Bentar ya" jawab sang bibi kantin yang lalu di angguki oleh Alvaro.

"Eh abang? Lagi pesen makanan, ya?" Tanya Violet bersama kedua temannya, Angela dan Gina.

"Huh? Em..." Alvaro tak bersuara lagi, ia tak ingin berbicara apapun dengan adiknya itu. Bukannya apa, ia hanya tak ingin mendapat masalah apalagi adiknya itu... Yah, seperti itulah.

"Aku sih ya, gak perlu beli di kantin. Soalnya mamah udah bikin bekal buatku" ucapnya sombong sembari menyidekapkan lengannya.

"Ya..." Hanya itu yang diucapkan Alvaro, terkesan dingin tapi bukan begitu maksudnya. Alvaro tak ingin terlibat dengan apapun yang berlabelkan 'Violet'.

"Abang lu napa dah? Kek cewe aja sikapnya. Iewhhh gitu" ucap Angela dengan blak-blakan dengan nada merasa jijiknya didepan Alvaro sendiri.

"Angela jangan gitu, dia abang ku loh" ucap Violet namun dengan senyuman puasnya.

"Abang inces ya? Hahaha!!!" Tawa Gina menggelegar di setiap sudut kantin.

"Dah ah cabut" ucap Gina yang telah puas dengan hal itu. Mereka bertiga pun akhirnya pergi meninggalkan Alvaro sendirian.

"Den... Gak papa, kan?" Tanya bibi kantin yang khawatir.

" Ya" jawab Alvaro singkat sembari menerima pesanannya yang sudah selesai.

"Lu liat kan tadi?" Tanya murid lain pada temannya yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Iya gue liat, kok gitu banget ya. Padahal tadi si Alvaro diem bae dah" jawab temannya.

"Lagian Alvaro gitu banget. Apa ya... Gitu deh" ucap murid lainnya

"Iya sih, masa sikapnya gitu banget. Kek penakut gitu"

"Apa dia beneran inces lagi? Hahaha"

"Hahahaha"

Beberapa murid tertawa dan beberapa lagi merasa kasihan pada Alvaro. Sedangkan yang dibicarakan hanya diam tak merespon dengan menyantap makanannya meski suasana hatinya saat ini sedang rumit.

"Semoga saja... Pulang nanti baik-baik saja" batinnya dengan gelisah.

"Alvaro, ya..." gumam seseorang yang tengah duduk dimeja paling sudut di kantin.

"Kenapa bos?" Tanya kawannya

"Tidak" jawabnya singkat.

---

Alvaro berjalan menelusuri koridor sekolah, karena bel sudah berbunyi, dia harus segera kembali masuk ke kelas. Kelasnya yang merupakan kelas unggulan, jadi ia tak boleh telat walau dalam jadwal mata pelajaran. Jika pun telat, akhirnya akan buruk karena beberapa guru tak akan mentoleransi nya dengan baik.

Sesampainya di kelas, ia bernafas lega karena guru belum masuk walau dalam jadwal sudah lewat satu menit yang diharuskan. Disana ada yang memperhatikannya dengan intens. Pria itu, memperhatikan Alvaro. Bukannya tak sadar, Alvaro sudah sadar tentang hal itu sedari tadi hanya saja dia pura-pura tak tahu saja.

"Kenapa, ya?..." Batinnya tampak bertanya-tanya, merasa ada sesuatu yang aneh.

"Hey guys!! Guru rapat, kelas bebas!" Ucap ketua kelas yang baru memasuki kelas sembari berteriak.

"Yang bener?!"

"YEAAAYYY!!!!" Sorak semua anak kelas dengan gembira. Lantas kelas pun kembali sepi karena mereka pergi keluar untuk mencari aktivitas. Meski tak semua, ada beberapa yang dikelas termasuk Alvaro.

"Tidur ah" gumamnya yang lalu ia menempelkan wajahnya di meja.

BAK!!!

Seseorang menepuk keras meja Alvaro hingga membuat sang empu mendongakkan kepalanya dan melihat siapa orang yang melakukan hal tersebut, dan ternyata itu adalah Violet.

"Bang!" Panggil Violet dengan datar.

"Apa?" Tanya Alvaro mulai was-was.

"Apaansih. Gausah was-was kali. Minta duit!" Ucap Violet dengan ketusnya dan tak tahu malunya.

"Apa?! Tapi kan kamu udah dikasih jatah" ucap Alvaro yang terlihat cukup terkejut dengan hal itu. Sebenarnya ini bukanlah kali pertama ia dipalak oleh adiknya, tapi tetap saja...

"Lebay lu! Gue minta ya lo harusnya kasih lah!" Ucapnya sinis, ia tak suka dengan reaksi terkejut Alvaro.

"Tapi, Vi. Abang cuma bawa uang buat makan siang sama ongkos doang" ucap Alvaro karena memang itulah kebenarannya.

"Pelit lu, gue adek lu. Harusnya kasih dong, jangan banyak alesan!" Ucap Violet dengan nada kasarnya.

"Padahal kan dia udah dikasih sama mama" batin Alvaro dengan perasaan tak enak nya.

"Tck! Awas lu, ya!" Ucap Violet tampak mengancam yang lalu ia pergi dengan kesal karena tak mendapatkan apa yang ia mau.

"Huft... Pulang rumah siapin obat..." gumam Alvaro. Ia tahu, jika sudah seperti ini, saat pulang nanti pasti tak akan mudah.

---

Di lapangan, nampak sekelompok remaja itu tengah beradu basket. Banyak para gadis yang bersorak untuk kedua tim. Tim biru yang dipimpin oleh Xavier Gintara, dan tim merah yang dipimpin oleh Riki Pratama. Mereka bersaing dengan saling memperebutkan satu bola. Saling mencetak skor hingga akhirnya dalam menit terakhir, tik Xavier lah yang memenangkan permainan.

"Hosh... Lemah ah!" Ucap Hendra, teman satu tim Xavier, sembari ia beberapa kali mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"Nih, minum" ucap Reza, teman satu tim Xavier yang lalu ia melemparkan sebuah botol air mineral pada Xavier.

"Lemah kata lu?! Kalian tuh beruntung aja" ucap Riki tak terima.

"Yaelah. Udah beberapa kali kita menang dan apakah itu cuma keberuntungan yang datang secara beruntun doang? Gak terima ya lu?!" Ucap Bagas, teman satu tim Xavier.

"Bukannya gak terima. Tapi gimana ya... Gue curiga, kalian mainnya kotor!" Ucap Dani, teman satu tim Riki.

"Lu nuduh? Mana buktinya?!" Tanya Reza.

"Bukti? Buktinya kan ada sama lo!" Ucap Dani dengan nada menantangnya.

"Cabut!" Ucap Xavier dengan datarnya, jujur, ia merasa jengah dengan hal ini. Setiap memenangkan sesuatu pasti akan berakhir begini, tapi yah tidak semua sih.

---

"Apaan dah tuh orang. Dia yang nantang, dia yang kalah, dia juga yang nuduh gak jelas" ucap Bagas menggerutu.

"Tau tuh. Dasar gatau diri. Gabisa main mah sih diem aja" ucap Reza menyetujui hal yang tersebut.

"Xav. Adek lo tuh" ucap Hendra saat ia bertemu dengan adik kembar Xavier. Angga Gintara.

"Woy, Angga!!" Panggil Bagas dengan lantang.

Yang dipanggil pun langsung membalikkan tubuhnya kebelakang dan melihat siapa yang memanggilnya. Itu adalah Bagas dan Hendra, Reza, juga kakaknya, Xavier ada disana. Angga pun sontak langsung berlari kecil menghampiri mereka.

"Dah selesai tandingnya?" Tanya Angga pada mereka yang lalu dijawab anggukan. Sontak Bagas langsung menceritakan mengenai Riki dan cs nya yang tak terima dengan kekalahan mereka sendiri.

"Hahaha!!! Tuh anak emang kagak berubah, dah" ucap Angga tertawa mendengarnya hal tersebut dari Bagas.

"Emang dasarnya bodoh ya bakal bodoh terus se-umur-umur" ucap Bagas santai.

Saat mereka tengah berjalan terus menelusuri koridor, mereka melihat Alvaro dengan wajahnya yang penuh luka. Tak membuatnya tampak buruk, justru hal itu malah membuat Alvaro terlihat semakin keren. Yah, berbeda dengan sikap Alvaro sendiri tentunya.

"Wih gila. Tuh anak habis tawuran apa begimane?!" Tanya Bagas kala melihat tampilan Al.

"Dia mah emang suka bawa luka pas sekolah" ucap Reza yang lalu ditatap oleh semua temannya.

"Kenapa?" Tanya nya cengo

"Lu kenal ma dia?!" Tanya Angga mulai penasaran.

"Kalo soal wajah sama nama sih kenal. Akrab kagak" jawab Reza.

"Dia tuh dari kelas XI MIPA I" lanjutnya.

"Wih, kelas unggulan. Kek si bos" ucap Bagas yan mana hal itu mengarah pada Xavier. Sedang yang di unjuk hanya diam saja tak bersuara, dah kelewat cuek memang.

"Terus, gimana?" Tanya Hendra.

"Anaknya kalem. Gue gapernah denger suara dia. Entah bisu atau apa, tapi dia gapernah ngomong"

"Terus yah, yang gue liat sih itu aja sama ya ini. Hampir tiap hari dia dateng sambil luka-luka gitu" jelasnya.

"Aneh. Dia gak bareng temennya?" Tanya Angga.

"Gatau. Tiap gue lewat atau ketemu dia, gua gapernah liat dia bareng siapapun" jawab Reza.

"Alvaro..." Batin Xavier memperhatikan Alvaro yang kini sudah berjalan cukup jauh dari mereka

"Bang" panggil Angga yang sontak langsung membuat Xavier beralih pada kembarannya itu.

"Hm" jawab Xavier.

"Kok gue merasa tertarik, ya sama dia?" Tanya Angga yang sontak hal tersebut membuat Xavier tersenyum tipis. Hal itu mendapat tatapan keterkejutan teman-temannya, karena pasalnya Xavier itu tak pernah tersenyum sedikitpun.

Xavier mengusap surai adiknya itu pelan dan lalu ia kembali berjalan untuk sampai ke kelasnya, diikuti oleh adik dan teman-temannya.

"Bang, gue mau dia!" Ucap Angga.

"Buset. Lu homo?!" Tanya Reza shock.

Bugh!-

Sebuah pukulan persahabatan pun mendarat di pucuk kepala Reza dengan suaranya yang renyah.

"Bukan ya! Gue cuma berfikir. Gue mau dia jadi adek gue!" Ucap Angga sehabis ia memukul kepala temannya itu.

"Adek? Kok tiba-tiba?" Tanya Hendra dan Bagas bersamaan.

"Ya entahlah. Gue merasa tertarik sama dia" ucap Angga, yang mana mereka tak tahu saja. Xavier tengah tersenyum senang dengan pemikiran yang dimiliki oleh adik kembarnya itu. Memang ternyata, ikatan batin di anatara si kembar itu tak salah.

...✧✧✧✧✧...

Alvaro's Diary

Aku merasa ada yang aneh hari ini. Ada seseorang yang memperhatikan ku, tapi entah siapa dia aku tak tahu. Juga, Violet tak berbohong. Aku benar-benar menyesalinya, karena ayah marah dan berakhir memberikan memar baru padaku.

...✧✧✧✧✧...

...End Of Chapter 3...

...✧✧✧✧✧...

1
Unknown
Halo guys. terimakasih mau nyempetin baca karya ku ini. mungkin masih banyak kurangnya dalam beberapa hal, tapi aku usahain ceritanya agar tetap seru. sekali lagi terimakasih sudah mampir. and tinggalkan jejak, oky?! ~
Hebe
Saya enggak sabar untuk membaca kelanjutannya thor!
Izuku_Uzumaki
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!