Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Akhir cerita
Kisah pun berlanjut:
Beberapa Tahun Kemudian
Kerajaan Tianwu berada di ambang kehancuran.
Pengkhianatan dari dalam menyebabkan pasukan musuh menembus dinding istana. Di tengah kekacauan, Luo Qingyan yang kini menjadi permaisuri ditinggalkan oleh suaminya. Raja melarikan diri, meninggalkan istana yang terbakar.
Saat itu, hanya ada satu orang yang kembali untuk menyelamatkannya.
Xiao Han.
Ia datang dengan tubuh berlumuran darah, pedangnya sudah tumpul setelah membantai ratusan musuh. Luka-luka di tubuhnya membuatnya sulit berdiri, namun ia tetap maju, menarik Luo Qingyan dari reruntuhan istana yang terbakar.
"Mengapa kau datang...?" suara Luo Qingyan bergetar.
Xiao Han tidak menjawab. Ia hanya menggenggam tangannya, menyeretnya pergi melewati jalanan yang dipenuhi mayat.
Mereka berlari, melewati gerbang belakang istana, melewati lorong-lorong rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang.
Dan akhirnya, mereka tiba di pegunungan bersalju, tempat yang jauh dari jangkauan musuh.
Namun, pada saat itulah, tubuh Xiao Han akhirnya menyerah.
Ia jatuh berlutut, darah menetes dari luka-lukanya, mengotori salju putih di sekelilingnya.
Luo Qingyan menatapnya dengan mata membelalak, baru menyadari betapa parahnya luka pria itu.
"Jangan mati... Xiao Han... Jangan mati..." suaranya bergetar, tangannya mencoba menghentikan darah yang mengalir dari dadanya.
Xiao Han menatapnya, matanya penuh dengan ketenangan.
"Aku sudah tahu... bahwa aku tidak akan selamat."
"Lalu kenapa kau tetap menyelamatkanku?! Kenapa kau tidak membiarkanku mati?!"
Untuk pertama kalinya, Xiao Han tersenyum. Senyuman tipis yang penuh kelelahan, namun juga penuh dengan ketulusan yang tak pernah pudar.
"Karena aku berjanji... untuk selalu melindungimu."
Air mata Luo Qingyan jatuh tanpa ia sadari.
Saat itu, baru ia mengerti.
Baru ia sadari, bahwa selama ini ada seseorang yang mencintainya lebih dari siapa pun, yang rela mengorbankan segalanya tanpa meminta imbalan apa pun.
Namun sekarang, semuanya sudah terlambat.
Xiao Han menutup matanya dengan damai.
Dan di tengah badai salju yang semakin deras, Luo Qingyan menangis, menyesali sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia perbaiki.
Kembali ke Dunia Nyata
Ilusi itu menghilang, dan ruangan kembali seperti semula.
Lin Haotian terdiam, wajahnya tampak penuh dengan emosi yang campur aduk.
Ye Qingxian menundukkan kepala, menyembunyikan ekspresi di wajahnya.
Namun perempuan yang tadi hampir bunuh diri tidak bisa menahan air matanya. Isakan pelan keluar dari bibirnya, dan ia menggigit bibirnya dengan erat, berusaha menahan perasaan yang membanjiri hatinya.
"Kenapa...?" gumamnya dengan suara bergetar. "Kenapa pria seperti itu bisa ada...? Kenapa ia tetap setia sampai akhir...?"
Che Tian hanya menatapnya dengan senyum samar.
"Karena tidak semua pria sama," jawabnya dengan tenang. "Dan ada beberapa orang yang lebih memilih untuk mencintai dalam diam, meskipun mereka tahu bahwa cinta mereka tidak akan pernah berbalas."
Perempuan itu menunduk, tidak bisa berkata apa-apa.
Lin Haotian, yang sedari tadi mendengarkan, menghela napas panjang. "Aku tidak bisa hidup seperti itu..."
Ye Qingxian menatap Che Tian dengan pandangan yang sulit ditebak. "Dari mana kau tahu cerita ini...?"
Che Tian hanya tersenyum tipis.
"Aku mempunyai seorang kenalan lama".
Namun sebenarnya,kisah ini bukan milik siapa pun, ini adalah bagian dari kehidupannya yang telah berlalu—bagian dari dirinya yang akan selalu ia bawa, meskipun dunia ini tidak pernah mengetahuinya.
Dan saat ia kembali menatap mereka, ia tahu bahwa ini belum selesai.
Perjalanan mereka masih panjang.
Dan masih banyak kisah yang belum terungkap.